Tumbal

84 18 2
                                    

°~° HAPPY READING °~°
^•^

Iwaizumi terus berlari menaiki tangga, ia tidak peduli dengan pakaiannya yang basah karena hujan karena yang Iwaizumi pedulikan adalah bagaimana kondisi Oikawa.

"Di lantai 4." Ucap Anak kecil itu.

"Bukankah lantai itu terkunci?"

"Sudah terbuka."

Benar kata sosok hantu itu, lantai 4 sudah terbuka dan juga ada banyak jejak kaki disini seolah-olah baru saja ada kerumunan orang yang datang.

Iwaizumi mengatur nafasnya, tangan kirinya masih memegang sebuah tombak.

"Di lantai 4 di ruangan yang paling ujung, itu adalah ruangan yang sangat luas."

Iwaizumi melirik kearah anak kecil itu, walaupun ia terlihat menyeramkan tapi entah kenapa ia tidak takut sama sekali.

"Kenapa kau membantu ku?" Tanya Iwaizumi penasaran. Karena selama ini Iwaizumi hanya diganggu oleh para hantu itu, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan bantuan dari para hantu.

Anak kecil itu memiringkan wajahnya dan menatap dengan sedih. "Tidak suka?"

Iwaizumi buru-buru menggelengkan kepalanya. "Aku suka, aku sangat suka. Terimakasih banyak, aku berhutang pada mu." Iwaizumi tersenyum dengan tulus, ia mengelus surai anak kecil itu membuat sosok anak kecil itu melompat-lompat senang.

"Kata kakak aku harus membantu orang yang membutuhkan bantuan, saat itu kalian terlihat membutuhkan bantuan jadi aku ingin membantu. Ini pertama kalinya aku membantu orang lain, biasanya mereka akan berlari ketakutan saat melihat ku." Anak itu menjelaskannya dengan sangat ceria.

Wajar saja jika orang-orang itu takut, Iwaizumi juga awalanya sangat takut tapi saat anak itu memberitahu dimana Kageyama berada saat ia kehilangan Kageyama disini Iwaizumi jadi berterimakasih dan tidak begitu takut lagi.

Sebenarnya Iwaizumi ingin mengobrol lebih lama, tapi ia tidak ada waktu lagi. "Aku harus segera menolong teman ku, jadi aku harus pergi. Terimakasih ya." Lagi-lagi Iwaizumi tersenyum lembut sambil mengusap surai anak itu.

"Aku tidak bisa masuk karena disana ada iblis jahat, nanti aku dimakan. Aku akan tunggu disini dan menunjukan jalan keluar." Katanya dengan ceria.

'Iblis?'

"Baiklah." Setelah itu Iwaizumi berlari menuju lantai 4 dan mencari dimana ruangan itu berada.

'Siapapun yang mengajari kebaikan padanya, aku sangat berterimakasih.'

•⭐•

"ARGHHH." Suara jeritan itu membangunkan Oikawa dari tidurnya. Begitu membuka mata yang pertama kali Oikawa lihat adalah kedua tangannya yang diikat, darah dimana-mana dan tubuh manusia yang tercecer dilantai.

Orang-orang yang ada disana langsung memakan anggota tubuh itu dengan lahap, Oikawa yang melihatnya jadi mual.

Oikawa mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Tapi yang terakhir kali Oikawa ingat hanyalah ia sedang memanasi mobil, lalu terdengar suara dari arah rumah yang dibawah pohon, lalu bertemu Rof dan Oikawa tidak ingat apapun lagi.

"Ah?" Oikawa menatap kearah utara yang terdapat sosok wanita dengan wajah menyeramkan. Wajah wanita itu sangat gosong, gigi taringnya juga sangat panjang, lidah yang menjulur kebawah hingga hampir menyentuh lantai dan mata bulat berwarna merah darah.

Itu adalah sosok yang Oikawa, Sakusa dan Kageyama lihat saat pertama kali bertemu dengan Rof.

'Kemarin aku sangat terkejut melihat kehadiran Rof yang tiba-tiba, jadi aku akan dijadikan tumbal.'

Rof menoleh kearah Oikawa yang terdiam, jantung Oikawa berdebar sangat kencang tapi Oikawa tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Dasar manusia menjijikkan yang mengorbankan orang lain hanya untuk kepentingannya sendiri." Oikawa berdesis tajam. Disampingnya ada sosok pria yang berusia sekitar 45 tahun berdiri di samping Rof. Kalau Oikawa lihat-lihat sepertinya pria itu lah yang menjadi dalang di tempat ini.

Tapi pakaian orang itu berbeda dari pakaian orang-orang yang ada disini.

'Atau jangan-jangan orang yang membuat perjanjian dengan iblis bisa leluasa keluar masuk tempat ini?'

"Selanjutnya." Rof menunjuk kearah Oikawa yang ternyata persembahan itu tinggal Oikawa.

"Ini tidak sebanyak biasanya." Kata pria yang disamping Rof.

"Masih ada lagi, mereka juga berada disini." Ucap seorang kakek yang dulu pernah bicara dengan Kageyama.

'Sialan.'

Oikawa menatap kearah ujung ruangan dan terdapat seorang pria bertubuh besar dengan kedua tangan, kedua kaki dan leher yang diikat dengan rantai. Lalu satu pria besar lagi yang memegang sebuah katana.

"Kau mengingatkan ku pada 'dia', aku tidak bisa melupakan orang hebat sepertinya. Aku bahkan tidak menumbalkan tubuhnya dan menyimpannya." Kata pria itu yang membuat Oikawa tersentak.

'Dia? Tunangan ku?' Oikawa mengigit bibirnya berusaha menahan emosi yang akan meledak. Bagaimana bisa pria itu mengucapkannya dengan enteng?!

"Seret dia, sebentar lagi kau akan menyusul kekasih mu. Akhir yang bahagia bukan?" Pria itu tertawa yang tentu saja membuat Oikawa semakin kesal. Tapi Oikawa harus bersikap tenang.

Oikawa terdiam beberapa saat namun kemudian ia menyeringai. "Aku harus mengalahkan Kageyama dulu, baru mati. Aku sudah berjanji padanya tau." Oikawa terkekeh kecil kemudian ia menendang dua orang yang ingin menariknya tadi.

Sejak tadi Oikawa terus berusaha memutuskan tali tambang itu dengan cutter yang ia bawa, walaupun sulit dan harus terluka itu tak masalah karena yang terpenting tali berbau darah itu terlepas.

Oikawa menatap ketengah aula yang terdapat sebuah ukiran rumit. Mungkin saja itu adalah simbol untuk memanggil iblis, entahlah Oikawa tidak peduli.

Oikawa melompat menghindar ketika sosok besar yang memegang katana itu ingin menebas kepalanya, ia terlihat marah. Tak ada satu warga.pun yang bergerak seolah-olah mereka menikmati pertunjukan dihadapannya.

Srett... Jleb...

^•^ BERSAMBUNG ^•^
Thanks For Reading 🤗
Don't Forget For Vote And Coment 🥰

Cannibal Village {HAIKYUU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang