Rasanya waktu berlalu dengan cepat, kini sudah genap 4 bulan setelah pernikahan [Nama] dengan Hali. Sekarang gadis itu tengah berada di campus berjalan bareng dengan kedua sahabatnya. "Kita karaokean yuk, dah lama kita gak nyanyi-nyanyi."ucap Reyna. Mereka keluar dari kelas sambil menentang tas dan beberapa buku.
"Iya juga. Setelah insiden [Nama] ngerusak mic waktu itu kita gak pernah nyanyi lagi."jawab Kaila. [Nama] memasang wajah datar. "Itu emang mic-nya yg rusak duluan! Kenapa malah nyalahin aku?"
"Tapi gara-gara denger suaramu yg kek Tokek kejepit, mic nya jadi makin rusak, tau."
"Matamu. Suara Reyna lebih parah kayak Tokek di tengah malem."
"Sshht! Sesama suara Tokek gak boleh saling menghina."Reyna menempelkan jari telunjuknya di bibir. Ia berhenti, menunjuk seseorang yg tengah berdiri di depan gerbang. "Eh [Nama], itu Hali, bukan?"
"Mana?"[Nama] sedikit mendongak. Ketika matanya bertemu dengan mata tajam Hali, ia menghela nafas. "Haa.. lagi?"[Nama] berjalan menghampiri suaminya dengan malas. Kedua sahabatnya mengekori dari belakang.
"Udah selesai kelasnya?"tanya Hali, [Nama] mengangguk. Ini sudah kelima kalinya laki-laki itu menjemput istrinya. "Enak ya, yg udah punya pasangan, selalu di jemput. Lah kita malah ojol terus yg jemput."Reyna menyenggol lengan Kaila, [Nama] menatap mereka dengan datar.
"Masih untung bukan di jemput sama malaikat maut."
"Nikah, makanya."jawab Hali, ia menggandeng tangan [Nama]. Kaila nyengir. "Nikahin aku dong Hali, aku siap kok, jadi istri kedua."
"Emang [Nama] mau di madu?"
"Terserah kamu, asal uang bulanan ku tetap sama kek dulu, gak di bagi dua. Kalo gaji kamu dibagi dua aku gak mau."Hali memasang wajah datar. Gadis itu hanya memikirkan uang rupanya, tidak peduli kalo Hali menikah lagi, yg penting duit selalu mengalir.
"Gpp kok, gak dapat nafkah, yg penting punya suami tampan kek Hali."
"Yap! Kalo gitu aku juga mau daftar jadi istri ketiganya Hali!"Reyna mengangkat tangannya. Hali menarik tangan [Nama] meninggalkan mereka. "Gak. Satu aja udah cukup. Ayo pulang."
---
"Huaa.. imut banget, sih! Pen ku, argh!"[Nama] sedari tadi gemas sendiri dengan seekor kucing berwarna putih yg ada didekat rumahnya. Dicium, dipeluk, membuat Hali terbakar api cemburu karena dia tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh [Nama].
Apalagi kucingnya jantan, pula. Menggeliat dan bermanja-manja di dekat kaki istrinya. Hali mengepalkan tangan, menatap tajam bola bulu itu. "Minta dibunuh."
"Gemes banget, pen ku injek. Hali, boleh gak kucing ini aku--/"
"Gak. Ku buang kalo kamu pelihara tu kucing."
"Kok gitu sih? Please lah. Aku udah baik banget loh, minta izin sama kamu."
"Gak."
"Tch, salahku pake minta izin segala. Izin gak diizinin tetap ku pelihara ni kucing."
"Kamu gak denger aku ngomong apa?"
"Gak peduli, wlee! Ayo Kusnaedi, kita masuk ke rumah. Biarin aja si Gledek itu tidur diluar, malam ini."[Nama] berdiri sambil menggendong kucing putih itu, Hali mengernyitkan dahi. "Siapa Kusnaedi?"
"Kucing inilah, siapa lagi?"
'Brak'
Pintu rumah tertutup dengan rapat. Hali mengusap wajahnya gusar, pintu itu sudah dikunci dari dalam. Sebentar lagi juga mau Maghrib, kunci motor juga ada didalam rumah, sepertinya malam ini dia memang harus tidur di luar. Untung di pos ronda ada selimut dan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tsundere Wife || Boboiboy Halilintar
FanficHulotsun Projects Boboiboy Halilintar x Tsundere Fem!Reader. Bagaimana rasanya menikah dengan gadis Tsundere? Selain Tsundere, dia juga pemarah seperti emak-emak. Belum lagi, Suaminya juga seorang Tsundere tingkat dewa. Dan saat marah juga sangat me...