*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Kenapa harus Bali? Dan kenapa harus sama Aryan?"Tara dan Satya kini tengah mengobrol di dalam mobil sewaan yang Satya kemudikan. Tara baru saja selesai dengan pekerjaannya sekitar setengah jam yang lalu dan kini mereka tengah dalam perjalanan untuk mencari makan malam dan mungkin juga akan pergi ke beberapa tempat lainnya untuk menghabiskan waktu bersama.
Tara menoleh, ia lalu tersenyum saat bertanya, "Cemburu?"
Satya langsung mengalihkan fokusnya dari jalanan di depan mereka, ia langsung menatap Tara dan tentu saja dengan tatapan yang membuat Tara senyum kian lebar.
"Ya cemburu lah, dia bisa ketemu sama lo hampir setiap hari selama hampir setengah tahun ini, dia bisa ada di deket lo dan itu bukan hal baik ... buat gue ... Gue cemburu banget," sahut Satya yang sama sekali tak berniat untuk menutup-nutupi lagi perasaannya.
Apa pun yang ia rasakan sekarang, ia ingin Tara mengetahuinya.
"Lo udah tahu kalau gue nyebelin pas lagi cemburu, kan? Karena itu, jangan sering-sering bikin gue cemburu kalau perlu jauhin Si Aryan ... gue gak suka dia," sambung Satya yang lagi-lagi mengatakan semua dengan sejujur-jujurnya.
Tara menganggukkan kepalanya, ia menyetujui perkataan Satya jika pria itu menyebalkan namun ia tak bisa menyetujui permintaan Satya agar ia menjauhi Aryan. Selain rekan kerja tentu Satya tahu jika mereka sudah berteman cukup lama dan rasanya kurang sopan jika Tara tiba-tiba saja menjauhi Aryan, kan?
"Jawab pertanyaan gue, Tara," ujar Satya mengingatkan lagi jika Tara masih belum menjawab pertanyaannya.
"Kenapa Bali?" gumam Tara mengulang pertanyaan pertama Satya lalu ia terdiam tampak seperti tengah memikirkan jawabannya atau mungkin tengah mengingat-ingat lagi mengapa ia memilih mengasingkan dirinya ke sana.
"Karena saat itu gue gak tahu harus pergi ke mana lagi," ujar Tara pada akhirnya.
"Kalau ke Bandung, lo sama orang tua Kafka bisa temuin gue dengan mudah, kan? Dan waktu itu gue lagi gak mau ketemu siapa-siapa," ungkap Tara yang memilih untuk menatap keluar daripada melihat ekspresi wajah Satya.
Tara tiba-tiba teringat lagi semua kejadian yang membuatnya memutuskan untuk pergi, ia pikir setelah hampir setengah tahun saat ia kembali mengingatnya ia akan baik-baik saja, namun ternyata hatinya belum baik-baik saja.
"Terus kenapa harus kerja di tempat yang sama, sama Aryan?" gumam Tara lagi melanjutkan ke pertanyaan kedua.
"Kayak yang gue bilang sebelumnya, gue pikir dengan kerja gue bisa lebih cepat lupain semua dan kebetulan Aryan kasih tahu kalau di hotelnya ada lowongan untuk HR Supervisor, ya udah gue coba aja dan ternyata keterima."
Satya kembali melirik Tara, ia menyadari nada bicara Tara yang berubah dan ia tahu ia mungkin saja sedang mengorek luka wanita di sampingnya tersebut, namun ada satu hal yang sangat ingin Satya tanyakan.
"Tar—"
"Kita udah sampai. Berhenti di depan sana, Sat," ujar Tara yang tanpa sadar menyela Satya sehingga pada akhirnya Satya urung untuk mengutarakan pertanyaannya.
Tara dan Satya pun turun dari mobil lalu, tangan mereka kembali saling bergandengan dan kini mereka tengah berjalan ke arah salah satu restoran yang berada di pantai Jimbaran.
Mereka lalu diarahkan menuju meja untuk dua orang di dekat tepian pantai sehingga saat mereka sampai di sana, mereka langsung disuguhkan dengan pemandangan pantai dan matahari yang sebentar lagi akan berganti tugas dengan bulan dan bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...