BAB 40: KESALAH PAHAMAN

116 6 2
                                    

H A P P Y
R E A D I N G
-
-
-


RUMAH SAKIT PRAMUDYA

Saat ini waktu telah menunjukkan pukul satu siang. Langit tidak secerah biasanya yang kini tampak gelap. Semua orang mulai berlarian mencari tempat teduh karena yakin sebentar lagi akan turun hujan. Akan ada air yang begitu deras turun membasahi bumi.

Alim baru saja memarkirkan mobil miliknya di halaman rumah sakit pramudya tempatnya bekerja selama ini. Rintik rintik air hujan jatuh membasahi tubuhnya ketika ia berjalan keluar dari mobilnya menuju rumah sakit.

Langkahnya tiba tiba terhenti ketika masuk ke dalam rumah sakit. Ia melihat tenaga medis mulai sibuk berlarian kesana kemari. Polisi pun yang bukan merupakan tempat mereka ikut hadir disana. Rasanya rumah sakit saat ini tampak sangat berbeda.

Alim kembali melangkahkan kakinya. Dengan melangkah perlahan, ia melewati koridor rumah sakit seraya memperhatikan sekitar yang tampak ricuh. Wajah setiap orang yang ia lewati tampak lesuh dan sedih. Ia tak mengerti sebenarnya ada apa ini.

"Lim.. " Sapa seorang pria yang secara tiba tiba menghampirinya. Dengan memegangi pundak Alim, pria itu diam menatap Alim dengan tatapan sedih.

"Ada apa Ga? " Tanya Alim kepada Angga, pria yang tadi menghampirinya.

"Ayla meninggal"

Dua kata yang baru saja keluar dari mulut Angga itu membuat Alim terdiam sejenak. Rasanya ia tak percaya. Gadis mungil berumur enam tahun yang kurang lebih tiga bulan lalu di larikan ke rumah sakit karena kasus tabrak lari dan sekarang telah di panggil oleh sang Pencipta.

Alim masih teringat bagaimana keadaan gadis mungil itu ketika pertama kali di bawa ke rumah sakit itu. Gadis mungil itu tersenyum dan tak menangis sama sekali lalu kemudian menutup matanya dan koma selama tiga bulan. Setelah ia di rawat disini dengan harapan agar mata itu bisa kembali terbuka, agar senyuman itu kembali mereka lihat namun pencipta berkata lain. Kini mata itu tidak akan pernah terbuka lagi untuk selamanya.

"Lalu bagaimana keadaan Mira? " Tanya Alim lagi.

"Mira baik baik saja tapi dia masih koma" Jawab Angga lagi.

"Terus Riski? "

"Kamu bisa melihat sendiri di ruangan Ayla"

Setelah mendengar itu Alim kemudian kembali melebarkan langkahnya menuju ruangan Ayla. Saat sampai ia melihat ruangan itu di penuhi oleh tenaga medis yang mengurus jenazah dari Ayla dan juga polisi yang bersiaga. Di dalam ruangan itu pula ia melihat Riski yang menangis tak kuasa melihat anaknya dan juga Dafa yang ada di sampingnya ikut menguatkannya.

Kini satu jam telah berlalu. Rumah sakit telah kembali normal seperti biasanya. Alim kini sedang duduk di salah satu kursi tunggu yang biasanya di gunakan oleh pasien dan keluarga pasien. Alim hanya diam disana tidak melakukan apapun. Di pikirannya masih terus terbayang dengan Riski. Ia jadi teringat bagaimana ia dahulu ketika kedua orang tuanya meninggal. Ia pula menangis sejadi jadinya saat itu sama seperti Riski tadi.

Tak lama setelah itu Dafa datang menghampirinya dan ikut duduk di sampingnya.

"Apa kabar Alim? " Tanya Dafa kepada Alim setelah ia benar benar telah duduk.

"Baik bang" Jawab Alim sopan.

"Bagaimana keadaan Riski tadi bang? "Kini Alim yang kembali bertanya.

" Walau susah Riski sudah berusaha untuk ikhlas" Ucap Dafa. Kemudian ia menoleh ke arah Alim dan kembali berucap " Kamu dan Alya bagaimana? "

Alim hanya menoleh sekilas ke arah Dafa kemudian ia menunduk diam. Ia tak tahu harus berkata apa karena seperti yang di ketahui jika keduanya sedang ada masalah.

MENGULANG KISAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang