Tinta pena itu belum mengotori lembar notes-nya, yang berarti Jihoon belum menggoreskan permukaan kertas berwarna putih gading itu setelah sang pelanggan mengatakan pesanannya.
Hening semu menyergap mereka berdua. Hanya bertatapan dengan ekspresi pada rupa diri masing-masing.
Pria 24 tahun yang merupakan anak bungsu dari 2 park bersaudara tersebut masih terhanyut dengan pemikirannya: apa yang harus aku lakukan jika tamu pria manis ini memesan menu yang tidak tersedia di sini..?
Ingin sekali Jihoon tidak peduli tentang pesanan pria manis di hadapannya. Toh, ia hanya tinggal memberikannya kepada penjaga meja kasir untuk selanjutnya diserahkan kepada chef, tunggu beberapa menit... Dan voila! Menu yang dipesan sudah memamerkan ekaistensi dan wangi khasnya. Setelah itu ia akan kembali ke meja si pemesan, lalu pergi menyambut tamu-tamu lain yang datang ke restoran.
Tapi tidak semudah yang Jihoon rencanakan dalam benak, terutama ketika dirinya mengingat amanat dari sang manajer untuk melayani dengan sebaik-baiknya tamu istimewa-yang-penting tersebut. Jadi, ia memastikan menu yang dipesan si pelanggan manis yang kini tersenyum-senyum aneh padanya.
"Ehem." berdeham lagi untuk menyingkirkan sensasi canggung dan rasa kikuk yang menggantung di kerongkongan. "Apa anda yakin, tuan..?" tanyanya sopan.
"Maksudmu bertanya seperti itu karena kau kira aku main-main dan karenanya kau tidak ingin melayani pesananku, ya..?" pria manis berambut pirang pendek itu merautkan wajah tidak suka. Ia melipat tangannya di dada dan memposisikan kakinya menyilang, bergaya selayaknya vis besar.
"Oh, tidak. Bukan begitu maksud saya." Jihoon kalang kabut, karenanya begitu sepasang telinga si pria Park mendengar tuduhan tersurat sang pelanggan atas pertanyaannya, ia membungkuk tiga kali dengan sopan. "Maaf. Maaf. Maaf." katanya. "Saya hanya ingin memastikan jika anda memang memesan menu yang tidak ada di buku daftar menu. Selain itu, saya -atau mungkin restoran ini- baru pertama kali mendapatkan pelanggan yang memesan bukan dari daftar menunya."
"Jadi, apa menurutmu itu aneh, tuan pelayan..?"
"Oh! Sedikit menganggu sebenarnya, tuan. Maafkan saya."
"Tidak apa-apa. Mungkin, kau hanya kaget dan takut kalau memberikan secarik kertas berisi pesananku yang tak termasuk dalam menu umum tempat ini kepada orang-orang di belakang sana." Jihoon mengangguk sopan dan tersenyum mengiyakan. Seandainya ia sedikit memandang lekat sang tamu, maka ia pasti akan mendapati semburat malu-malu pada kedua pipi pria manis itu. "Tapi tenang saja, aku sudah menduga hal ini sebelumnya, karena itulah aku memanggil manajer restoran ini. Sebab, aku sudah meminta izin padanya jika seandainya aku memesan makanan-minuman yang tidak terdaftar dalam buku menu, dan beliau mengizinkan. Jadi, silahkan tulis pesananku, tuan pelayan. Aku menunggu."
Jihoon mendesah lega. Lantas pria dewasa itu mengangguk untuk kemudian menggoreskan tinta pena pada lembar notes yang ia genggam. "Baiklah, izinkan saya mengulanginya: satu porsi Medium Sausage with Mozarella Cheese. Apa anda memiliki pesanan lainnya, tuan..?"
Telapak tangan kanan pelanggan manis itu mengudara, bersamaan dengan gelengan kecil, menandakan bahwa pesanannya cukup itu saja.
"Kalau begitu, saya pamit, tuan. Mohon tunggu sebentar dan panggil saya jika ada yang ingin anda butuhkan."
Pria manis berpakaian modis tersebut mengangguk kecil. Membiarkan keping kembar wajah asiannya memandang punggung Jihoon yang perlahan dengan pasti menjauh.
Ia merubah posisi duduknya.
Kini, kedua siku tangan mendarat di permukaan meja, sepasang telapak tangan menyangga kedua pipinya yang kembali bersemu cantik, matanya melengkung membentuk bulan sabit yang lucu, di mana di dalam bola mata indah itu terdapat kilat-kilat penuh arti.
Satu tarikan demi tarikan, sebuah senyum menjurus ke seringai kecil terpahat di wajah manisnya, dan setelah ujung lidahnya mencuat untuk menjilat bibir ceri bagian atas penuh sensualitas, pria itu berbisik lirih dengan pandang mata mengikuti gerak-gerik Jihoon.
"Ya sayang, aku akan menunggu seperti anak baik. Setelah itu, saat kau kembali ke sini membawa pesananku, akan kupastikan bahwa kita bersenang-senang bersama."
Lagi. Ujung lidah merah merona pria mempesona itu menjilat penuh sensualitas bibirnya, bahkan di kedua belah atas-bawah. Hingga ia mengigit-gigitnya dengan gemas, merasa tidak sabar.
"Oh!" desahnya sembunyi-sembunyi. "Hanya dengan memikirkan seporsi sosis dengan lelehan keju mozarella saja membuat kedua mulutku berkedut-kedut dan basah."
Seinginnya ia cepat-cepat menyantap hidangannya, ia harus bisa menahan gejolak dalam diri dan bersabar sejenak. Tetapi tidak masalah, selama ia dijamin akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
Melangkahlah perlahan agar kau mendapatkan hasil maksimal yang memuaskan, Choi Hyunsuk, batinnya.
-🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
sausage with melted mozzarella cheese.
Short Storyhoonsuk threeshot matured content. remake from ffn by Akai Momo with the same title. please read the note and cw first!!