"Saya Cuma mau Eliza bahagia." Sama halnya dengan dirinya. Dia juga ingin Eliza bahagia. Chandra bersama pria tersebut duduk di halaman belakang rumah Andre.
Di depan hadapan mereka sebuah pohon berbatang besar menjulang tinggi ke angkasa, disana terdapat rumah pohon yang usang dan nyaris roboh.
Andre melirik Chandra, dan menemukan ternyata Chandra sedang memadangi rumah pohon milik mereka berdua.
"Irwan yang selalu ngelarang saya untuk robohkan rumah pohon itu, katanya sayang. Disana banyak kenangan Aziza. Dan sayang itu juga hasil jerih payahnya, masa dihancurkan begitu saja"
Chandra tersenyum tipis, senang rasanya mendengar pernyataan tersebut. Rumah itu sudah usang, namun kenangan di dalamnya abadi.
"Maafkan Chandra yang gatau apa-apa apa yang sebenarnya terjadi di malam itu. Papa marah kalau Chandra desak buat cerita. Chandra menundukkan kepalanya.
Andre kira, Chandra telah mengetahuinya dan memiliki rencana untuk menghancurkan mereka kembali.
" Saya dan Nadia adalah orang yang sibuk. Waktu kami untuk Aziza hanya sedikit."
"Disaat itu, Aziza mendesak untuk membuat sebuah perayaan ulang tahun. Kami pikir, ya tak apa. Selagi kami punya sedikit waktu. Ternyata tidak, saya dan Nadia tetap egois, mementingkan panggilan pekerjaan daripada keselamatan putri sendiri."
Kepalanya menengadah menatap angkasa. Sebelum tragedi itu terjadi pun Aziza sudah menderita karena kurangnya waktu dan kasih sayang yang ia peroleh dari Andre dan Nadia.
"Terus om, bagaimana mereka mendapatkan celah untuk mencelakai Aziza?"
Ah kronologi ya, ah sulit dijelaskan, karena apa yang sebenarnya terjadi Andre juga kurang paham.
"Dari pengakuan Irwan, Aziza sengaja dibakar hidup-hidup, Irwan menyelamatkan gadis itu setelah terbakar oleh api."
Chandra menanti Andre kembali berucap.
"Sedangkan bukti CCTV telah hilang karena sengaja dihapus. Pihak keamanan mengaku bukan mereka yang menghapus, karena kejadian itu terjadi di tengah pesta. Sedangkan mereka kembali bertugas saat di akhir pesta. Saya yakin ada campur tangan seseorang dibalik pangkuan mereka. Pembunuhan ini telah direncanakan, tapi Saya ga mengerti apa alasan mereka menargetkan Aziza."
"Aziza dan Irwan, tak pernah mau menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka berdua trauma dengan malam itu."
"Jadi kenapa, papa bisa jadi pelaku pembunuhan tersebut?" Chandra semakin penasaran.
"Ada rancangan bisnis ditemukan di ruang kamar tamu. Rancangan tersebut adalah rancangan yang membuat saya dan Joni sempat bertengkar. Joni hendak melakukan langkah bisnis yang sangat beresiko, saya jelas menolaknya. Di ruangan itu juga ada aquarium kan? Ada sidik jari kalian sekeluarga. Di beberapa rekaman, Joni terlihat membututi Aziza, Bukti lainnya juga mengarah pada Joni."
"Mereka apa sengaja mengaturnya agar Papa kelihatan seperti pelakunya?" Sela Chandra.
Andre mengangkat kedua bahunya, "saya juga curiga, apa Irwan terlibat dengan mereka."
Ah iya, sesuatu yang tak terfikir kan oleh Chandra sebelumnya. "Kalau menurut om, Papa beneran pelakunya?"
Andre terkekeh samar, "Kalau jawabannya Ngga, Om gamungkin datang ke rumah kalian terus kesetanan lalu menghancurkan hidup kalian."
"Jadi om masih yakin Papa pelakunya?"
Andre mengangguk, "Benar."
Angin sore mendesir pelan, membelai permukaan kulit mereka secara halus. Burung-burung liar berkicau menyelinap diantara keheningan. Chandra memejamkan matanya seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi taman. "Siapapun itu, pasti harus menerima hukuman yang setimpal, dan orang itu bukan Papa, om."
Andre tersungging miring, "Joni kabarnya gimana?"
"Baik om, walaupun sekarang berbeda jauh dengan yang dulu. Dua tahun yang lalu Mama meninggalkan kami untuk selamanya."
Andre menatap nanar Chandra di sebelahnya, "Om gatau soal itu, maaf."
"Gara-gara om kalian harus hidup seperti ini. " Ucap Andre lirih dengan penuh sesal.
Chandra menggeleng kuat, "Nggak apa kok om, berkat ini juga Chandra belajar banyak sekali hal, salah satunya menjaga apa yang kita cintai, salah satunya Papa."
Andre terkekeh mendengar penuturan tersebut, pernakah ia menjaga yang dia cintai?
"Kenapa Aziza harus hidup dengan identitas lain? Sampai om memalsukan kematian Aziza?"
"Kalau media tahu kasus ini, om bakal dipandang buruk di khalayak umum."
"Kenapa om?" tanya Chandra menuntut jawaban lainnya.
"Orang seperti om rawan tersorot oleh media Chan, dan coba bayangkan jika pelaku sebenarnya tahu jika Aziza masih hidup. Mereka akan kembali mengincar nyawa Aziza kan? Untuk menghancurkan Om. Dan, melakukan hal yang lebih buruk dari percobaan membunuh Aziza."
"Itu semua om lakukan, karena om sayang sama Aziza."
Chandra merasa lega sekarang, ia tebak, karena Andre tidak menerima kondisi putrinya? Namun sekarang ia sudah tau alasan Andre menciptakan pemeran baru bernama Eliza.
"Tak lama lagi, informasi yang dibocorkan teman kamu akan terdengar ke telinga pelaku yang sebenarnya. Dan kamu tau kan apa yang akan terjadi setelahnya?"
"Itu kenapa om ingin Eliza mengundurkan diri dari sekolah. Dia akan tetap di rumah, demi keamanannya."
Chandra mengangguk paham, Chandra menarik nafasnya.
"Kenyataannya om gabisa terus-terusan melarikan diri dari masalah, semua orang akan tahu kebenarannya suatu saat nanti. Semua akan terbukti dengan sendirinya."
"Terima kasih Chandra, kamu udah jadi teman yang sangat baik untuk Aziza." Andre jadi tersadarkan banyak hal.
Chandra tersipu malu, ia masih belum pantas untuk disebut teman yang baik.
"Beberapa bulan sebelum Eliza masuk SMA. Eliza ketahuan kabur dari rumah, dia dibantu Irwan untuk pergi kemana saja yang dia mau. Dan ajaibnya dia tahu cara memanipulasi semua itu untuk menutupi kondisinya yang sebenarnya."
Chandra terkekeh mendengar kisah keberanian gadis itu untuk pergi menjelajah dunia luar.
"Jadi om marah?" tanya Chandra penasaran.
"Jelas marah! om ngelarang Aziza utuk pergi keluar dari rumah, karena om takut Eliza nantinya menjadi bahan ledekan dan target orang-orang untuk bertindak buruk."
"Om marah, Aziza juga ikut marah. Setelah itu dia merengek meminta untuk disekolahkan di sekolah umum. Aziza bersikeras kalau dia bisa hidup seperti anak pada umumnya."
"Om, mas irwan dan tante Nadia udah mati-matian buat ngelarang Aziza."
Chandra mengangguk sembari tersenyum bangga. Eliza tetap memiliki tekad dan keinginan besar meski hidupnya dihantui oleh bayangan masa lalu.
"Om Chandra ketemu Eliza dulu ya?" tanpa menunggu konfirmasi Andre, Chandra melanggeng begitu saja menuju kamar Eliza.
Chandra sudah berulang kali memanggil bahkan mengetuk pintu kamar itu, namun tidak ada satupun reaksi. Apa Eliza masih marah dengannya?"
"Chandra."
Chandra menoleh saat Andre tiba - tiba berada di sisinya. "Eliza sekarang sedang tidak ada di rumah Chan."
Chandra membersut, tempat apalagi yang didatangi Eliza selain sekolah. "Terus Eliza sekarang dimana om?"
Andre meneguk salivanya. "Chandra," Panggilnya lembut. Andre mendekati Chandra dan meraih pundaknya.
"Maafin om Chandra, tapi sekarang Aziza-
Andre menggantungkan kalimatnya untuk menatap Chandra.
"Aziza sedang koma, di rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAST AND YOU (End)
Roman pour AdolescentsTak ada hal yang sempurna di dunia ini, termaksud dia dan rahasia besarnya. "Cintai dirimu apa adanya." Begitulah kata mereka yang nyaris sempurna dan tak pernah merasakan perihnya hidup dihantui oleh kehancuran. Gadis tersebut memeluk tubuhnya ya...