12. Masa Laluku bersama Istri [1]

108 19 4
                                    

"Sebenernya gue disuruh minta maaf sama Papa, tapi sebenernya gue nggak mau. Jadi, karena kita udah ketemu, anggap aja gue udah minta maaf. Kalo Papa gue tanya, bilang aja—"

"Nggak," jawab Seokjin datar. "Bahkan kalau lo minta maaf dengan tulus, kelakuan kurang ajar lo belum tentu bisa gue maafin, apalagi dengan lo ngomong terang-terangan tanpa rasa bersalah kayak gini. Jadi, jangan harap gue bakal rela bohong biar lo seneng. Kalau udah nggak ada yang mau diomongin, gue pergi."

"Dasar tukang ngambek, kayak cewek!" sembur Sojung setelah Setelah Seokjin beranjak pergi.

Gadis itu kini mengentak-entak kaki dengan kesal setelah tahu lawannya ternyata tidak mudah dibujuk dan malah memilih memperpanjang masalah. Kalau saja ayahnya tidak mempermasalahkan kelakuan Sojung, pasti gadis itu memilih enggan berurusan lagi dengan si anak BEM, tetapi kedua orang tua yang mendesak, terlebih ayah yang merasa sangat malu lantaran gagal mendidik anak membuat Sojung terpaksa harus mengejar maaf dari Seokjin.

Ya sudahlah, paling tidak, Sojung sudah mengajak bertemu dan berusaha, setelah ini dia bisa melapor pada ayah dan ibunya kalau sudah mengajak Seokjin bertemu dan meminta maaf, Seokjinnya saja yang sombong dan enggan bermurah hati sehingga permintaan maaf itu tidak digubris sama sekali.

"Dih, bohong banget!"

Jungkook langsung menyahut sesaat setelah Sojung membeberkan kebohongannya. "Jangan percaya, Ma, Pa."

"Tahu apa, sih, kamu. Kayak kenal aja sama Seokjin Seokjin itu." Satu pukulan di bahu tidak bisa tidak melayang kepada Jungkook, alhasil anak SMA itu lekas membalas dan untuk beberapa saat terjadilah adegan saling pukul antara adik-kakak itu.

"Aduh, kalian, nih, udah besar masih aja berantem kayak gitu. Mbak, kamu tuh jangan sama aja kayak adik kamu. Ngalah, kek!"

"Iya, bela aja Jungkook terus!" sahut Sojung kesal. "Anak Mama kan cuma dia!"

"Emang. Mbak, kan, anak pungut," celetuk Jungkook seraya menggigit pisang goreng hangat dari meja makan.

Buk!

Kali ini sang ibu yang memukul pundak Jungkook keras-keras, nyaris membuat pisang yang akan ditelan keluar lagi.

"Nggak boleh ngomong kayak gitu!" tegur Yongeun.

Sojung langsung memelet dan menertawai sang adik tanpa suara.

"Mbak, kamu minta maaf yang bener, dong, sama calon mantu Mama," keluh Youngeun detik berikutnya.

"Calon mantu?" ulang Sojung. "Mama mau jodohin marmut gede itu sama kelinci got kesayangan Mama?" tanya Sojung sambil melirik Jungkook yang tengah menikmati pisang goreng keduanya.

"Jeruk makan jeruk, dong," imbuh gadis itu dan secara otomatis kaki Jungkook bergerak menendang kaki kursi yang diduduki Sojung hingga terjatuh ke samping, berikut dengan orangnya.

Brak!

"Jungkook!" Mungkin tetangga pun bisa mendengar teriakan penuh amarah Sojung dengan jelas. Bukan hanya pantat dan pinggangnya yang sakit, harga dirinya pun terluka karena terjatuh dengan sangat tidak elite.

"Pft!"

Sojung langsung menoleh pada suara tawa yang mati-matian ditahan di ambang pintu. Mata gadis itu memelotot begitu mendapati sosok yang menjadi bahan ghibahnya barusa berdiri sambil menutup mulut untuk menyembunyikan senyum puas setelah melihat Sojung terjatuh.

"Ngapain lo di sini!" sembur Sojung dengan wajah memerah lantaran malu sekaligus kesal. Gadis itu buru-buru bangkit, mengabaikan encok yang mendadak datang hanya untuk menarik kerah kaus Seokjin hingga jarak wajah mereka terkikis banyak.

"Lo ngetawain gue?" tanyanya sambil melotot. Mata almon itu jadi tambah besar dan menyeramkan.

"Is, Mbak!" Youngeun buru-buru memisahkan Sojung dari mahasiswa bimbingan suaminya. "Seokjin tamu Mama, nggak boleh gitu, ya, nggak sopan."

"Bang!" Jungkook menyapa dengan ramah. "Sini!" Laki-laki itu menepuk kursi kosong di sebelah kanan, memberi kode agar Seokjin duduk di sana. "Nenek lampir yang satu itu nggak usah diaminin."

"Mama, kenapa orang itu di sini!" teriak Sojung. "Pake sok akrab sama kelinci got itu lagi!"

"Dibilangin tamu Mama. Mama yang undang."

"Ya ngapain diundang. Nggak ada yang lebih penting apa sampai harus dia—"

"Mbak, mulutnya dikontrol, dong." Sang ayah yang baru datang langsung menegur si sulung. "Kamu belum minta maaf sama Seokjin, sekarang udah mau nambah daftar salah lagi?"

Sojung mengepalkan tangan guna meredam rasa kesal, sementara Seokjin malah terlihat santai dan akrab dengan Jungkook, padahal sebelum ini Sojung yakin mereka tidak saling kenal.

"Ayyo, Mbak, bantuin pindahin makanannya, biar cepet mulai makan malamnya," ajak Youngeun.

"Nggak mau!" sembur Sojung lalu melangkah sambil dientak meninggalkan ruang makan.

Jungkook langsung mendecak. "Perangai jeleknya emang nggak ketolong," ucap remaja SMA itu dengan nada prihatin yang dibuat-buat. "Jangan sampai lo jodoh sama mbak gue, Bang. Kasihan gue, takut lo menderita."

Berhubung sedang ada di depan orang tua gadis terkait, Seokjin hanya bisa tertawa hambar menanggapi ucapan Jungkook, padahal dalam hati sudah menggebu-gebu dan membatin ya nggak bakalanlah gila aja gue mau sama kakak lo. Gue masih waras. Apa gunanya cantik kalau berpotensi KDRT!

"Jungkook, jangan ngomong sembarangan." Youngeun segera menegur, lalu pandangannya teralih pada Seokjin yang masih malu-malu, padahal ini kali ketiga dia datang. Pertama untuk bimbingan, kedua sengaja diundang Youngeun melalui suaminya untuk makan siang bersama, dan ketiga hari ini, lagi-lagi menggunakan suami yang berstatus dosen pembimbing Seokjin sebagai senjata.

Di pertemuan kedua itu Jungkook berkenalan dengan Seokjin, dan karena ternyata mereka memainkan gim yang sama, keduanya jadi dekat dan sudah dua kali pergi ke warnet bersama.

"Aslinya Sojung itu baik dan lemah lembut, kok," jelas Youngeun diiringi senyuman manis. "Dia itu sebenernya tipikal istri idaman, loh. Mandiri, bisa masak, cantik, suka anak kecil, nggak boros, pintar manajemen uang, pengertian, penyayang, setia lagi. Iya, kan, Pa?"

"Hm." Hyunjae mengangguk sekenanya, tidak mau terlalu ikut campur dalam misi istrinya. Dia cukup sebagai penyampai pesan, soal comblang, tidak mau terlalu ambil pusing sebab Sojung sepertinya masih jauh dari rencana menikah, kalaupun tiba-tiba ingin menikah, sudah pasti bukan dengan Seokjin, melainkan dengan kekasihnya saat ini yang sudah dipacari sejak semester satu.

"Kalau mau kenal Sojung sedikit lagi, nanti kamu bakal bisa lihat pesona anak Tante," lanjut Youngeun. "Sikapnya sekarang jangan terlalu diambil hati, ya. Soal Sojung yang harus minta maaf, nanti pasti ada saatnya hatinya tergerak dan mau minta maaf dengan tulus."

"Ah, i-iya, Tante."

"Ma, udahlah, nggak usah bagus-bagusin Mbak Sojung di depan Bang Seokjin. Boroknya udah telanjur kelihatan semua. Lagian Bang Seokjin sama Mbak Sojung sama-sama udah punya pacar."

"Baru pacaran, masih bisa ditikung," sahut Youngeun enteng.

Sekarang, Seokjin tahu dari mana sikap sembrono Sojung. Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya.

5/1/23

Suara Hati Pak SuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang