Selama satu setengah minggu, Peat lupa tentang Fort. Dan Noeul kembali dengan rutinitas lamanya, mengejek Peat yang bodoh karena melepaskan pria tampan, tapi Peat hanya mengabaikannya dan lagipula Noeul tidak terlalu suka jika ucapannya diabaikan, dan tentu saja kali ini ia sedang dibutakan rasa sukanya pada Boss.
Ngomong-ngomong, Boss menjadi sering ke asramanya, dan seberisik apapun pria itu, Peat tidak bisa jengkel dengannya. Boss pria yang baik, mungkin satu-satunya orang yang cocok untuk menghadapi kekonyolan Noeul, sehingga mereka berdua bisa bersama dalam waktu dekat, dan dia sering membawa makanan seolah-olah untuk meminta maaf atas nama Noeul karena begitu sering mengejeknya.
Bahkan ketika Noeul tidak ada di antara mereka berdua, mereka menemukan hal-hal yang bisa untuk dibicarakan. Ini mungkin berkat sifat Boss yang santai dan ramah, membuat Peat yang biasanya wajib mengenal orang itu selama sekitar tiga bulan menjadi hanya seminggu.
Jadi suatu sore, ketika Peat duduk di lantai ruang tamu untuk memperbaiki drone-nya karena beberapa hari yang lalu Noeul merusaknya, Boss masuk ke asramanya dan menepuk bahunya lumayan keras. " Peat, ada seorang pria berdiri di luar bertanya tentangmu "
Peat mengernyit. " Pertama-tama, bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Kedua, orang apa? Maksudmu tukang antar barang? "
Boss mengangkat bahu dan menunjukkan keycard pada Peat. " Noeul memberiku ini dan bilang aku bisa menunggunya di sini sampai dia selesai dengan kelasnya. Dan aku nggak tahu dia siapa, yang pasti dia laki-laki, hidungnya tinggi, dan memakai kacamata. Tampak seperti mahasiswa filsafat atau bahasa. Kamu kenal? "
Nafas Peat tercekat. " Sebaiknya aku periksa dulu ". Dia meletakkan drone-nya di meja dan dengan cepat melangkah keluar hanya untuk melihat -
" Peat! ", sapa Fort, tampak lega dan gugup pada saat yang sama. Dia bersandar di mobilnya tetapi mengalihkan pandangannya ketika dia melihat Peat, dengan ragu-ragu mengambil beberapa langkah maju. " Hei, umm.. Aku tahu mungkin kamu menganggap aku menyeramkan karena berada disini tiba-tiba. Tapi aku habis dari perpustakaan dan lewat tempat tinggalmu. Sumpah kalau kamu mau aku untuk pergi sekarang aku akan melakukannya, tapi.. Umm.. Aku hanya ingin tahu apa kamu mau jalan-jalan sebentar? Aku senang mengobrol denganmu. Dan.. Ini sudah lama dari terakhir kita bertemu "
Peat berkedip-kedip, masih mencerna semua ucapan Fort dan menatapnya. Ia bisa melihat Fort meremas tangannya sendiri, gugup, dan masih bertanya-tanya apakah dia mendengar hal itu dengan benar. Mungkin halusinasi. Mungkin dia tertidur saat memperbaiki drone-nya dan alam bawah sadarnya bekerja melakukan fantasi aneh tertentu. " Apa? "
" Oh? Nggak apa-apa. Aku hanya berpikir... " Fort mengulurkan tangannya, memperbaiki rambutnya yang sedikit tertiup angin. " Kalau begitu aku pergi aja "
Peat mengawasi Fort berbalik dan dia hampir kembali ke mobilnya ketika otaknya akhirnya menangkap semua yang dikatakan Fort. " Hei, tunggu! "
Fort berbalik.
" Kita bisa keluar kapan-kapan ", ucap Peat, ia melangkah mendekati Fort yang terpaku di depan mobilnya dan mengeluarkan ponsel dari celana jeansya. Mata Fort mengikuti gerakannya dan kemudian dia tersenyum.
" Boleh ku pinjam ponselmu? ". Entah kenapa Peat terasa santai mengatakannya. Fort sendiri seperti tersihir dengan ucapan Peat dan juga mengambil ponsel dari saku jaketnya. " Hari ini aku nggak bisa. Aku harus memperbaiki drone ku yang rusak ", ucap Peat, senyum kecil muncul di sudut bibirnya.
Astaga. Melihat senyum itu di bawah sinar matahari, dan bukan di bar ketika Peat mabuk tentu membuat perbedaan. Fort tidak siap untuk kemungkinan melihatnya lagi. Melihat Peat lagi.
Peat mengetik nomornya dan kemudian menekan tombol panggilan dari ponsel Fort, lalu menunjukkan pada pria di depannya jika nomernya sudah ia simpan.
" Oke ", ucap Fort dan Peat memberikan ponselnya kembali. Tangan mereka saling bergesekan, membuat getaran yang aneh. " Aku akan mengirimmu pesan kalau aku ada waktu luang "
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME LOVE YOU ( FORTPEAT )
Fiksi PenggemarPeat, mahasiswa kimia, introvert dan tidak percaya diri Bertemu dengan Fort, mahasiswa bahasa, ekstrovert dan membuat Peat kalang kabut Sudah terlalu lama sendiri membuat Peat sama sekali tidak paham pendekatan yang dilakukan Fort Bagaimana dia bisa...