27

25 1 0
                                    

halooo biru update lagi!!!

gimana bab kemarin? semoga cukup memuaskan yaaa

sooo, sekarang enjoy with bab baru!!!

---------------------------------------------

Hari itu mereka pulang dini hari setelah mendengar apa permasalahan yang sedang Tia hadapi. Mungkin kalian pernah mendengar pepatah, tidak semua hal bisa dilihat dengan mata. Ada beberapa hal yang hanya bisa dilihat dengan hati atau perasaan. Salah satunya apa yang sedang Tia hadapi sekarang.

Biru dan Laut tahu bahwa Tia sedang sibuk beberapa bulan ini. Tia bilang bahwa kesibukannya adalah karena tugas, praktik dan segala macamnya. Walaupun itu memang benar tapi keduanya baru menyadari bahwa mereka juga sama-sama sibuk kuliah, tapi Biru dan Laut masih bisa menyempatkan waktu untuk latihan di studio. Seharusnya mereka bisa menemukan benang merah lain, bahwa tidak hanya sibuk kuliah Tia juga disibukkan dengan hal lain.

Ibunya sakit. Sakit parah. Tia bilang Ibunya terkena kanker perut stadium tiga. Tentu saja Ayahnya akan memberikan perawatan terbaik untuk Ibunya. Dokter menyarankan untuk melakukan perawatan di Turki. Negara tersebut memiliki alat medis yang memadai untuk mengobati penyakit kanker. Itulah mengapa beberapa bulan terakhir ini Tia sibuk mengurus berkas.

Dan hari ini, Biru serta Laut ikut mengantar keluarga Tia pergi ke Turki. Sudah lama juga mereka tidak bertemu dengan kedua orang tua tia.

"Makasih ya Biru, Laut, udah anterin Tia dan keluarga sampe bandara. Maaf tante harus bawa Tia pergi juga, soalnya tante nggak tega tinggalin dia sendirian di sini," itulah yang Bundanya Tia ucapkan saat mereka sudah sampai bandara. Tia meminta orang tuanya untuk masuk lebih dulu ke dalam bandara dan menunggu di arrival atau ruang tunggu. Tia ingin pamit sekali lagi sama kedua temannya.

"Mungkin ini nggak seberapa, tapi gue harap ini berguna buat kalian. Gue harap kalian cukup ingat kenangan indah yang pernah kita buat." ujar Tia sambil menyodorkan dua buah kotak berbungkus kertas kado berwarna biru kepada Biru dan Laut. Omong-omong, sengaja Tia memilih warna bungkus kado warna biru, karena sesuai dengan nama kedua temannya itu.

Kotak agak kecil Tia berikan kepada Biru, punya Laut agak panjang dan cukup besar. Tapi terlepas dari seberapa besar barang dan seberapa mahal harganya, isi di dalam kotak itu sangat berguna untuk Biru dan Laut. Tia berharap semoga keduanya bisa memanfaatkan hadiah darinya dengan baik.

"Bisa-bisanya malah ngasih kita hadiah." Ujar Biru sembari menyambut kotak kecil yang disodorkan Tia.

"Jangan bilang," belum sempat Laut menyelesaikan ucapannya, Tia lebih dulu memotong, "Kalian bukanya di rumah aja ya,"

Laut tahu apa benda di dalam kotak itu. Cukup lama Laut ingin mengganti punya dirinya dengan yang baru, tapi selalu ia urungkan karena ada kebutuhan yang lebih penting daripada sekedar benda itu. Rasa-rasanya isi dalam kotak ini adalah hal yang sudah lama Laut inginkan, hal ini membuatnya jadi terharu kepada Tia.

Boarding announcement dari Soekarno-Hatta menuju Atatürk sudah berkumandang dan inilah saatnya Tia harus berpisah sama Biru dan Laut. Ia harus segera masuk ke dalam pesawat.

"Bilang sama tante, semoga cepet sembuh." Biru mengatakan itu sembari menepuk pelan lengan Tia, bermaksud memberinya semangat.

Kemudian Biru menatap ke arah Laut dan Tia, lalu kembali berucap, "Ya udah gue tunggu di sana ya." kata biru sambil menunjuk tempat duduk yang ada di pinggir ruangan besar ini.

Setelah Biru melipir dari hadapan keduanya. Setelah Biru cukup jauh dari jangkauan keduanya, Laut tidak segan-segan lagi untuk menumpahkan air matanya. Laut pikir hubungan antara dirinya dan Tia tidak sedalam itu, tapi kenapa melihat Tia yang mau pergi sekarang membuatnya emosional dan sesak. Laut tidak ingin kehilangan Tia.

BIRU (Langit & Laut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang