Tiga dua

841 24 5
                                    

Assalamualaikum
Welcome back to my story
Hime kambek😭🤣
Enjoy
_______

Kini usia kehamilan Nana menginjak empat bulan, semua anggota keluarga berkumpul di rumah papi untuk mengadakan syukuran. Terpancar cahaya kebahagiaan di setiap wajah yang ada di sana, termasuk pasangan yang akan menjadi orang tua yang sekarang tengah menyusun rapi katering untuk dibagikan kepada tetangga dekat juga untuk diantar ke panti asuhan, sebagai bentuk berbagi rezeki.

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, sebentar lagi acara do'a akan dimulai karena kebetulan pak ustadz yang diundang sudah berada di kediaman.

.

Acara selesai dengan baik, semua tamu undangan bersuka ria. Mereka mencicipi segala hidangan yang ada.

Sedangkan sang pasutri yang memiliki acara tersebut tengah membereskan kotak katering yang akan mereka antar kan ke panti asuhan, tentu saja mereka sendiri yang akan mengantarkannya.

"Mas sudah selesai?"
Tanya Nana yang baru saja keluar dari rumah setelah membawa tas slempang-nya. Reyhan melihat ke arah istrinya lalu mengangguk kecil. Mereka pun masuk ke dalam mobil, lalu melaju meninggalkan pekarangan rumah yang masih ramai dengan tamu.

Hanya keheningan yang menemani mereka, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Nana menyandarkan punggungnya ke kursi mobil, ia mengusap kecil perut yang sudah terlihat lebih besar itu.

Sudut mata Rey memperhatikan apa yang dilakukan istrinya, bibirnya terangkat tersenyum kecil, beberapa bulan lagi mereka akan memiliki status baru, yakni orang tua.

.

Akhirnya mereka sampai di panti asuhan Kasih Bunda, terlihat anak-anak yang berlarian bermain bersama. Reyhan mulai menurunkan bungkusan yang mereka bawa, selain nasi kotak mereka juga membawa makanan ringan untuk dibagikan kepada anak panti.

"Assalamualaikum bu, boleh saya bertemu dengan pengurus panti?"
Reyhan bertanya kepada wanita paruh baya yang tak jauh dari mereka.

"Wa'alaikummussalam, saya sendiri mas. Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita itu menjawab sembari sedikit membungkukkan badannya

"Saya punya sedikit rezeki, bisa ibu bantu saya?"

"Baik mas, terima kasih sebelumnya."

"Sama-sama bu."
Reyhan menuju ke arah mobilnya berada dengan wanita tadi mengekor di belakangnya. Reyhan sedikit menyunggingkan senyum melihat istrinya yang sudah berada di tengah anak-anak yang sepertinya sedang bermain bersama.

"Ini bu mohon di terima."
Selain nasi kotak, Rey juga menyelipkan amplop yang entah isinya apa. Entah bom atom entah gas beracun, hime jga gk tau

"Alhamdulillah, terima kasih banyak mas."
Reyhan mengangguk lalu ia pamit hendak menghampiri istrinya

.

"Lusi sedang mewarnai kakak cantik, Lusi suka menggambar. Setelah besar nanti, Lusi ingin jadi pelukis hebat."

"Aamiin."
Nana mengusap kecil kepala anak perempuan yang sepertinya baru berumur 9 tahun itu.

"Assalamualaikum, wah sedang apa? Sepertinya seru. Abang boleh ikutan?"
Tanya Rey yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat mereka.

"Wa'alaikummussalam, boleh bang"
Jawab anak-anak serempak, sedangkan Nana menjawab dengan lirih namun masih terdengar oleh pendengaran tajam milik Reyhan.

Pasutri itu membisu menyaksikan anak-anak panti yang sibuk mewarnai, beberapa meter dari mereka ada sekumpulan anak yang sedang bermain bola, mata Reyhan berbinar tertarik dengan anak-anak tersebut.

"Mas mau ikutan main bola ya dek, kamu santai aja di sini jangan ke mana-mana."
Nana mengangguk, lalu arah pandangnya mengikuti kemana suaminya pergi. Setelah berbincang sedikit, Rey mulai ikut dalam permainan bola tersebut. Sepertinya saat anak mereka lahir dan jika seorang anak laki-laki mungkin akan sering diajak bermain bola oleh sang ayah saat akhir pekan.

Nana tersenyum membayangkan hari bahagia dimana ia melihat suami dan buah hati mereka bermain bersama di halaman rumah.

.

Hari semakin larut, setelah puas bermain dengan anak panti mereka pun berpamit pulang. Mereka berencana akan kembali ke sana untuk bermain bersama lagi.

Di dalam mobil Reyhan melihat istrinya yang memejamkan mata, mungkin wanita itu kelelahan. Ia menjalankan mobil dengan santai

"Kamu lelah sayang?"
Tangan kiri Reyhan mengusap kecil tangan istrinya, tak ada respon apapun mungkin wanitanya itu tertidur.

.

Tanpa sadar, mereka sudah sampai di rumah. Reyhan keluar dari mobil tanpa berniat membangunkan istrinya. Ia membuka pintu mobil dan melepaskan sabuk pengaman dari tubuh wanita kesayangannya itu. Menggendong ala bridal style dan membawa istrinya ke dalam rumah.

Menidurkan wanita itu di ranjang dan ia pergi ke kamar mandi.

Wanita itu mengerjapkan matanya, terheran kenapa bisa dirinya sudah ada di dalam kamar.

Kriett
Pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Reyhan dengan setelan koko dan pecinya juga.

"Kamu bangun sayang?"
Entah kenapa sekarang Reyhan mengganti nama panggilannya dengan sayang, padahal itu membuat jantung Nana seketika mengheboh dan sudah dipastikan pipinya akan memerah, jika tidak pakai cadar mungkin ia sudah menenggelamkan wajahnya dalam tangannya.

Ia mengangguk kecil menjawab pertanyaan Reyhan

"Mas yang gendong adek ke sini? Apa mas gak cape? Adek kan berat."
Reyhan terkekeh, berat? Bahkan rasanya istrinya itu seringan kapas. Mungkin ia harus lebih banyak memberi mereka makan, ya istrinya dan anaknya.

"Mas gak cape kok, soalnya tadi kamu ringan dek."
Berkata diakhiri tawa, Reyhan pun duduk di sebelah istrinya.

"Mas mau ke mushola dulu ya."
Nana mengangguk sembari tersenyum, setelah itu Reyhan berlutut menyamakan tingginya dengan perut sang istri.

"Assalamualaikum baby, ayah mau ke mushola dulu ya. Nanti setelah baby lahir kita ke mushola sama-sama, sehat terus ya ayah sama bunda sayang baby."

Setelah berbicara dengan calon bayi mereka, Reyhan pun mengecup singkat perut dan kening istrinya. Setelah itu ia mulai melangkah menuju mushola.

Sepeninggal suaminya, Nana berniat membersihkan diri karena sebentar lagi Maghrib tiba. Adzan berkumandang dari mushola terdekat, Nana menggelar sajadah nya dan mulai melaksanakan shalat.

***

Sepulang dari musholla, Reyhan melihat wanitanya sudah terlelap dengan masih mengenakan mukena yang mungkin lupa dilepaskan. Reyhan membukakan mukena tersebut dan membenahi posisi tidur sang istri demi kenyamanan mereka_ istri dan anaknya yang masih di dalam kandungan.

Reyhan menatap sejenak wajah wanita cantik itu, mengusap kecil kepala Nana menyalurkan rasa sayangnya.

Reyhan menghampiri meja yang ada di kamarnya berniat melihat laporan kantor yang kadang papinya kirimkan untuk ia kerjakan. Walaupun ia lelah di rumah sakit, namun jika ada waktu ia juga sering membantu pekerjaan papi nya itu.

Tak ada laporan dari sang papi, Reyhan melihat tas yang ia bawa tadi dan teringat tentang buku diary yang ia bawa dari rumah mertuanya. Reyhan membukanya kembali, melanjutkan membaca halaman demi halaman yang berisikan tulisan rapi itu.

Raut wajah Reyhan menampilkan gambaran bahagia, meringis, tersenyum bahkan tertawa kecil entah karena apa.
Dosa tau rasa Rey_-

___________

TBC

Hai hai semuaaa, gimana kabar kalian? Sehat dong ya!
Jan lupa vote, jika suka bisa kali jadiin rekomendasi untuk teman kalian

Janlup jaga kesehatan dan ibadahnya
Jaa👋
Wassalamu'alaikum

Story of ReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang