menuju akhir semester

7K 1K 210
                                    


Pekan praktikum sudah mulai berlangsung, anak-anak setiap harinya disibukan dengan mengerjakan laporan yang seabreg, hingga nggak akan heran mereka baru bisa tidur pukul 2 dini hari.

Di jurusan Teknik Sipil (di kampus mereka), biasanya bulan Desember akan difokuskan pada praktikum terlebih dahulu, dan UAS dilaksanakan di akhir bulan. Tapi karena nggak memungkinkan menyelesaikan UAS dalam satu pekan saja, biasanya beberapa mata kuliah, UAS-nya akan dimundurkan setelah tahun baru, yang artinya anak-anak akan libur sambil overthinking terhadap UAS yang belum kelar.

Untuk beberapa mata kuliah praktikum, ada yang menghilangkan UAS dan nilainya diambil dari laporan praktikum, seperti mata kuliah Hidraulika dan Mekanika Tanah. Tapi ada juga yang meskipun sudah susah-susah praktikum dan menyusun laprak, masih harus susah-susah mengikuti UAS setelah tahun baru, seperti mata kuliah Rekayasa Hidrologi.

Tentu saja pada akhirnya itu hanya akan menjadi beban bagi mahasiswa semester 3 seperti mereka.

Meski begitu, nggak ada yang bisa dilakukan selain menjalaninya sambil disertai misuh-misuh.

Ginan yang baru keluar dari Lab masih dengan baju praktikum yang kotor oleh tanah menunggu di ambang pintu, memperhatikan satu persatu mahasiswa yang keluar sampai orang yang dia tunggu-tunggu akhirnya kelihatan.

"Nan,"

Cewek yang masih belum sadar akan kehadirannya itu mendongak mengalihkan pandangan dari ponselnya, mendapati Ginan menarik kerah baju praktikumnya hingga langkahnya berubah haluan.

Nana yang kebetulan berdiri nggak jauh dari Kynan menatap dua orang itu heran, "Kagak ke kantin?"

"Nyusul." hanya itu respon Ginan sambil tetap menggiring Kynan menjauhi keramaian.

Setelah berdiri di koridor yang nggak terlalu berdesak-desakan, Ginan baru melepaskan genggamannya pada kerah baju Kynan, membuat cewek itu mengusap lehernya karena beberapa detik merasa tercekik.

"Apa, sih? Gue laper."

"Bentar doang," Ginan tersenyum kecil sambil menjitak pelan puncak kepala Kynan.

Sudah beberapa hari sejak percakapan mereka di depan kosan Kynan malam itu, dan keduanya nggak membahas apapun lagi meskipun sempat terjadi obrolan serius yang cukup intim.

Dasarnya memang si paling jago pura-pura, mereka bertingkah seolah Ginan malam itu nggak mengutarakan perasaannya secara nggak langsung, atau bahkan nggak mencium kening Kynan lalu kabur.

Kalau boleh jujur sih, malam itu Kynan masih melongo di kasurnya tanpa menggerakkan diri meskipun sudah satu jam sejak Ginan dengan impulsif mengecup keningnya. Dia bahkan nggak bisa mengungkapkan perasaannya yang masih dilanda kebingungan.

Mendeskripsikannya pun rasanya Kynan nggak sanggup.

Sedangkan Ginan, yang tanpa dosa kabur begitu saja setelah membuat onar, sebenarnya hanya berusaha menyembunyikan reaksi salah tingkahnya setelah dengan seenaknya, tanpa bisa menahan diri mencium kening cewek itu.

Namun, keesokan harinya, mereka masih bisa saling sapa seperti biasa, seakan-akan permasalahan di antara mereka sudah tuntas dan nggak ada lagi yang perlu diobrolkan.

Sepintar itu mereka bersandiwara di depan semua orang, di depan diri mereka sendiri.

"Minggu depan, habis UAS terakhir sebelum libur, lo mau pulang?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Ginan membuat Kynan nggak berkutik.

Setiap libur akhir semester, Kynan selalu dihadapkan dengan pergolakan batin yang membuatnya kebingungan.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang