Setelah pulang sekolah, Arvino mengirim pesan ke Fashakira katanya ada hal yang perlu dibicarakan.
"Temenin gue cari kado buat sepupu gue!" ujar Arvino saat mereka sudah bertemu di parkiran sekolah.
Arvino membukakan pintu untuk Fashakira. Gadis itu sampai muak rasanya diperlakukan manis seperti ini tanpa hubungan yang jelas.
"Soal bunga mawar, itu pemberian lo?" tanya Fashakira.
"Menurut lo gimana?" Arvino bertanya kembali.
"Gue cuma mau lo jawab iya atau engga, bukan malah balik nanya kak." tukas Fashakira mengalihkan pandangannya ke jalan.
"Iya gue yang kasih buat lo." Arvino fokus menyetir.
"Dalam rangka apa? Gue belom mau ketemu Tuhan lagipula jangan terlalu berlebihan bersikap manis kaya gitu Vin kalo gue baper belom tentu lo mau tanggung jawab atas perasaan gue." Dia menatap Arvino.
Dia sudah tidak bisa menahan segala sesak yang dia rasakan beberapa bulan ini setelah kedatangan Arvino yang secara tiba-tiba. Perlakuan manis lelaki itu bisa membuat dirinya lupa kalau mereka tidak memiliki hubungan yang pasti selain seorang teman.
Ya, sedari dulu keduanya selalu seperti ini. Mungkin kalau di bilang hubungan mereka ini hubungan tanpa status. Arvino secara terang-terangan memberikan seluruh perhatiannya ke Fashakira namun tidak ada status yang pasti.
"Apa lo punya pacar Vin?" Fashakira memanggil dengan namanya tanpa sebutan kak seperti biasanya.
Arvino menarik nafasnya kasar.
"Sorry to say that Caa, gue emang gamau kehilangan lo kaya dulu lagi makanya perlakuan gue ke lo keliatan manis banget. Gue cuma mau ngelindungin lo doang." ungkap Arvino.
Fashakira masih tidak mengerti jalan pikiran lelaki itu. Perlindungan seperti apa yang dia maksud? Melindungi atau melukai dirinya?
"Terus perempuan yang lo ajak makan di resto Jepang waktu itu pacar lo?" tebak Fashakira.
"Iya!" jawab Arvino seperti orang tidak bersalah.
Satu minggu lalu, Fashakira menghabiskan waktu libur akhir pekannya ke sebuah mall ternama di ibukota. Saat sedang makan dia melihat Arvino dengan seorang perempuan cantik mengenakan dress press body se-lutut memasuki resto yang sama.
Perlakuan Arvino ke perempuan itu berbeda saat bersamanya, tanpa sungkan lengan lelaki itu bertengger di pinggang ramping perempuan yang saat itu bersamanya.
Fashakira bergegas pergi meninggalkan tempat itu tanpa menghabiskan makanan yang tersisa. Itu sungguh mengganggu pemandangannya!
Dia pindah tempat ke sebuah toko aksesoris sambil memilih tanpa sengaja tangan keduanya menyentuh bersamaan barang yang hanya tersisa satu.
Ya mereka bertemu lagi, lagi dan lagi.
"Buat kamu aja." ucap Fashakira ramah dan melepaskan tangannya.
"Terima kasih!" ujar perempuan yang bersama Arvino itu tersenyum.
Kalung dengan inisial S menjadi milik perempuan itu dan Fashakira meninggalkan mall, suasana hatinya memburuk!
"God damn you Arvino Danendra!"
Dia memukul setir dan menangis sambil mengendarai mobilnya. Untung saja hal buruk tidak menimpa Fashakira.
Saat sampai dirumah dia menaiki anak tangga lalu menuju ke kamarnya, meluapkan emosi yang sejak tadi menganggu hatinya.
Lama-kelamaan gadis itu tertidur sampai pagi menjelang.
"Papa udah denger kabar kembalinya kamu ke sini. Kita harus jaga jarak agar mereka ga curiga kalo kita sering jalan bareng!" titahnya pada Arvino
Arvino mengangguk tanpa menjawab omongan Fashakira. Mereka sudah sampai di mana Arvino bisa mendapatkan yang di mau.
Dua manusia itu ke mall memasuki toko aksesoris yang seminggu lalu di datangi keduanya. Bedanya kali ini hanya mereka berdua.
"Sepupu lo perempuan?" tanya Fashakira.
Arvino terdiam. Dengan sesuka hatinya saja dia meraih tangan Fashakira dan membawa pada urutan kalung disana.
"Suka ga?" Arvino mengambil kalung dengan liontin kupu-kupu ditengahnya ada huruf F.
"Sepupu lo inisialnya F? Bagus kok." ujarnya.
"Berarti lo suka ya. Ambil apapun yang lo suka!" cetus Arvino.
"Untuk apa?" tanya Fashakira
"Gantiin kalung yang lo mau." kata Arvino santai.
Fashakira meletakan kembali benda itu, sebelum pergi dia berkata "Kalo hanya sekedar kalung kaya gini gue bisa beli sendiri."
Demi Tuhan, hatinya sakit sekali, menangis pun bukan waktu yang tepat untuk saat ini dalam perjalanan keluar dari mall dia sudah memesan taksi online tujuannya adalah rumah Angela.
Air mata jatuh tanpa permisi mengalir dari mata cantik itu dia berusaha menghapus kasar buliran bening sialan yang semakin dia singkirkan semakin deras.
Fashakira tidak sekuat itu ternyata pengakuan dari Arvino membuat dadanya sesak tentu saja dia butuh sesuatu untuk melegakan rasa yang membuat dirinya menjadi menyedihkan seperti ini.
Bel rumah Angela berbunyi gadis itu sedang menggunakan sheet mask dia nampak terkejut ternyata yang berada di depan pintu rumhnya adalah Fashakira yang sedang berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.
"Lo kenapa Sha kaya abis di usir dari rumah aja haha," Bukannya menanyakan keadaan sahabatnya itu dia malah menertawakan.
"Ah lo sama nyebelinnya sama kaya Arvin, gue benci!" Tanpa permisi dia langsung duduk di sofa yang ada di rumah itu.
"Ke kamar gue aja Sha!" ajak Angela.
Pintu terbuka, kamar Angela langsung mengarah balkon ruangan ini di dominasi nuansa warna putih dan beige. Angela membersihkan masker yang tadi dia kenakan. Fashakira mengambil keripik kentang yang memang sudah disediakan disana.
Mereka berjalan ke arah balkon untuk menenangkan pikiran yang akan dikeluarkan sebentar lagi.
"Tarik nafas dulu Sha." ujar Angela becanda, gadis satu ini memang selalu mudah tertawa apalagi yang akan di hadapi adalah Fashakira masalah yang pasti adalah Arvino, dia sudah menduga.
"Eh nanti dulu deh ceritanya gue mau bikin kopi lo mau?" tawarnya. Gadis itu saat ini sendiri orang tuanya sedang pergi keluar kota jadi dia bebas.
Fashakira mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Novela JuvenilWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...