┍━━━━━━━━━━┑
Apa kau merasa senang
setelah kabur dari bahaya
yang tidak seberapa?Hadapilah kenyataan,
kau tidak sadar ada bahaya
lain di sampingmu.
┕━━━━━━━━━━┙****
Teriakan marah menggema seperti ingin menerbangkan apapun benda di sekitar, pada awalnya Alice sama sekali tidak ingin menoleh namun rasa penasaran menggerogoti.
Dia lihat Karen masih ada di panggung, berteriak amat kencang dan panjang hingga urat-urat di seluruh tubuh muncul sampai dahi, taring-taring panjang, bibir menghitam, ekspresi Karen persis seperti iblis.
Robekan pada tenda berkibar oleh angin, hawa dinginnya berhasil membuat Alice menggigil dalam genggaman Ares.
“Jangan menoleh!” ucap pemuda itu dengan tegas.
Kaki mengambil langkah gila-gilaan demi mencari persembunyian terdekat, tepat setelah keluar dari Red Shoes Room tempat gadis misterius tadi menari dengan sepatu merah penuh darah kini Alice dan Ares menemukan hambatan lain tepat setelah keluar.
Rem mendadak sampai sepatu mereka menghentak-hentak di lantai ubin.
Sekumpulan wanita sedang menari diiringi dentingan piano entah dari mana, mereka begitu indah meliukkan tubuh seakan tengah bahagia, baju hitam khas dengan hiasan putih menjadi sangat mencolok meski cahaya terasa remang-remang.
Suasana ramai seperti pentas budaya terjadi.
Sambil mengatur napas Alice perhatikan bagaimana kuku-kuku panjang nan hitam dari para penari terlihat amat menyeramkan, bagaimana mungkin? Kuku mereka begitu panjang nyaris menyamai jari.
Cekikikan tawa masih terdengar jelas seakan beriringan dengan dentingan piano, sejujurnya Alice benci suara itu, terlalu menyeramkan.
Seseorang mengumandangkan lagu seraya duduk di hadapan para penari, senyum lebar yang terlihat amat jelas seakan tidak mengganggu suaranya.
“Ares, aku takut, ayo kita sembunyi,” bisik gadis tersebut setengah gemetar.
Jari-jemari Ares kembali terasa menyentuh permukaan kulit telapak tangan Alice, dia berbisik kalau mereka tidak boleh berisik, suara yang dikeluarkan tidak boleh terlalu keras hingga mengalahkan musik atau seluruh penari akan menyadari kehadirannya.
Kedua bola mata memancarkan warna putih pucat seperti ikan yang sudah lama mati dalam air, kalau bukan karena Ares pasti Alice tidak akan tahu kalau seluruh penari itu buta, walau sisi buruknya mereka masih punya pendengaran.
Lelaki tersebut menarik Alice perlahan ke sisi lain jalan, tidak mengambil jalur lurus sebagaimana mestinya.
Mereka harus lompati pagar besi kecil tempat rumput-rumput dan pohon berada pada sebidang tanah kotak dan jalan berbentuk huruf ‘L’ seperti binatang sedang melarikan diri tengah hutan.
“Mereka siapa?” tanya Alice bingung campur kaget setelah berhasil menghindari segerombolan penari tadi.
“Balerina selain Karen, mereka adalah para pengiring pawai.”
Oh, siapa yang peduli. Alice sudah terlajur takut, detik jam ikut berlalu, perlahan dia mengecek ponsel, dunia seakan berputar amat lambat tatkala waktu masih menunjukkan pukul dua malam, ternyata hanya berlalu dua jam setelah banyak macam drama aneh yang terjadi.
Dia masih bertanya-tanya kapan bisa keluar dari sini.
“Sepertinya ada orang di sana,” bisik Ares sambil menunjuk ke arah Carousel, sedang berputar-putar manis di balik tirai putih tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERSEDIA VERSI CETAK] Mother Goose's Circus (feat TXT - Taehyun)
FanfictionSelama tiga tahun sekali tepatnya di kota Cork Irlandia selalu ada festival malam yang diadakan selama seminggu. Menurut desas-desus, festival malam di Irlandia adalah perkumpulan sekte, dimana mereka melakukan upacara persembahan dan menumbalkan tu...