7. Sah jadi istri

612 23 1
                                    

Shafa masih tidak menyangka jika dirinya sudah menjadi seorang istri. Apalagi istri dari seorang gus, putra pengasuh pesantren Nurul Anwar tempat dirinya menimba ilmu. Apa ini sebuah mimpi?

Ahmad bilang gus Ridwan sudah sah menjadi suami Shafa kemarin malam ba'da isya. Awalnya gus Ridwan hanya berniat mengkhitbah, tapi abah Abdullah meminta gus Ridwan untuk langsung mengikrarkan  akad agar memudahkan hubungan antara Shafa dan gus Ridwan kedepannya. Pantas saja bu Nyai Halimah membolehkan mereka pergi berdua tanpa pendamping seperti biasanya

Sekarang ini Shafa sedang berada di dapur untuk membantu ibunya menyiapkan makan siang, sebenarnya ini juga cara Shafa agar bisa menghindari gus Ridwan, dirinya masih belum terbiasa jika harus berdekatan dengan gus Ridwan dengan status barunya saat ini

"Wes men ibu wae sek lanjutna, sampeyan ngurusi gus Ridwan wae barangkali suami mu butuh sesuatu"

"Ibuuuu"

"Sinau dadi istri sek sholehah, sek manut karo gus Ridwan ojo bantah perintahe nek kui perintah sek bener, ojo sampek gawe mangkel atine suamine sampeyan, nek semisal gus Ridwan ora ridho sampeyan iso dilaknat malaikat"

"Bu Shafa wedos"

"Bismillah wae ndok, di niati ibadah insyaallah di paringi gampang neng gusti allah"

"Aamiin nuwun pandongane geh bu"

"Iyo cah ayu"

Shafa mengetuk pintu kamarnya, sekarang dia tidak bisa langsung masuk kamarnya karena sekarang, ini bukan hanya kamar Shafa tapi juga kamar gus Ridwan, suaminya

Pintu kamar Shafa terbuka memperlihatkan gus Ridwan yang sedang berdiri tepat di depan Shafa "masuk dek"

Dengan ragu ragu akhirnya Shafa masuk ke kamarnya, dia duduk di kasur dengan kepala yang menunduk, Shafa dilanda gugup.

Gus Ridwan duduk di samping Shafa setelah mengambil sesuatu di tasnya "boleh pegang tangannya?" Tanya gus Ridwan yang terdengar lembut di telinga Shafa, beda dengan yang biasa Shafa dengar karena lebih terdengar kaku atau dingin?

Setelah mendapat persetujuan dari Shafa, gus Ridwan langsung mengambil tangan kiri Shafa lalu memasangkan sebuah cincin emas ke jari manis Shafa 

"Alhamdulillah pas" gumam gus Ridwan lalu tiba tiba mencium tangan Shafa yang membuat tubuh Shafa seketika menegang

"Terimakasih Fa sudah mau menerima saya, kita jalani semua bareng bareng ya Fa. Saya tidak bisa menjanjikan apa apa tapi saya akan berusaha semampu saya untuk membahagiakan kamu, istriku" belum sembuh dari keterkejutan setelah di cium tangannya, sekarang gus Ridwan malah mencium dahi Shafa cukup lama

"Udah sholat dzuhur?" Tanya gus Ridwan setelah melepaskan ciumannya dari dahi Shafa. Gelengan kepala Shafa menjadi jawaban atas pertanyaan gus Ridwan. Entah kemana perginya suara Shafa sampai tidak mampu menjawab pertanyaan gus Ridwan

"Tolong siapkan pakaian saya ya, habis ini kita sholat dzuhur jamaah. Pakaian saya ada di tas samping tas kamu" Shafa menoleh ke salah satu sudut dimana Shafa meletakan tasnya tadi, dan benar saja disana juga ada tas hitam yang tadi Shafa lihat di mobil gus Ridwan

Kini mereka sudah siap menjalankan sholat dzuhur dengan gus Ridwan yang menjadi imam Shafa. Tadi saat gus Ridwan sedang mengambil wudhu, Shafa langsung menyiapkan pakaian gus Ridwan dan sajadah untuk mereka sholat. Shafa memilih koko putih dan sarung hitam untuk gus Ridwan sholat siang ini

Keduanya sholat dengan khusyuk dilanjut wirid dan doa dengan di pimpin gus Ridwan dan di amini Shafa dalam hati. Ternyata begini rasanya sholat berjamaah dengan di imami suami, rasanya membahagiakan dan terharu

Shafa mengambil tangan gus Ridwan lalu menciumnya, sebagai tanda baktinya pada sang suami, lalu gus Ridwan mencium kening Shafa cukup lama. Gus Ridwan memegang ujung kepala Shafa lalu membaca doa untuk istri

"Saya mencintai kamu Shafa azzahro, semoga allah meridhoi pernikahan kita"

HebbaytekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang