Chapter 5

472 40 1
                                    

Setelah pulang dari sekolah Arsa, mereka; Jayendra dan Nanda, tentu tak kembali ke sekolah mereka sendiri. Nanda yang kali ini mengemudikan motornya memilih untuk membawa Jayendra ke rumahnya. Perasaan Temannya itu benar-benar tengah dibuat hancur. Badannya juga jadi terbawa lemas. Sampai Jayendra terus saja menyandarkan kepalanya pada punggung Nanda.

Katanya Jayendra juga lapar. Sampai di tujuan, Dia dibuatkan telur dadar oleh Nanda dengan rasa yang terlalu asin. Ibu dan Ayah Nanda bekerja, jadi rumahnya ini juga sepi, aman untuk dijadikan tempat pelarian kalau sedang bolos sekolah.

"Di makan dong, katanya lapar." Seru Nanda ketika ia kembali masuk ke kamarnya, setelah mengambil minum untuk dirinya dan tamunya itu.

Jayendra bahkan baru makan satu sendok, namun sekarang dia sudah tiduran di tempat tidur Nanda yang acak-acakan. Nanda ikut duduk disampingnya.

"Gak mood makan gue, Nan." Keluh Jayendra, ia merubah posisi tidurnya menjadi memunggungi Nanda.

"Masih soal Arsa?"

"Ya iyalah!" Sentak Jayendra, ia bahkan langsung duduk dan menoleh pada Nanda dengan tatapan tajamnya. Nanda menghela napasnya pelan, menyadari jika ia baru saja memancing kemarahan Jayendra.

"Sekarang lo pikir? Sodara kandung lo sendiri gak ngakuin keberadaan lo. Bahkan dia bilang keorang-orang kalo lo udah mati. Sebenarnya kenapa sih si Arsa itu!? Katanya gue gak punya salah apa-apa ke dia. Terus kenapa dia malah gini!?"

Nanda menepuk pundak temannya itu, mencoba untuk menenangkannya yang tengah berapi-api. Tentu wajar sekali jika Jayendra marah, adiknya itu memang harus dipukuli karena kurang ajar. Ya meskipun begitu Nanda pikir, Jayendra juga harus melihat alasan Arsa.

"Lo tenang dah, kan Arsa nanti bakal jelasin pas dia pulang. Tapi lo juga tumben, gak biasanya lo datang ke sekolah Arsa. Masalah kalian apa sih?"

Jayendra mencoba untuk menenangkan kemarahannya dengan mengatur napasnya, begitulah kakak dari Arsa ini. Sangat mudah terpancing emosi. Kadang jika mood pemuda itu tengah buruk, orang-orang disekitarnya yang menyadari itu langsung saja menghindari Jayendra.

Pernah waktu itu teman sekelasnya mengomel pada Jayendra karena ia menginjak lantai kelasnya yang masih basah setelah di pel. Bukannya menerima permintaan maaf, temannya itu malah menerima bentakkan.

"Kalo gue bilang, gue ngulang waktu, lo bakalan percaya?" Tanya Jayendra yang mendapati kerutan di dahi Nanda, temannya itu pasti belum mengerti.

"Maksud gue, gue kembali ke masa lalu dari masa depan."

Mata Nanda membelalak mendengarnya, namun tertawa diakhir, "Mana mungkin." Tukasnya.

"Gue kembali ngulang waktu, ke dua minggu sebelum Adik gue meninggal." Tambah Jayendra. Tawa Nanda hilang seketika.

"Dia jatuh dari lantai lima sekolahnya, orang-orang bilang kalau dia bunuh diri. Tapi gue gak terlalu percaya, apalagi setelah sekarang tahu kalo dia punya hal yang ditutupin dari gue. Hal itu yang menjadi pertanyaan bagi gue, apa Arsa bener-bener bunuh diri atau di bunuh. " suaranya terdengar melemah. Sorot matanya bukan lagi memancarkan kemarahan, namun kesedihan. Nanda juga merasakannya.

Kali ini Nanda percaya jika Jayendra memang mengulang waktu. Terlihat dari bagaimana frustasinya ia dengan pikirannya. Dari pagi tadi, Jayendra seperti bukan Jayendra yang ia kenal.

"Kalau bisa, kalau emang bisa. Gue pengen nyelametin dia. Gue pengen hidup bereng sama Arsa di masa depan. Lo gak akan tahu gimana berharganya seseorang sampai lo sendiri kehilangan dia. Ancur banget da, semuanya." Jayendra menyusut air matanya yang kembali terjun bebas dari matanya. Nanda yang juga ikut merasakan sakitnya menarik tubuh Jayendra untuk memberinya pelukan.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang