Bertemu Dewi II

6K 407 4
                                    


Ada sebuah pohon rimbun di dekat kastel itu. Cahaya pun sulit masuk disela-sela dedaunan lebat dan gelap. Tempat yang cocok untuk bersembunyi dan memantau.

Tampaknya tak hanya sebatas teori, karena jauh dibalik gelap itu tampak sosok manusia tengah memantau.

Dia mengenakan pakaian serba hitam, menyatu dengan gelapnya bayang-bayang daun itu. Wajahnya juga tak kelihatan karena tertutup topeng dengan motif serigala berwarna hitam itu.

Dia tampak waspada, memantau kondisi lubang itu. Ini hampir membuatnya terjatuh karena terkejut akibat hantaman besar tersebut. Sebuah guncangan yang membuat beberapa helai daun berguguran. Sebuah kekuatan yang mengerikan.

"Pangeran ketujuh memiliki kekuatan sebesar ini?"

Ia seakan tak percaya dengan apa yang dilihat matanya. Sebuah lubang besar yang merupakan efek dari serangan setara master itu.

"Sejak kapan dia menjadi master?" batinnya lagi.

Ia sudah lama memantau di kastel itu. Layaknya seekor burung yang sudah bersarang di sana. Dia bahkan tahu kabar menghilangnya pangeran ketujuh itu.

Matanya hanya melihat sekilas, bagaimana sebuah cahaya keemasan itu bergerak cepat dan menghancurkan lantai tebal itu layaknya semangka yang dihantam godam raksasa. Itu hancur seperti benda lunak tanpa bisa melawan.

Keterkejutannya tak hanya sampai di situ. Matanya terbelalak saat menyaksikan pria tua yang bergerak ringan seperti kapas ditiup angin. Hampir tak ada suara yang ditimbulkan saat ia menjejak di sebelah lubang besar tersebut.

"Aku harus segera melaporkannya" ujarnya.

Ia menyibak jubah hitam itu, mengambil sebuah kertas yang ada dalam botol terikat di pinggangnya.

Ternyata ia adalah wanita, menilik dari belahan dada dibalik jubah itu. Dia cepat menutupnya kembali, mencatat sesuatu dan menyegelnya dengan mantra-mantra tertentu.

Ini terjadi dengan begitu cepat, kilatan cahaya hitam bak kabut itu menyelimuti kertasnya. Ia tampak tak fokus karena harus melihat pria tua itu sesekali. Ia tak menyangka ada master lain di tempat ini.

"Putri ke enam harus diberitahu" gumamnya.

"Hoo.. putri keenam harus diberitahu?"

Sontak wanita itu menoleh ke belakang. Ada suara lain yang mengikuti gumamannya itu. Suara yang membuat bulu kuduknya itu berdiri seolah ada bahaya di dalamnya.

".."

Matanya terbelalak saat melihat pria tua itu sudah ada di belakangnya. Duduk bersila di atas ranting kecil itu seolah tanpa berat.

Satu kedipan mata saja tak sampai dan sekarang pria tua itu sudah ada di belakangnya. Insting wanita itu langsung berteriak, berontak hanya dengan satu perintah.

"Lari!" itulah yang dikatakan nalurinya itu. Jika terlambat sedikit dia pasti akan langsung meregang nyawa.

Ia bahkan tak menyangka orang tua itu bisa bergerak kurang dari satu kedipan mata.

"Trak, Trak, Trak"

"Ughh"

Wanita itu coba berontak, namun benang-benang tipis itu sudah melilit tubuhnya dan menghentikan pergerakan wanita itu. Dia sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi kecuali mencoba melotot dari balik topeng serigala hitam itu.

"Aku sudah melihatmu cukup lama. Aku rasa sekarang adalah waktu untuk menyelesaikannya"

Pria tua itu mengibaskan tangannya, membentuk angin kuat dari sapuan itu.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang