Chapter 10

360 35 1
                                    

Gembira oleh persetujuanku untuk mengambil foto telanjang, Fotografer Lee berlari ke suatu tempat dengan dalamannya untuk mengambil foto profil. Si pemuda mulai memanggil orang-orang untuk menatap rambut dan makeup, dan mulai sibuk bergerak mengecek peralatan bagian dalam, dan lingkungan sekitar mulai menjadi gaduh. Mungkin si fotografer memang tipe yang tiba-tiba bekerja, mereka yang tiba-tiba dipanggil langsung memulai kerja seolah-olah mereka sudah terbiasa dengan itu tanpa komplain.

Sementara itu, aku dibawa ruangan kecil, dipakaikan berbagai macam baju, di makeup dan gaya rambut sederhana. Dalam kurang dari sejam, semua persiapan selesai. Sekarang saat aku cuma perlu mengambil foto, manajer menyuruh orang lain keluar dan menutup pintu sampai berbunyi klik. Dengan suara pintu terkunci, manajer mendekatiku dengan ekspresi serius.

"Taemin, ayo mengobrol sebentar."

Saat aku setuju, dia duduk di depanku dan berbagai pertanyaan mulai mengalir.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Apa kau tahu artinya telanjang? Kau harus melepas semuanya, dilucuti sampai ke kulit, dan kau akan direkam telanjang. Kau akan melakukannya? Sungguh? Itu nantinya bisa menjadi hambatan untukmu... Ah, tentu saja, keseniannya akan dikenali karena Fotografer Lee yang mengambilnya, tapi sudah jelas kalau itu akan berpengaruh besar pada image-mu. Apa kau masih akan melakukannya?"

"...apa kau benar-benar tidak takut? Huft, Taemin-ah. Bahkan kalau kau tidak mengambil foto itu, orang yang tadi berbicara denganmu bilang akan membantumu, jadi kau bisa tinggal ambil foto profil saja..."

"..."

"Dia bilang dia akan membantumu, kan?"

Aku mengangguk.

"Dia bilang dia akan membantumu membuat Fotografer Lee mengambil foto."

"Tidak."

"Mhm. Itu benar, dia tidak membantumu. Apa? Apa?! Dia tidak membantumu?!!"

Kursinya yang jatuh ke belakang sembari dia berdiri membuat suara keras, tapi tenggelam oleh teriakan manajer.

"Apa maksudnya itu?!! Kau bilang dia akan membantumu, jadi kau menyuruhku datang kesini!!"

"Iya. Tapi aku tidak pernah memberitahumu kalau dia membantuku dengan hal ini."

"Tapi, aku, waktu aku bertanya apakah kau yakin, itu yang kau bilang. Bahwa kau mempercayainya. Kau yakin Fotografer Lee akan mengambil foto."

Dia mengangguk dan wajahnya berubah merah karena malu.

"Ya, aku percaya. Padamu Manajer Choi."

"Apa? Percaya padaku..."

"Aku dengar kalau Fotografer Lee cuma mengambil gambar orang-orang yang dia inginkan. Jadi kupikir dia mau mengambil fotoku kalau dia melihatku."

Dia menatapku kebingungan dan aku perlahan menjelaskan padanya.

"Bukankah manajer yang merekrutku? Kau bilang aku punya pesona untuk memikat orang-orang. Jadi kupikir Fotografer Lee tentunya akan melihat hal yang sama."

"Kalau begitu cuma... karena kau percaya dengan intuisiku?"

"Iya."

"Bagaimana kalau Fotografer Lee tidak mau mengambil gambarmu?"

Entah kenapa aku merasa suaranya sedikit bergetar, tapi aku tidak yakin.

"Itu tidak akan terjadi. Dia adalah orang yang manajer-nim anggap sebagai yang terbaik."

Persepsimu tidak akan salah. Aku tidak perlu berkata lebih banyak lagi, tapi sepertinya dia paham. Ada keheningan sesaat. Sementara itu, ekspresi berlebihan bersamaan dengan suara keras manajer sudah sepenuhnya menghilang.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang