Jalan

105 21 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

Hari sudah malam dan jarum jam menunjukan pukul 11 malam, kali ini Iwaizumi yang menyetir.

"Apa kita gk beristirahat dulu di pom bensin?" Kata Oikawa yang melihat Iwaizumi sedikit kelelahan.

"Mana ada pom bensin di sekitar sini? Kita udah masuk ke pertengahan jalan." Celetuk Iwaizumi yang memang benar jika di kanan dan kiri mereka hanya ada hutan rimbun. Paling juga ada warung-warung angkringan kecil yang ada di pinggir jalan dan itupun jaraknya sudah terlewati cukup jauh.

 Paling juga ada warung-warung angkringan kecil yang ada di pinggir jalan dan itupun jaraknya sudah terlewati cukup jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau begitu minggir disini aja, kau tidur dulu sebentar." Kata Oikawa. "Bentar lagi kita nanjak loh, kalau kau lelah bisa bahaya."

"Aku masih kuat, kalau kita sampai lebih cepat kan enak, aku juga bisa beristirahat lebih lama juga."

Oikawa terdiam, Iwaizumi ini emang susah dibilanginnya.

"Mendingan aku aja yang nyetir." Seru Sakusa sedikit berteriak karena Sakusa duduk di paling belakang.

"Kau tidur saja, bahaya juga kalau gk ada yang nemenin kau."

"Aku yang akan menemani Sakusa -san." Celetuk Hinata. "Aku sudah tidur seharian jadi sekarang sudah tidak mengantuk lagi."

Iwaizumi terdiam ia masih berpikir.

"Kalau kau paksakan nanti malah bahaya, sebaiknya Iwaizumi -san beristirahat saja. Kita bertiga sudah puas tidur kok." Celetuk Kageyama yang pada akhirnya membuat Iwaizumi menepikan mobilnya.

Akhirnya mereka bertiga bertukar posisi, Iwaizumi dan Oikawa duduk di paling belakang dan Sakusa duduk di kursi kemudi, di samping kursi kemudi ada Hinata yang menemani Sakusa.

"Kau ikuti saja maps itu." Kata Oikawa yang membuat Sakusa mengangguk. Sakusa pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Hingga akhirnya Sakusa sampai pada tanjakan yang Oikawa maksud, tanjakan itu memang lumayan curam dan berkelit, di kanan dan kirinya juga terdapat jurang. Persis seperti tanjakan puncak namun ini lebih curam lagi.

"Berat juga mobilnya." Gumam Sakusa.

Diam-diam Sakusa merasa salut pada Iwaizumi yang menyetir mobil berat ini selama berjam-jam. Padahal Sakusa baru menyetir selama beberapa menit tapi tubuhnya sudah mulai pegal.

Sakusa pun mulai menjalankan mobil itu untuk menanjak secara hati-hati, untung dirinya sudah tidur selama seharian jadi ia bisa fokus sekarang.

"Kabutnya tebal sekali, apa tidak masalah jika kita menerobosnya?" Kata Hinata sedikit takut karena kabut itu sangat tebal, bahkan Hinata tidak bisa melihat apa yang ada diluar mobil.

"Jangan dibuka kacanya, karena ini daerah pegunungan takutnya kabut itu malah berbahaya dan mengganggu pernafasan kita." Jelas Sakusa yang membuat Kageyama dan Hinata menurut.

"Sakusa -san, bukankah lebih baik jika kita menghentikan perjalanan ini setidaknya sampai kabut itu menghilang?" Kata Kageyama yang entah kenapa firasatnya tidak enak.

"Kalau kita berhenti mobilnya bisa turun dan menyebabkan kecelakaan, aku juga maunya menepi dulu."

'Lagipula kenapa tiba-tiba ada kabut sih?' Sakusa jadi merasa gelisah. Tapi ia harus tetap fokus karena tidak tau apa yang ada di depannya dan juga apa yang ada di kanan dan kirinya. Salah langkah bisa-bisa nyebur ke jurang mereka.

Sakusa menggeram kesal karena mobil ini sangat berat bahkan berkali-kali mobil ini terperosok kebelakang, beruntung yang lainnya sudah tidur jadi tidak begitu berisik dan panik. Hinata juga hanya terdiam dan berdoa dan Kageyama yang terlihat santai seolah-olah tidak terjadi apapun.

Tapi bukankah Kageyama terlalu tenang? Biasanya ia juga akan ikut panik. Tapi Sakusa tidak memikirkan hal itu terlalu lama, ia terus menancapkan gas nya hingga akhirnya Sakusa merasa jika jalanan sudah tidak menanjak lagi walaupun masih ada kabut yang cukup tebal menyelimuti mereka.

Perlahan-lahan kabut itupun menghilang dan hanya menampilkan jalanan yang gelap dan sepi, kanan dan kiri masih tetap terdapat jurang.

Sakusa menyerit heran, kenapa jalanan ini terasa sangat asing? Seolah-olah tidak ada yang melewati jalan ini.

"Rame sekali ya." Gumam Kageyama yang membuat Hinata dan Sakusa menyerit heran.

"Rame? Apanya yang rame Kageyama? Jalannya sepi begini kok." Hinata menoleh dan menatap Kageyama.

Kageyama masih melihat ke luar jendela tapi tatapan matanya terlihat kosong. Kageyama menganggukkan kepalanya. "Iya sepi." Hinata semakin takut saat melihat tatapan kosong Kageyama.

"Oy bakayama." Hinata sedikit menaikan intonasi suaranya. Ia tidak peduli jika teman-temannya terbangun, itu malah lebih baik agar ada yang bisa menyadarkan Kageyama.

Kageyama tidak menggubris perkataan Hinata, tatapannya masih kosong dan melihat keluar jendela, Sakusa juga melihat hal itu dari kaca yang tergantung diatas dashboard mobil. Kageyama memang jadi pendiam saat sudah memasuki daerah yang seperti hutan tadi.

Jika Kageyama yang biasanya mungkin dia akan sedikit cerewet dan yang paling cepat menyadari perubahan Kageyama adalah Hinata.

Buk. Atsumu dengan sengaja memukul kepala Kageyama yang sontak membuat pria bersurai biru gelap itu terkejut.

Tatapan Kageyama tidak lagi kosong namun ia terlihat seperti orang bingung sambil mengusap kepala belakangnya yang terasa sakit. Ternyata sejak mobil itu merosot turun Atsumu sudah bangun dan dia tanpa sengaja pun merasa ada sesuatu yang tidak beres pada Kageyama.

"Apa sih yang kau lihat sampai melamun begitu?" Kata Atsumu heran. Tidak biasanya Kageyama terdiam begini.

Kageyama tidak menjawab dan menggelengkan kepalanya. Ia kembali menatap keluar jendela namun buru-buru ditutup oleh Atsumu, takut-takut Kageyama malah kesurupan saat melihat keluar jendela.

"Lebih baik kalau kau tidur." Kata Sakusa.

"Aku tidak mengantuk." Kageyama pun memilih untuk menyandarkan tubuhnya dan menatap lurus ke depan.

'Sialan, benar-benar tidak enak.' Kageyama menggerutu dalam hatinya.

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Don't Forget For Votmen 🥰
Thanks For Reading 🤗

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang