Ekadasa

78 14 0
                                    

Berbeda dengan Ardan yang merasakan efek khusus dari kekuatan teleportasi Jazmi, Taavi yang seorang manusia biasa malah tidak merasakan apa-apa.

Dia hanya bisa bengong dan terheran-heran tak percaya saat dirinya tiba-tiba berpindah tempat seperti itu.

"Ayo! Sedang apa kamu bengong disitu?" Jazmi berjalan mendahului Taavi untuk masuk kedalam rumahnya.

Dengan santainya dia berjalan menembus pintu tanpa mau menunggu Taavi yang masih saja terdiam di tempatnya dengan rahang yang terjatuh.

Barulah setelah dia mendengar suara teriakan nyaring dari sepasang sahabat yang terdengar begitu heboh, Taavi bergegas menyusul Jazmi masuk kedalam rumahnya.

Dia melihat keduanya berpelukan sambil berbicara dengan heboh, seakan-akan langsung berhasil menepis semua prasangka buruk Taavi.

Dimana hubungan Jazmi dan Ardan terlihat baik-baik saja, dan sangat jauh dari yang namanya bertengkar.

Tapi karena Taavi sudah tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari mereka tentang kejadian yang sebenarnya saat dia tidak sadarkan diri, Taavi pun memaksa Jazmi dan Ardan supaya segera duduk dan mulai menceritakan semua padanya.

Yang tentu saja langsung di turuti begitu saja oleh Ardan. Dia bergegas mengajak keduanya duduk di sofa depan televisi.

Bahkan Ardan sangat bersemangat saat menceritakan tentang pertemuan singkat mereka bertiga dengan kakek buyut Taavi. Dia juga tidak lupa bercerita tentang semua pembicaraan beliau dengan Yudan.

Hanya saja Ardan malah tidak sekalipun menyinggung tentang ingatan dari masa lalunya, yang justru sangat berhubungan erat dengan Taavi.

Jazmi yang mengetahuinya tentu sangat kesal. Dia langsung menarik Ardan menjauh dari Taavi untuk mengajaknya bicara berduaan saja, di saat Taavi tengah menikmati makanannya.

"Sampai kapan kau mau menyembunyikannya dari Taavi?!!" Jazmi berbicara sambil menggertakkan gigi giginya, untuk menahan volume suaranya agar tidak didengar oleh Taavi. Karena dia masih menghargai pilihan Ardan yang ingin menyembunyikannya.

Tapi bukannya memberi penjelasan, Ardan malah diam sambil memalingkan mukanya untuk menghindari kontak mata dengan Jazmi.

"Bukankah Yudan sudah berjanji kalau dia akan membantumu, jika sesuatu terjadi pada Taavi saat kamu berusaha untuk menstimulasi ingatannya?! Bahkan aku sendiri pun sampai jarang kesini, karena mencari informasi dari para kenalan ku di luaran sana! Lalu kenapa kau masih ragu, Ardan?"

"Karena dia hanya manusia, Jazmi." Ardan menatap lekat kedalam iris mata Jazmi untuk menunjukkan keseriusan ucapannya.

"Kamu tidak akan pernah tahu betapa rapuhnya tubuh manusia, karena kamu tidak pernah merasakan menjadi seperti mereka. Tapi aku!!!" Ardan menepuk dadanya sendiri dengan kepalan tangan kanannya.

"Aku yang dulunya terlahir sebagai manusia, sangat mengetahuinya!!!" Meski Ardan tidak benar-benar bernafas, tapi mungkin karena dia sedang emosi, dadanya jadi terlihat naik turun bagai orang yang kesulitan bernafas.

"Dia bisa saja mati saat kita memaksa Taavi untuk mengingat semuanya, Jazmi!!! Dan aku tidak akan membiarkan hal yang mengerikan itu terjadi di depan mataku untuk yang kedua kalinya!!!"

"Apa yang kalian bicarakan?"

Deg...

Tubuh Ardan seketika menegang saat entah sejak kapan, tapi suara berat Taavi tiba-tiba terdengar dari arah belakang tubuhnya.

"S-se,,, s-sejak kapan kamu berdiri di sana, Taavi? A-ap,,, a-apa k-kau sudah selesai makan?" Ardan bertanya dengan susah payah.

Sesungging senyuman pun dia dipaksakan supaya terbit dari belah bibirnya, setelah dia membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Taavi.

If I Ruled The World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang