ACDD 18# PESANTREN AT-TAQWA

23.9K 1.7K 47
                                    

ACDD 18# PESANTREN AT-TAQWA

"Jika keindahan makhluk ciptaan Allah saja bisa membuat kita terpesona mencintainya, masa' kepada Allah yang lebih indah dari segalanya tidak bisa membuat kita tergila-gila?"

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Mobil yang ditumpangi Aisfa menyerong kiri, memasuki gapura bertuliskan At-Taqwa, sebuah lembaga agama yang menjadi wadah bagi setiap anak yang ingin mendalami ilmu agama, lalu terhenti di depan sebuah bangunan minimalis berlantai dua yang disebut sebagai ndalem di kalangan santri.

Keluarga Aisfa disambut hangat oleh Nyai Khadijah—istri dari Alm. Kiai Rozak. Semenjak kepergian suaminya, Nyai Khadijah yang kerap di panggil Umi Khadijah oleh santri, harus meneruskan perjuangan suaminya mengelola pesantren. Namun, beliau tak sendiri. Ada iparnya yang membantunya dan juga Asyraf keponakannya yang sering mengontrol keadaan pesantren sekaligus menjadi ustadz di sana.

"Ini yang namanya Aisfa," tanya Umi Khadijah menatap Aisfa dengan senyuman lembut.

Aisfa segera menyalimi tangan Umi Khadijah yang kemudian disambut pelukan oleh wanita paruh baya itu.

"MasyaAllah, cantik sekali," katanya sembari menoel dagu Aisfa. Aisfa tersipu mendengarnya.

Seorang pemuda memakai sarung dan baju koko disertai peci di kepala, keluar dari dalam ndalem mendekati Adzriel dan Naysila. Ia pun menyalimi tangan Adzriel dan menangkup tangannya di depan dada kepada Naysila dan Aisfa.

"Aisfa, ini yang ayah ceritakan kemarin. Asyraf teman masa kecil kamu," ujar Adzriel membuat mata indah Aisfa menatap ke arah Asyraf.

"Ingat aku?" tanyanya melihat kebingungan diwajah Aisfa.

Aisfa menggeleng pelan tanda ia masih tidak mengingat sesuatu tentang pemuda itu. Yang Aisfa tahu, Asyraf adalah teman Gus Alfatih yang pernah berkunjung ke ndalem pesantren Aisfa sebelumnya.

"Gak papa nanti saya bantu ingat," ujar Asyraf di iringi kekehan kecil.

"Raf, seperti kata Om kemarin, Om ingin memondokkan Aisfa di sini. Boleh Om titip dia ke kamu?" ucap Adzriel kali ini dengan mimik muka serius.

"Ayah, Aisfa udah gede. Aisfa bisa jaga diri Aisfa sendiri." Aisfa menekuk wajah kesal.

Ia tidak suka ayahnya memperlakukan dia seperti anak kecil yang harus dititipkan segala.
Umi Khadijah dan Asyraf tertawa melihat wajah cemberut Aisfa. Apalagi Asyraf yang teringat bagaimana masa kecil Aisfa. Gadis itu dulu juga suka sekali mengeluarkan ekspresi seperti itu saat ada sesuatu yang tidak ia sukai.

"Ayah cuma khawatir sama kamu, Sayang. Sewaktu kamu ada di Darul-Qur'an, ayah menitipkan kamu pada Gus Alfatih, karena sekarang kamu sudah berpindah pondok di sini, jadi ayah menitipkan kamu pada Asyraf."

Aisfa baru tahu hal itu. Jadi selama ini Gus Alfatih selalu ada untuknya bukan tanpa alasan? Dan bukan pula sebuah kebetulan? Melainkan karena amanah dari ayahnya.

Seperti ketika Aisfa ingin menganiaya dirinya sendiri dengan seblak pedas karena marah pada ayah dan ibunya, lalu Gus Alfatih datang mencegahnya agar Aisfa tidak sakit, dan seperti ketika Ardi hendak menculiknya, Gus Alfatih tiba-tiba datang menolongnya, karena dia diam-diam menjaga dan memantaunya.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang