Mencari

63 16 0
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

Iwaizumi berjalan ke belakang rumah dengan berhati-hati, tangan kanannya memegang sebuah tombak yang ia dapatkan dari garasi berjaga-jaga jika nanti ada sesuatu yang menyerangnya.

Begitu sampai di depan rumah Iwaizumi mencium bau yang sangat menyengat, bau kotoran yang bercampur dengan bau busuk dan bau darah, menciumnya membuat Iwaizumi ingin muntah. Iwaizumi tidak membuka pintu itu dengan tangannya tapi menyodok pintu itu dengan ujung tombak.

Iwaizumi menyerit bingung ketika pintu itu mudah sekali di buka, ketika terbuka lebar Iwaizumi melihat mayat yang sudah membusuk dengan tubuh yang terkoyak. Tubuh ke bawahnya sudah menjadi tulang kecuali kepalanya yang masih utuh, matanya melotot.

Iwaizumi yang melihat itu langsung lemas, ia menjadikan tombak itu sebagai bahan tumpuan agar tidak terjatuh. Itu terlalu mengerikan untuk dilihat.

"Iwaizumi- ukhh." Bokuto dan Akaashi langsung menutup hidung mereka ketika mencium aroma tak sedap. Mereka terbelalak melihat sosok mayat tersebut. Sekarang hujan turun dengan deras jadi wajar jika baunya tersamarkan. Tapi tetap saja ini sangat bau.

"Siapa dia?" Gumam Bokuto takut. Ia memegang lengan Akaashi yang sudah terbalut perban.

"Kalau melihat dari sobekan pakaiannya sepertinya dia turis sama seperti kita." Kata Iwaizumi yang kemudian membuat Akaashi teringat sesuatu.

"Dia... Dia yang memberitahu ku untuk segera pergi sebelum bulan purnama." Kata Akaashi sedikit berteriak. Akaashi sangat ingat dengan kejadian beberapa hari yang lalu itu.

Iwaizumi langsung memandang Akaashi dan sosok itu secara bergantian. Iwaizumi menyatukan kedua telapak tangannya, ia berdoa. Secara tidak langsung wanita ini sudah menolongnya, tapi karena tidak bisa membantu apapun akhirnya Iwaizumi hanya bisa mendoakan nya saja.

Iwaizumi melirik kartu identitas yang berada di dekatnya, Iwaizumi mencoba masuk ketempat itu dan mengambil kartunya. Ternyata di dalam rumah itu lebih bau lagi dan banyak tulang belulang manusia, ada rantai juga. Akaashi hanya mengintip dari luar.

"Saat itu ada sosok bertubuh besar bahkan sangat besar yang diikat dirantai itu, sosok itu memakan tubuh wanita ini." Kata Akaashi yang sontak membuat Iwaizumi menatapnya. Terbukti tak ada apapun di rumah itu Iwaizumi keluar dari rumah tersebut sambil membawa kartu identitas wanita itu.

Namun begitu Iwaizumi menoleh kearah pohon, ia terkejutnya melihat sosok anak kecil yang berlumuran darah itu menatapnya dan menggeleng.

"Dia tidak ada disini, iblis itu membawa teman mu ke gedung tua untuk dijadikan persembahan lebih cepat." Kata anak kecil itu dengan lirih yang sontak membuat Iwaizumi terkejut sekaligus panik.

Melihat Iwaizumi yang menangis Bokuto segera menghampirinya dan bertanya. "Kau kenapa? Apa? Apa yang kau lihat?"

"Ke gedung." Iwaizumi mencengkram pundak Bokuto. "Ke gedung, kita harus ke gedung tua itu. Oikawa akan dijadikan persembahan disana." Akaashi dan Bokuto yang mendengar hal itu langsung terkejut.

Setelah mereka lihat sekelilingnya semua rumah-rumah yang ada disini tidak menyalakan lampu, semuanya gelap gulita. Padahal biasanya terang.

Akaashi langsung berlari kedalam mobil dan menyalakan mobil tersebut. Sebelum pergi Akaashi membawa semua tombak yang ada disana, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu pada mereka. Awalnya Akaashi berniat membawa kedua panah yang dulu digantung di atas tembok garasi. Tapi salah satu panah itu menghilang hingga akhirnya Akaashi hanya membawa satu anak panah.

"Eh apa tak masalah membawa semua benda tajam?" Tanya Bokuto pada Akaashi yang baru saja menaiki mobil.

Jika ditanya dimana Iwaizumi, ia sudah berlari lebih dulu ke gedung tua tersebut. Akhirnya tinggal mereka berdua saja.

"Buat berjaga-jaga saja." Kata Akaashi, ia yakin kalau senjata ini aman.

Akaashi sempat mengerem mendadak ketika Bokuto palsu yang ia serang tadi tiba-tiba berada didepan mobilnya. Akaashi tidak berpikir apapun dan menerobos sosok itu, tentu saja Bokuto terkejut.

Sosok itu sangat mirip dengan dirinya, bagaimana bisa Akaashi menabraknya begitu saja? Kenapa Akaashi tidak bingung yang mana Bokuto yang asli?

Sepertinya Akaashi menyadari kebingungan Bokuto. "Bokuto -san, kau tidak pernah memanggil nama ku dengan benar." Ucap Akaashi yang membuat Bokuto tersentak.

Bokuto tersenyum ternyata Akaashi sangat mengenalnya, biasanya orang-orang akan ragu jika dihadapkan seperti itu tapi Akaashi sama sekali tidak ragu.

"Lagipula kita selalu makan bersama dan kau lebih menyukai volly daripada makanan." Ucap Akaashi lagi yang membuat Bokuto senang.

"Hehe Akaashi, kita harus segera keluar dari tempat ini."

"Iya."

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang