°~° HAPPY READING °~°
^•^Kageyama, Hinata dan Sakusa berada dilantai dua mereka berjalan dengan santai dan sesekali bersikap waspada ketika mereka merasa ada banyak sosok yang mengamatinya.
Mereka bertiga juga menggunakan ponsel mereka sebagai senter. Kageyama berjalan didepan mereka sebagai pemimpin jalan, karena hanya Kageyama yang tau jalanan ini. Beruntung ingatan Kageyama lumayan kuat jadi mereka tidak akan kesasar.
Zrashh... Hujan turun dengan sangat lebat yang membuat mereka bertiga kompak menoleh kearah luar jendela. Mereka agak terkejut karena tiba-tiba sudah turun hujan.
"Kayaknya kita baru masuk sebentar deh, kok udah hujan aja." Kata Hinata yang ingat kalau hujan turun hanya setiap malam dan tadi mereka berangkat saat siang hari loh.
Kageyama tidak menggubris ucapan Hinata, Kageyama hanya terdiam saja dan terus berjalan lurus seperti mencari sesuatu. Begitu juga dengan Sakusa yang entah kenapa pundak Sakusa terasa sangat berat sekali seolah-olah sedang membawa beban yang sangat berat.
"Hey, lihat ini." Kata Hinata tiba-tiba saat ia menyoroti sebuah ruangan yang ada dilantai dua. Mendengar hal itu Kageyama langsung berbalik dan mengikuti Hinata.
Kageyama kemarin tidak terlalu menyadari ruangan dilantai dua karena tidak terlalu menarik perhatiannya. Tapi ada yang aneh juga dengan ruangan ini, ruangan ini menurut Kageyama lebih ramai dari ruangan-ruangan sebelumnya dan bahkan lebih ramai dari ruangan yang ada dilantai tiga.
Tapi yang lebih aneh ruangan ini berisi sosok-sosok manusia yang sepertinya sedang melayani sesuatu apalagi pakaiannya yang compang-camping itu seolah-olah menunjukkan kalau mereka adalah budak. Semua sosok-sosok yang ada disana tidak ada yang melihat kearah mereka sepertinya sosok-sosok itu mengabaikan mereka.
Hinata dan Sakusa juga merasakan hawa yang berbeda ditempat ini. Tapi atensi Hinata teralihkan ketika ia melihat selembar kertas yang tergantung di dinding. Kertas itu memang sudah robek tapi masih bisalah untuk di baca.
"Lihat itu." Hinata menunjuk kearah kertas tersebut. Sakusa dan Kageyama menatap kertas tersebut dan membaca tulisan yang berada di kertas itu.
"Pemanggilan iblis? Hidup sejahtera, kekayaan melimpah dan selalu sehat." Kageyama membaca tulisan itu, tulisan itu mirip dengan promosi barang yang Kageyama sering lihat di televisi atau di brosur-brosur.
"Ada juga promosi pemanggilan iblis?" Celetuk Hinata heran. Mendengar kata 'iblis' yang keluar dari mulut Hinata membuat sosok-sosok yang ada disana mulai menatap mereka tajam, Kageyama yang menyadari hal itu segera menarik Hinata untuk berdekatan dengannya.
"Eh, hati-hati. Sepertinya kata iblis itu sensitif disini." Bisik Kageyama yang membuat Hinata merinding. Hinata gk tau.
"Eh tapi kenapa juga ada promosi semacam ini? Siapa juga yang mau ngelakuin kayak begini." Kata Hinata lagi dengan bingung. Hinata harus berhati-hati dalam berucap, apalagi ditempat ini.
"Desa ini. Sepertinya desa ini sudah bersekutu dengan ini." Sakusa menunjuk kata 'iblis' yang ada di kertas itu. Melihat Hinata dan Kageyama berbisik tadi Sakusa langsung peka dan menyadari kalau kata 'iblis' cukup sakral ditempat ini.
Sekarang Kageyama menyadari sesuatu, sosok-sosok budak yang ada disini adalah orang-orang yang dulunya di tumbal kan untuk iblis yang akhirnya setelah tewas karena dijadikan tumbal arwah mereka gk langsung ke akhirat tapi arwah mereka menjadi budak iblis yang dipuja warga-warga desa ini.
Tapi bisa juga kalau mereka bukan arwah sungguhan bisa saja mereka jin yang sengaja meniru orang lain. Tapi apapun itu mereka mati secara tidak adil.
Akan lebih baik jika mereka tewas karena kecelakaan atau sakit, tapi kalau mereka tewas karena dijadikan tumbal untuk keuntungan orang lain. Itu benar-benar membuat Kageyama tak suka, Kageyama membenci hal-hal seperti ini.
"Ayo pergi." Kata Kageyama yang langsung berbalik berniat untuk pergi. Namun tubuhnya mematung ketika melihat sosok yang ada di pundak Sakusa.
Sosok yang sedang melilit Sakusa seolah-olah sedang melindungi Sakusa menatap Kageyama dengan tajam, mata merahnya melotot mewaspadai sekelilingnya. Sosok-sosok yang ada disana juga menatap benci kearah Sakusa.
"To... Tolong tenang." Kata Kageyama sambil menatap kearah ular itu. Sakusa yang menyadari jika Kageyama menatap sosok dipundaknya membuat Sakusa melirik kearah pundaknya.
Sakusa tidak bisa melihat apapun juga, kosong dipundaknya tapi emang pundaknya terasa berat.
"Apa yang kau lihat Kageyama?" Tanya Hinata bingung dan juga takut. Kageyama juga bingung bagaimana cara menjelaskannya, ia juga takut kalau dipelototi begitu. Khodam ular itu memang sangat cocok dengan Sakusa, tapi sepertinya Sakusa tidak menyadarinya.
Ya memang jarang ada orang yang menyadari kalau dirinya punya Khodam. Kageyama sendiri sudah melihat orang-orang yang memiliki Khodam, contoh sederhananya saja seperti kapten volly SMA nya dulu, rekan volly di Italia ataupun kapten volly yang berasal dari SMA tempat si kembar bersekolah dulu. Tapi baru pertama kali Kageyama melihat khodam seseorang yang marah.
Orang yang memiliki khodam ular, biasanya memiliki semangat hidup yang baik. Selain itu, orangnya cenderung misterius.
Ah, tapi bukan itu yang harus Kageyama pikirkan. "Sebaiknya kita segera ke lantai 4 saja." Kata Kageyama yang milih untuk berbalik pergi. Gk mau juga dia dipelototi terus.Namun baru juga Hinata berbalik ada sesuatu yang menari pergelangan kakinya.
Bruk...
"HINATA."
^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cannibal Village {HAIKYUU}
Mystery / ThrillerAwalnya ingin membantu orang-orang di desa terpencil, tapi malah terjebak di desa kanibal. Bagaimana kisah mereka? Akankah mereka berhasil keluar dari desa itu? "Aku mau pulang." -Hinata. "Kau tidak akan mendapatkan semuanya, sialan." -Kageyama. "Ak...