Aline dan Leomon berada di dalam lif.
Terlihat Aline begitu canggung, kepada Leomon yang berdiri santai, di arah sampingnya.
Kenapa hal seperti itu hanya ia yang merasakannya? Kenapa ia canggung, sedangkan pria itu terlihat baik-baik saja. Apa karena ia yang terlalu terbawa perasaan, yang kian muncul ke permukaan?
"Mungkinkah dia berbohong? Masa sih, dia tidak pernah cobain rasa lain, selain lemon. Haruskah aku percaya pada omongannya?" batin Aline, sekilas melirik ke arah pria itu.
Tin~
Pintu lif terbuka, Aline keluar, disusul Leomon.
Berhentilah Leomon di depan pintu rumah huniannya. Sedangkan Aline melanjutkan langkah kaki, menuju ke depan pintu huniannya.
"Aline~ tunggu sebentar..." panggil pria itu, menghentikan langkah kaki Aline.
Menolehlah ia kepada Leomon.
"Bisa tunggu sebentar, kan?" tambah pria itu, menggesek penutup tombol sandi huniannya.
Sontak ia memalingkan pandangannya, tak ingin mengintip sandi rumah Leomon. Paham betul itu adalah perbuatan tak baik.
Leomon tersenyum tipis, melirik gadis itu sekilas, sambil memasukan angka, untuk membuka kode sandi di hunian sewanya.
Beberapa menit menunggu... keluarlah Leomon bersama dengan secangkir teh lemon hangat. Di berikannya pada Aline.
Gadis itu mulai merasa tidak enak. "Ah! Kau menyuruhku menunggu, hanya untuk ini?" ucapnya, menatap sedikit tidak nyaman.
"Jangan berpikir aneh-aneh, aku tidak memasukan jampi-jampi..." jawab Leomon, bercanda, "Kau kan habis makan eskrim, kau juga terkena hujan. Kau bisa kena demam nanti." tambahnya, meraih salah satu tangan Aline, lalu meletakan teh tersebut di tangan Aline.
Aline, ia hanya melongo diam, ketika mendapat perhatian dari pria itu.
Kenapa pria itu harus repot-repot mengkhawatirkan dirinya? Kenapa pria itu begitu perhatian padanya? Apakah itu memang sikap dari pria itu? Bersikap ramah, dan perduli pada tetangganya.
Masuklah ia ke dalam rumahnya, membawa secangkir teh pemberian Leomon.
Lampu nampak menyala begitu terang di malam hari. Bahkan ia tidur di bawah terangnya lampu, yang menyisir penjuru ruangannya, yang nampak berantakan dengan buku, dan pakaian yang berserakan di lantai.
Duduklah ia terlebih dahulu, meminum teh lemon pemberian Leomon.
"Umh!" ia terkejut, membulatkan mata, "Rasanya e─enak."
Ia habiskan teh lemon itu, seteguk demi seteguk, lalu pergi mandi. Tubuhnya yang berjalan seperti tak memikul beban yang selama ini ada di pundaknya, membuatnya merasa lega.
Usai mandi, berjalanlah ia menuju kamarnya, berganti memakai baju tidur.
Saat keluar dan berdiri di depan pintu kamarnya, ia seperti melihat sesuatu yang akan terjadi, bak kegelapan dalam topan datang menerpa kehidupan.
Klip...
Satu lampunya berkedip, kepalanya terangkat, matanya sontak berkeliling melihat langit-langit rumahnya.
Tik!
Seisi ruangan tiba-tiba langsung gelap gulita, lampunya padam.
Ia terkejut memucat, bayang-bayang suara tawa pria terdengar, diiringi tangisan seseorang yang menjerit di dalam gendang telinganya. Sesak menyelimuti dadanya, napasnya mulai terasa berat.
Ia terhuyung sayung, berjalan mengarah ke balkon. Tangannya berkeriang-keriut, berusaha menjadi pemandu arahnya. Namun ia kesulitan bernapas dalam pekatnya kegelapan.
Prang!
Toples permen pecah disentuhnya, iapun terjatuh lemas, tak berdaya.
───•
Leomon mendengar suara pecahan, dia mendekatkan telinga ke dinding pembatas rumah. Hening dan tak ada apa-apa, namun tak mungkin salah dengar, jelas pria itu mendengar sesuatu dari dalam rumah Aline.
Leomon keluar dari huniannya, mengetuk pintu hunian Aline, sedikit cemas.
"Aline?!" Leomon terus memanggil nama gadis itu, sembari mengetuk.
"E─Enam... t─tujuh... s─satu, satu...."
Leomon mendengar suara Aline, samar-samar menyebut angka yang menjadi sandi rumah gadis itu. Leomon memasukan angka tersebut, pintu terbuka, Kegelapan menyapa.
Cahaya senter dari ponsel menyala, mencari keberadaan Aline.
Leomon bergegas menghampiri gadis itu yang terkapar lemas, tengah berusaha mengatur napas.
"Aline...!" Leomon memanggil, menyandarkan tubuh gadis itu di pelukan tangannya yang hangat.
Cahaya dari ponsel, memberikan ruang kecil untuk Aline bernapas.
"L─Leo..." ia menyebut nama pria itu, untuk pertama kalinya.
Pandangan Aline memudar, menatap Leomon dengan samar di balik cahaya. Iapun pingsan.
•༺☺︎༻•
.. .. ✤ ᕬ ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LEMONS [✔]
Short StoryLika-liku jalan kehidupan... "Aline? Kenapa kau mengakhiri hidupmu sendiri?" Inilah kisah seorang gadis yang dibangkitkan dari keputus asaan, melawan rasa traumanya. *** 【TAHAP REVISI】 Typo masih bertebaran! ☺︎ Story by-my-self! ✍️ ☺︎ Cover || Drawi...