Lusinan porselen itu sangat unik. Mereka dibuat dari tembikar, namun tampak sangat halus. Terlihat sekali dari piring dan cangkir yang ada di sana.
Memang, benda ini berbeda dengan keramik yang biasanya lebih kasar. Porselen bisanya dibuat dari tanah liat putih dan tak terlalu berpoeri.
Namun kehalusan itu adalah perkara lain. Ini seakan dibuat oleh master kerajinan. Sebuah mahakarya yang sepantasnya dipajang di ruang kerajaan. Bukan sebagai alas makanan di atas meja kayu melingkar itu.
Kedua orang ini seakan memasuki dunia yang berbeda. Standarnya terlaku jauh di atas kerajaan mereka. Kerajaan yang dikatakan sebagai salah satu yang terkuat ternyata tak ubahnya kerikil dimata penghuni rumah di tengah Hutan Kematian itu.
Porselen itu sangat bagus. Tampak ada motif bunga Digambar pada bagian putih mulus itu. Tak berlebihan jika dua orang ini menganggapnya sebagai kumpulan mutiara. Itu terlihat bagus dan mengilat.
"Permisi" ujar Duke tersebut.
Dia sudah diajari etika dari kecil. Pria tampan ini baru duduk setelah Elisa mempersilahkannya. Membiarkan mereka duduk di depan porselen berisi mie goreng semerbak itu.
Mata kedua orang ini tak bisa lepas dari sana. Mencoba curi-curi pandang sesekali ke arah Elisa.
Mereka tak mau terlihat tidak sopan. Namun godaan aroma itu begitu luar biasa. Kewarasan mereka seakan menolak untuk menyia-nyiakan aroma yang mungkin hanya akan mereka cium sekali seumur hidup itu.
"Hahaha" Elisa tertawa dalam hati saat melihat ekspresi kedua orang itu. Tampak sekali kalau mereka sulit untuk menolak godaan mie goreng itu. Tak heran jika benda ini dipuja di Bumi sebelumnya.
Elisa bahkan tak heran jika suatu hari nanti perang dunia pecah dan penyebabnya bukanlah penjajahan melainkan sebuah mie instan.
Bahkan saat ini beberapa sekte pemuja mie sudah terbentuk, walau hanya sekedar candaan saja.
Elisa bangkit, masuk ke dalam dan mengambil beberapa porselen lagi. Tak lupa ia mengambil sendok dan garpu stainless steel tersebut. Ini adalah alat makan normal dibumi, alat makan yang tak mudah berkarat akibat paduan besi dan kromium itu.
Dua orang ini malah tampak kaget melihat dua benda mengilat itu. Mereka bahkan mengira kalau itu adalah sebuah senjata untuk bertarung. Terutama benda yang memiliki sebaris benda runcing diujungnya itu. Mirip trisula namun dengan lebih banyak bagian runcing dan ukuran yang jauh lebih kecil.
"Maaf nona Elisa. Inia pa?" Hailam tak bisa menahan mulutnya saat melihat benda itu. Ini pertama kalinya ia melihat benda tersebut, dan ia rasa ini juga yang pertama di kerajaan mereka.
"Ini namanya sendok, dan ini garpu" ujar Elisa.
Ia menunjukkan benda yang memiliki lengkungan itu dan memeragakan fungsinya.
Elisa tampak menyendok air dalam gelas porselen itu tan memperlihatkannya pada dua orang tersebut.
"Sebenarnya ini bukan untuk mengambil air minum. Lebih cocok dipakai untuk sesuatu yang berkuah, atau sesuatu yang keras seperti nasi" tambahnya.
"Beras?" tampaknya itu juga adalah kalimat yang pertama kali mereka dengar.
Elisa juga tak menemukan kata yang tepat dalam lautan pengetahuan itu. Jadi ia sengaja membawa ungkapan dari dunia di mana ia berasal.
"Ah"
Elisa sedikit tersentak saat informasi baru itu muncul dalam otaknya. Ini seperti menemukan buku usang bermanfaat dari kumpulan buku di dalam perpustakaan otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasíaElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...