"BRIGHT VACHIRAWIT CHIVAREE!!"
Suara nyaring yang terdengar begitu keras dan tinggi, membuat satu lorong sekolah kini memusatkan atensi kepada sumber suara. Dari ujung lorong lokasi kelas sebelas, terlihat seorang siswa yang tengah berlari dengan kecepatan tinggi. Pria itu tersenyum miring, menengok ke belakang untuk melihat siswa lain yang tengah mengejarnya. Orang yang tengah berjuang sekuat tenaga, dengan napas yang mulai terengah karena tidak bisa mengimbangi staminanya dengan sang bintang pemain futsal di sekolah. Dengan mata yang menyalang, orang tersebut berteriak dengan kencang,
"Balik ke kelas gak kamu sini?!"
"Jangan teriak di lorong sekolah, ketua kelas," ejek Bright. "Nanti ngeganggu kenyamanan bersama. Kan gak boleh ngelanggar aturan sekolah."
Metawin melihat ke arah Bright dengan geram. Pipinya memanas, kepalanya pening. Rasa amarahnya kini naik ke atas dan memuncak.
"Kenapa sih kamu selalu rese tiap hari?!" Geram Metawin frustasi, kini tangannya bergerak mengacak-acak rambutnya sendiri, "Balik masuk kelas sekarang juga! Habis ini masih ada kelas Pak Off tau!!"
Bright tertawa lepas, "Mana mau gue balik masuk kelas, setengah mati gue lewatin lo biar bisa bolos." Menjulurkan lidahnya, Bright menaikturunkan alisnya dengan eskpresi wajah yang semakin meledek ketua kelasnya tersebut.
Alis Metawin menyatu, dahinya mengerut. Matanya memicing tajam ke arah Bright, "Awas aja ya kamu!! Nanti aku yang kena kalo kamu bolos kelas, tau gak sih?!"
"Bodoamat, emang apa urusannya nasib lo sama gue?"
Metawin sudah tidak sanggup berlari. Ia kini hanya sanggup berjalan cepat, berusaha mengejar Bright yang berjarak semakin jauh darinya.
Keringat bercucuran di pelipisnya. Walau sudah sering berlari mengejar Bright, tetap saja ia tidak pernah mampu menangkap pria itu sekalipun. Kini ia bisa merasakan pandangannya yang mengabur, sepertinya karena dehidrasi. Mengernyitkan dahi, Metawin menatap punggung Bright yang semakin menjauh, masih berupaya untuk berjalan mengejar dengan sisa tenaganya.
"Dasar kamu- ARGHH!!!"
BRUKK!!
Mendengar suara gemuruh yang begitu besar, Bright akhirnya menghentikan larinya. Ia terdiam di tempat, memutarbalikkan tubuhnya ke belakang untuk melihat sosok sang ketua kelas kini terjatuh di lantai dengan keadaan menungging.
Seketika Bright tertawa lepas.
"Yang bener aja, ceroboh banget sih lo? Masa lari di lantai mulus aja bisa jatoh."
Bright menunggu jawaban dari sang pria yang barusan terjatuh. Biasanya, Metawin akan balas memandangnya dengan tatapan geram, bibir mengerucut dan alis menyatu sembari memaki dirinya habis-habisan.
Akan tetapi, tidak ada balasan dari pria bergigi kelinci itu. Bahkan saat ini, pria itu bukan hanya tidak menjawab, tapi tidak bergerak sama sekali.
Bright mengerjap.
"Woi, ketua kelas," panggilnya sekali lagi, memandang dengan penuh ragu, "jangan bilang ini cara lo buat nangkep gue supaya gak jadi kabur? Gue gak bakal terkecoh ya."
Lagi-lagi hening. Metawin sama sekali tidak menjawabnya, membuat rasa usil Bright kini berubah menjadi semakin cemas.
"Lo gak pingsan kan?" Tanya Bright memastikan, kini melangkah mendekati Metawin yang masih terkapar di lantai. Kakinya berjarak hanya beberapa inci dari tubuh Metawin, tapi pria itu masih tidak bergerak, membuat Bright kini berjongkok untuk mengecek lebih dekat.
Bright sadar kini terdapat kerumunan siswa yang menyaksikan kejadian saat ini, mengelilingi mereka berdua. Akan tetapi, ia tidak peduli. Fokusnya hanya berpusat pada sang ketua kelas yang sepertinya benar-benar jatuh pingsan. Bright melotot tidak percaya.
"Lo kepeleset sampe pingsan?! Yang bener aja!"
Baru saja Bright ingin lekas pergi memanggil bantuan, hendak membawa ketua kelasnya ke UKS. Akan tetapi, belum sempat dirinya berjalan menjauhi tubuh Metawin untuk mencari temannya, seragamnya sudah lebih dulu dipegang erat oleh seseorang, menghambat aksi dan niat awal Bright. Pria itu pun menoleh ke belakang. Kini dirinya disuguhi pemandangan yang tidak ia duga.
Niat baiknya malah menjadi bumerang untuknya. Bright melihat Metawin yang kini menggenggam erat lengan bajunya, dengan tatapan yang melekat bagai siap untuk menahan sekuat tenaga jika Bright berusaha untuk kabur lagi.
Senyuman lebar terlukis di wajah Metawin, matanya berbinar penuh kemenangan.
Sedangkan Bright? Ia masih terpaku di tempatnya, dengan mulut yang menganga tidak percaya.
"Mau kemana? Udah ketangkep sama aku, kamu udah gak bisa kabur. Balik ke kelas sekarang juga!"
Bright mengutuk dalam hati.
Ah, sial!
---
Terima kasih sudah membaca GUARDIAN DEVIL. Jangan lupa vote dan comment sebelum lanjut untuk mendukung author yaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
GUARDIAN DEVIL - BRIGHTWIN
Fanfiction"Kenapa lo diem aja disalahin begitu sama guru-guru?" Mendengar pertanyaan itu, Metawin menyipitkan mata dengan sinis. Mengapa Bright malah bertanya seakan peduli kepadanya? Padahal, semua masalah ini bisa terjadi karena tingkah pria itu yang selalu...