Sudah tiga hari Soobin tidak pulang. Pun tidak lagi mengabarinya. Ia benar-benar menyerahkan seluruh urusan mengurus Taehyun pada Siwoo. Entah itu mengantar jemput, memastikan Taehyun makan dengan baik, bahkan Siwoo sempat menawarkan untuk menginap menemani Taehyun sampai Soobin pulang.Tapi Taehyun menolaknya. Siwoo tentu punya urusannya sendiri. Taehyun tidak ingin menghambat pekerjaan Siwoo hanya karena Siwoo sibuk mengurusi bocah SMP yang menyusahkan ini.
Lagi-lagi disinilah Taehyun. Menunggu Siwoo menjemput di tempat biasa. Namun kali ini Beomgyu ikut menemani karena jemputan nya juga belum tiba. Beomgyu mendengus mendapati Taehyun yang menatap kosong pada objek yang tidak jelas. Rasanya lebih baik ia diberikan cengiran konyol seperti beberapa hari yang lalu dari pada wajah murung seperti tiga harian ini.
Taehyun benar-benar menyebalkan. Beomgyu biasanya dapat bersikap apatis pada lingkungan sekitarnya. Namun entah mengapa perubahan suasana hati Taehyun malah berdampak padanya juga. Beomgyu jadi ikut gelisah tanpa sebab. Benar, Taehyun memang menyebalkan karena membuat Beomgyu merasa ikut tidak nyaman.
"Berhentilah memasang wajah seperti itu. Kau bukan seorang istri yang ditinggal suaminya untuk perang. Padahal setiap hari pun wajah kakakmu wara wiri di layar kaca" tegur Beomgyu. Seperti deja vu, tapi dalam suasana yang jelas berbeda.
Taehyun tidak menanggapi. Hanya menghela nafas panjang dan menumpukan dagu pada sebelah tangannya yang ia letakkan diatas pahanya.
"Astaga, segitu frustasinya dirimu?" kata Beomgyu lagi.
Taehyun kali ini melirik. "Ya, frustasi dan kesepian" ah, Taehyun merasa seperti menjadi orang yang paling menyedihkan.
Beomgyu menoleh. Merasa tidak enak karena ia malah mengomel tidak jelas. "Sudah kubilang kau bisa berkunjung ke rumahku, atau sebaliknya"
"Aku tidak ingin menyusahkan, Beomgyu. Mereka bilang, orang-orang benci pada seseorang yang suka menyusahkan. Bagaimana jika nanti kau membenciku? Aku tidak mau"
Beomgyu mengusak rambutnya kesal. Kini gantian ia yang frustrasi. "Mereka siapa lagi sih, Taehyun? Sudah kubilang untuk berhenti mendengarkan ucapan buruk yang dilontarkan padamu. Persetan dengan mereka, mereka tidak pernah berada pada posisi mu. Lagipula, bukankah sudah tidak ada lagi yang mengganggumu?" Beomgyu melihat wajah Taehyun yang gelagapan. Matanya melirik kesana kemari tidak tenang. Beomgyu memicingkan matanya. "Atau ada? Mereka masih mengganggumu?"
Taehyun menggeleng kuat. "Tidak!" tukasnya cepat. "Hanya saja.... sulit untuk melupakannya. Kau tahu Beomgyu, aku sudah sering mendapatkan ucapan seperti itu sejak kecil. Jika bisa, aku pun tidak ingin ingat. Tapi tidak bisa. Semua ucapan itu selalu datang seperti hantu. Dan itu menyakitkan. Ucapan mereka membuatku merasa buruk"
Taehyun tidak tahu sejak kapan ia bisa se-terbuka ini pada Beomgyu hingga dapat mengutarakan hal itu secara gamblang, yang bahkan pada Soobin pun ia tidak berani mengatakannya. Rasanya semua mengalir begitu saja.
Sementara Beomgyu tertegun mendengar semua ucapan Taehyun. Ah, harusnya ia mencoba mengerti Taehyun. Bukan malah mendesaknya terus menerus. Taehyun butuh dibimbing untuk menjadi lebih percaya diri dan mencintai dirinya sendiri. "Taehyun, aku minta maaf"
Taehyun tersenyum tipis. "Jangan minta maaf, Beomgyu. Kau tidak salah" jeda sejenak. "Beomgyu, aku sayang padamu"
Beomgyu nyaris tersedak ludahnya sendiri. "Ap... apa yang kau katakan?!"
"Soobin Hyung dan Siwoo Hyung itu baik. Aku sayang pada mereka. Dan kau, terimakasih karena sudah mau menjadi temanku. Aku juga sayang padamu. Kau baik"
Lagi-lagi Beomgyu tertegun. Taehyun begitu sederhana dan tulus. Hanya karena Beomgyu mau berteman dengannya, ia menganggap Beomgyu baik dan mengatakan bahwa ia menyayanginya? Ck, baru kali ini Beomgyu bertemu anak sepolos Taehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
ФанфикBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...