SELAMAT SIANG SEMUAAA....
JAMANIKA UPADTE NIH YUUHUUUU...
Yang udah penasaran langsung baca aja yah!
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT! YUK SEMANGATIN AKUH!
HAPPY READIIIINGS.....
*******************
Guntur menggelegar seakan marah pada bumi dan isinya. Memberitahukan jika kita tidak ada apa-apanya di dunia. Kita hidup didunia hanya sebentar dan semua yang dimiliki akan hancur tertinggal. Kebaikanlah bersama rasa kasih akan mewangi. Tapi Anila belum mlelakukan apapun untuk seseorang dicintai. Ayah. Mamah. Mada.
"Ayah, Mamah, Mada. Akankah Anila bisa melewati semuanya? Ya, anak manja ini, anak cengeng ini. Anak pembawa masalah bagi tersayang. An, rapuh tak sekuat itu." Dalam gelap dan dalam danau Anila menyeru. Siapa yang akan mendengar?
Di dalam tenda Mada tersentak suara seseorang memanggilnya sendu. Napasnya terengah-engah melirik sekitar tak ada Anila. Guntur merambat di langit gelap. Gelap berubah terang menampakkan seseorang hampir hilang termakan air danau. Mada segera berlari kencang kearah Danau Ranu Kumbolo.
Butuh bantuan petir untuk menerawang dasar danau gelap. Mada masuk kedalam danau semakin tengah menenggelamkan diri, sesekali muncul ke permukaan mengambil napas. Mencari titik Anila berada. Jantung Mada berdegub keras saat napas panjang ia ambil masuk dalam air, petir menggelegar terlihat tubuh Anila melambai tak sadarkan diri.
"An! Anila!" sendu Mada menekan dada wanitanya menyeru nama Anila untuk bangun. Tubuh Anila sedingin es. Rona wajahnya menghilang. Mada memberikan napas buatan. Anila terbatuk, air keluar dari mulutnya.
Tubuh gemetar Anila segera Mada peluk memberikan kehangatan. Terisak. Rasa lega luar biasa didalam hatinya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kehilangan Anila karena lalai. Baru matanya terpejam tapi... Ah, ia gagal menjaga seorang yang penting di hidupnya.
Segera Mada membawa Anila ala bridal style kedalam gubuk semi permanen. Membalut tubuh Anila dengan kain berlapis pakaian Mada saja tak cukup, tubuh Anila masih menggigil hebat. Terakhir Mada membalutnya dengan tubuhnya. Memeluk erat Anila menggosok bahunya. Seiring waktu kehangatan tercipta. Anila terlelap.
********
Keesokkan hari.
Cahaya mentari menyusup masuk ke dalam gubuk tak berpintu. Mata Anila perlahan terbuka karena silaunya. Kain penutup tubuhnya turun saat beranjak duduk. Melihat seseorang jauh disana berdiri di tepi danau. Mada.
Mada terkejut tiba-tiba seseorang memagutnya dari belakang. Melirik tangan mungil dipinggang dan berbalik dengan ekspresi datar. Anila tidak tahu apa yang dipikirkan Mada sampai tak sadar akan langkah kakinya. Dia bukan orang selengah itu.
"Saya baik-baik saja." Anila membuka suara menelisik wajah Mada yang kini sibuk memakaikan pakaian luarnya pada bahunya. "Sungguh. PEACE! SUEEEER TAK KELEWER KEWWEEER..." Keluar lagi bahasa gaul modern-nya. Menggangkat dua jari dan digoyangkan.
Basa opo malih iki? (Bahasa apa lagi ini?)
Anila tak menyerah mengikuti kemana arah pandang Mada yang setia terdiam. Tadi malam pertamakalinya Anila melihat tangisan kencang Mada. "An ngaputen nggih, Madaaa. (An minta maaf yah, Madaaa)" Anila mengulas senyum menampilkan wajah memelas. Pantang menyerah membuat Mada berbicara.
Mada tetap mematung menatap datar Anila. Anila bisa melihat kekhawatiran dan kekecewaan di manik Mada.
"Hei! Akang Mada janganlah marah, nanti gantengnya hilang, loh!" rayu Anila mencoba menarik dua sudut bibirnya dengan dua telunjuknya. "Cobalah tersenyum. Jangan ngambek! nggih, enggih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JAMANIKA
FantasyPertemuan tidak sengaja dengan Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengubah seluruh hidup cewe manja bernama Anila. Bermula dari kejadian saat dirinya membaca buku kuno di toko buku misterius untuk mengalihkan perasaan sakit hatinya setelah...