TIGA PULUH SEMBILAN

5.1K 317 22
                                    

Jeana menatap Val dengan perasaan gondok. Gadis itu sudah tertawa bermenit-menit setelah berkata. "Ya ampun gue baru tau lo nangis kejer di UGD karena takut jadi janda."

Menyebalkan bukan?

Val mendapatkan cerita dari Davina, sepupu dari pihak Ibu Val yang cukup akrab dengannya. Davina adalah seorang psikiater di rumah sakit tempat Andra diantar tempo hari. Kebetulan Davina saat itu tengah menyambangi UGD karena ingin mengajak teman sejawatnya yang bertugas di UGD. Karena merasa tidak asing dengan Jeana, Dia memperhatikannya sampai Andra mendatanginya.

"Rasain." seru Jeana saat Val terdesak tawanya.

Gadis itu meraih segelas air jeruk dan meneguknya perlahan. Bibirnya masih menyisakan tawa yang menjengkelkan.

"Haus kan?" ledek Jeana saat Val kembali menuang jus jeruk. "Minum yang banyak, habis latihan jadi kuntilanak pasti haus dong." cela Jeana.

Val kembali tertawa. "Ya Lo juga sih, nggak pastiin dulu pasiennya mana malah mewek-mewek dulu. Malu J, malu." ledek Val. Dia menarik nafas dalam-dalam. Membebaskan sesak karena terlalu banyak ketawa.

"Panik gue tuh. Badan gue udah gemeteran semua, tremor gitu. Udah nggak bisa berpikir jernih gue tuh. Otak gue ngeblank."

Val mendekat, menatap Jeana lekat. "So... you love him? Andra for sure?" kedua alis Val bergerak naik turun, menggoda Jeana.

Jeana menoleh pada Val yang tengah bertumpu dagu, menunggu jawabnya. "Ya, I love him so much."

Tangan Val menutup mulut. Kedua matanya berbinar senang. "Good to hear."

Jeana mengucap terimakasih tanpa suara. Dia memeluk bantal sofa erat.

"Setelah ini, gue yakin kedepannya nggak akan mudah. Tapi, gue nggak mau menyerah dengan mudah juga. Kedepannya meskipun berat gue akan berusaha kuat, ada kebahagian yang harus gue perjuangkan untuk keluarga gue. Terutama untuk anak-anak gue. Gue nggak mau anak-anak kecewa karena memiliki Ibu yang mudah menyerah." Jeana menatap Val. Sorot matanya masih menyisakan ragu dan haru. "Gue pasti bisa kan?"

Tangan Val bergerak, meraih tangan Jeana dan menangkupnya dengan lembut. Val menatap Jeana dengan sorot haru dikedua matanya. "Pasti dong! Gue yakin kedepannya lo akan kuat menghadapi semua cobaan J." Val menepuk tangan Jeana lembut. "Look at you, the new Jeana with positive vibe. Glad to see you right now my Jeana."

***

Gisel berseru senang saat PR-nya telah selesai. Dengan gembira Dia membereskan semua buku-buku yang bertebaran diatas meja. Dia mengecek sekali lagi semua keperluan sekolahnya, kemudian menutup resleting tasnya dengan senyum puas.

"Yakin nggak ada yang ketinggalan?" tanya Jeana. Ia membawa nampan berisi segelas susu dan satu piring berisi cheesecake dengan toping blueberry uang tampak menggiurkan.

"Yakin." seru Gisel mantap. Tangannya menggeser tas ranselnya menjauh. Ia dengan senang hati menerima nampan yang diulurkan Jeana. "Terimakasih Mami." serunya saat menerima uluran garpu dari Jeana.

Gisel menyuap satu sendok kuenya dan berseru senang. Gadis kecil itu memang tengah menggemari blueberry cheesecake setelah mencobanya sekali saat berkunjung ke Fedora Cafe.

"UAS-nya mulai kapan, Sel?" tanya Jeana. Ia bergabung duduk dikarper dan meraih satu garpu lain. Gisel menggeser piring, mempersilakan Jeana untuk ikut menikmati kue bersama.

"Satu minggu lagi, Mi. Besok hari terakhir ada kelas, mulai minggu depan udah hari tenang."

"Mau Mami temenin belajar nggak?" tawar Jeana.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang