LIMA PULUH TIGA

4.9K 430 70
                                    

BISA LAH YAA, FOLLOW AKUN AKU><

Terima kasih sudah mau jadi pembaca di lapak kecil ini


HaPPy ReAdiNg!

Rindi segera menghalangi jalan Rafabian begitu akan keluar dari rumah. Sudah tiga hari ini pertengkaran di antara mereka tetap sama. Tidak ada komunikasi baik antar kedua belah pihak, dan bahkan Rafabian memilih untuk tidur di kamar berbeda dengan Rindi.

"Aku salah apa sama kamu?" tanya Rindi berusaha tegar. Tangan perempuan itu mencengkram kuat lengan pasangannya.

Rafabian tidak menoleh. "Kamu tidak sadar atas apa yang sudah kamu perbuat sebelum ini?" Tangan Rindi dilepasnya dengan sangat halus. Sama sekali tidak ingin jika fisik perempuannya terluka barang sedikitpun.

"Bi, aku mohon. Aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu." Kakinya melangkah hingga ke depan sang suami. Menatap mata gelap itu dengan seksama. "Aku gak kuat kayak gini, Bi. Kita baikan, ya?"

Mendengarnya Rafabian membuang pandang. "Aku ada urusan."

"Bian. Kamu bosan sama hubungan kita?" 

"Aku kurang apa? Apa aku sudah bikin kamu sakit hati? Kalau gitu aku minta maaf."

Rindi terisak seiring tubuh kekar itu melaluinya dengan langkah yang tergesa-gesa tanpa memperdulikannya. Apa masalah di luar sana lebih penting daripada hubungan pernikahan? Jujur saja, Rindi sakit hati dicampakkan seperti ini.

"Bi ..., aku minta maaf," gumamnya sendiri dengan air mata yang sudah membanjiri pipi berisinya. 

Siang ini, Rindi hanya sendirian di rumah. Bian sedang berkunjung ke rumah keluarga Edzar. Dan Rafabian baru saja pulang sekitar sejam yang lalu, tapi selama itu pula Rindi selalu berusaha untuk mengajak laki-laki itu berbicara empat mata. Tapi tetap tidak dihiraukan.

Rindi merasakan kakinya melemah. Perempuan hamil itu berjalan menuju sofa di ruang tengah dan mendudukkan diri. Pandangannya tidak lepas dari arah pintu utama, berharap sebentar lagi Rafabian akan kembali dan memeluknya. 

"Bian ... apa kamu sudah bosan sama hubungan kita?"

"Apa kamu mau lepas dari jeratan pernikahan ini?"

Sekedar informasi. Dua hari lalu Rindi melihat ada banyak sekali history panggilan masuk yang diterima oleh suaminya saat waktu menunjukkan pukul sepuluh sampai sebelas malam. Dan posisi Rafabian berada adalah di tempat kerjanya, rumah sakit. 

Apa tidak hancur Rindi melihat itu?

Hatinya benar-benar patah. Laki-laki yang menjanjikan bahagia padanya ternyata penghianat.

Setelah mengetahui fakta baru, perempuan cantik itu memilih untuk berbicara secara langsung tanpa memperdulikan saran yang diberikan oleh Alenia. Sore hari sesaat setelah Rindi secara tidak sengaja melihat bukti penghiatan itu, ia segera berbicara pada Rafabian.

"Ini apa, Bi? Vina itu siapa?" Rindi memperlihatkan layar HP pada sang pemilik dengan sedikit berteriak.

Rafabian jelas terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu. Tapi bukannya melawan, ia justru terdiam. 

"Kamu selingkuh?" 

Karena emosi, Rindi melempar HP Rafabian kesembarang arah. "JAWAB!"

"Tidak! Itu teman aku! Kamu jangan lewatin batas ya, Rin! Kamu lagi hamil!" peringat Rafabian dengan pelan. Jangan sampai nada tingginya berhasil merusak mental istri dan calon anaknya.

Dokter Muda Rafabian (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang