Haris berjalan membukakan pintu. Tampaklah dua orang ibu membawa nampan berisi makanan. Ibu-ibu tadi datang bersama dua orang tentara yang membawa senter untuk penerangan.
"Permisi Pak Guru, ini kami bawakan makan malam untuk kalian,"
"Oh ya, silakan masuk, Bu." Haris sedikit menggeser tubuhnya mempersilakan mereka masuk.
"Selamat malam, Pak Guru. Perkenalkan, saya Sertu Bima dan ini kawan saya Sertu Tio." Dua orang tentara itu menjabat tangan Haris.
"Saya Haris, Pak. Mari masuk, saya kenalkan sama teman-teman saya."
"Teman-temannya perempuan, ya, Pak Haris?" tanya Tio.
"Hus! modus lo!" Bima menyenggol lengan Tio.
"Biarin, siapa tau ada yang nyangkut sama gue."
"Dih? Gigi lo tuh nyangkut!"
"Pak Haris, maafin kelakuan temen saya, ya? Maklum aja, dia jomblo dari lahir."
"Heh! jangan buka kartu dong!"
"Hahaha nggak apa-apa Pak Bima, Pak Tio. Yuk masuk, siapa tau temen-temen saya beneran nyangkut," Timpal Haris.
"Ibu-Ibu, ini ada yang mau kenalan katanya."
"Perkenalkan, saya Sertu Tio dan ini kawan saya Sertu Bima."
"Saya Lisna."
"Saya Dewi."
"Oktarani."
"Bu Lisna, Bu Dewi, Bu Oktarani, dan Pak Haris. Senang menyambut kedatangan Bapak-Ibu di sini, kami berdua ditugaskan untuk menjaga kalian di pondok ini oleh pimpinan kami Letda Kafi."
"Memangnya harus sampai seperti itu, ya?" tanya Dewi penasaran.
"Iya, Bu Dewi. Wilayah perbatasan sangat tidak aman, apalagi kalian ini orang baru."
"Jadi kalian akan menjaga seperti apa?"
"Kami berjaga di malam hari saja, waktu kalian tertidur. Kami akan duduk di depan dan berjaga, kalau sudah pagi dan kalian sudah berangkat mengajar kami akan kembali ke barak."
"Apa se-bahaya itu? memangnya ada bahaya apa?" Okta penasaran. Bagaimana tidak, mereka ini, 'kan cuma guru saja bukan pejabat tinggi yang perlu penjagaan seperti itu.
"Aduh, ehm.. biar nanti Letda Kafi saja yang menjelaskan, ya, Bu Okta. Besok Letda Kafi pasti datang ke SDN Tuba Hulu, Bu Okta bisa tanya di sana." Jawab Tio terlihat bingung.
"Ya sudah, Bapak Ibu Guru sialakan makan malam. Mama-Mama ini sudah masak makanan enak untuk kalian. Kami berdua akan mulai jaga di depan," pamit Bima.
"Eh tunggu dulu. Pak Bima dan Pak Tio ikut makan juga dong sama kita,"
"Tidak usah, Bu Lisna. Kami berdua sudah makan di barak bersama yang lain tadi, terima kasih."
"Benar, nih?"
"Iya, Bu Lisna."
"Ya sudah, saya antarkan Mama-Mama ini pulang dulu. Sertu Tio akan jaga di sini,"
"Mama, terima kasih makanannya."
"Sama-sama, Bu Guru. Kami pulang dulu, ya?"
Para guru itu mengangguk sebagai jawaban.
...
Pagi telah datang, matahari sudah bersinar dengan ceria, seceria senyum anak-anak desa Pugano menyambut hari baru.
Lisna, Dewi, Okta, dan Haris sudah berada di SDN Tuba Hulu pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemilau Asa di Ujung Desa
Ficción GeneralLuka atas berpulangnya sang suami membuat seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru itu membuatnya mengambil langkah berani untuk mengikuti program mengajar di perbatasan. Harapannya adalah untuk bisa segera sembuh dari luka kehilangan suaminya...