That Winter (3)

266 29 1
                                    

Angin malam berhembus pelan, menambah rasa dingin di malam penuh salju ini. Minjeong merapatkan mantelnya, berusaha menepis rasa dingin yang mulai menusuk tulang. Sayup-sayup terdengar suara gemercik air yang menenangkan. Saat ini mereka sedang berjalan santai di tepian sungai Cheonggyecheon. Tempat terakhir yang ingin di kunjungi Minjeong malam ini.

Suasana romatis terpancar dari aliran sungai Cheonggyecheon, yang dihiasi dengan berbagai  lampu warna-warni. Minjeong mengedarkan pandangannya, banyak orang berlalu lalang dengan kerabatnya masing-masing. Saling berbagi tawa dan kebersamaan di malam yang dingin ini. Gadis itu menatap iri mereka.

Jaemin memalingkan wajahnya pada Minjeong, saat itu lah di dapatinya wajah murung gadis itu. Ia mengerti alasan kemurungan gadis itu. Tanpa berkata-kata, di raihnya tangan dingin Minjeong.

Minjeong tersentak saat merasakan kehangatan di telapak tangannya. Ia menoleh, dan didapatinya Jaemin yang sedang tersenyum tipis sambil masih menatap lurus ke depan. Perlahan gadis itu ikut tersenyum.

Minjeong menghentikan langkahnya, "Na Jaemin, bagaimana kalau kita duduk di sana?" tanyanya sambil menunjuk salah satu tempat duduk di pinggir sungai.

Jaemin mengikuti arah tunjuk Minjeong, seketika di lihatnya tempat duduk di sudut dekat hulu sungai. Tempat itu terlihat lebih sepi, jauh dari lalu lalang pengunjung lainnya. Jaemin menganggukkan kepalanya kemudian mereka berjalan menuju tempat duduk itu.

Minjeong menerawang, menatap air terjun buatan dengan lampu warna-warni di hadapannya. "Pangeran snow globe," ucapnya kemudian, membuat Jaemin sontak menoleh padanya. "Apa kau benar-benar akan menghilang tepat pukul 12 nanti?" tanyanya tiba-tiba.

Jaemin menghela napas panjang, lalu membuangnya dengan pasrah. Terlihat seulas senyum tipis yang dipaksakan melengkung di bibir indah laki-laki itu. "Ya, begitulah. Apa ada yang kau inginkan lagi? Waktu kita tinggal sedikit." tanyanya kemudian.

Minjeong menghela napas pasrah, kemudian ia melirik jam tangannya. Pukul 23.45, itu berarti waktunya hanya tersisa 15 menit lagi. Ia sedang gusar memikirkan permintaan yang akan di mintanya di menit-menit terakhir ini. Sebenarnya ada satu hal yang di inginkannya saat ini. Yaitu, tetap bersama laki-laki di sampingnya ini lebih lama. Namun ia ragu dengan permintaannya itu.

Titt--titt--titt..

Tiba-tiba terdengar suara aneh, Minjeong tersentak dari pemikirannya. "Suara apa itu? Apa jangan-jangan itu suara bom," serunya dengan gusar sambil melihat ke sekelilingnya. Gadis itu terlihat sangat panik.

"Huhh." Jaemin menghembuskan napas berat. "Itu bukan bom, sudahlah tidak perlu panik seperti itu."

"Lalu, suara apa?"

"Ini," seru Jaemin sambil menyodorkan jam tangannya.

"Ah.."

Jaemin menekan tombol kecil yang ada di jamnya. "Ya, sunbae?"

"Yak! Na Jaemin-- ingat, waktumu tinggal 15 menit lagi. Bersiap-siaplah untuk kembali. Arraseo?" Terdengar suara dari jam tangan Jaemin.

"Aisshh--arra, aku sangat mengerti, Renjun sunbae." gerutu Jaemin kesal sambil menekan kembali tombol kecil jamnya.

"Sunbae?" tanya Minjeong penasaran

"Iya, dia juga pangeran snow globe. Sebenarnya kami seumuran, tetapi ia lebih senior dari pada aku. Makanya aku memanggilnya sunbae." Sahut Jaemin dengan tidak bersemangat. 

"Hei, mana cotton candyku tadi? Perasaan aku belum memakan semuanya." Tanyanya kemudian dengan antusias sambil mengulurkan tangannya.

"Cotton candy?" Minjeong berpikir sejenak, "Ah--sudah aku habiskan." jawabnya dengan wajah tanpa dosa.

[2] LiefdesverhaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang