Stasiun kereta
-someone POV-
Matahari sudah mulai terik meski hari masih pagi. Jarum jam arloji di tanganku bahkan belum menunjukkan pukul 7. Hari ini benar-benar cerah. Aku sedang berada di sebuah stasiun kereta, dengan sebuah tas ransel besar di punggungku yang kurasa cukup berat. Yah, memang barang bawaanku cukup banyak. Sama sepertiku, beberapa orang juga tengah menunggu kereta selanjutnya tiba untuk membawa kami ketujuan. Selang beberapa menit kemudian kereta yang kami tunggu pun tiba. Segera kami masuk dan menuju kursi masing-masing
Aku memilih duduk di barisan keempat dari depan. Kenapa? Karena kursi lain sudah penuh dengan penumpang lainnya. Ku lepaskan tas ransel di punggungku dan meletakkannya di tempat penyimpanan barang tepat di atas kursi. Kemudian duduk dengan nyaman di kursi yang telah kupilih.
Aku baru menyadari begitu aku sudah duduk. Seorang gadis juga tengah duduk santai di sampingku, tepatnya di dekat jendela kereta. Gadis itu rupanya tidak menyadari atau bahkan tidak mempedulikan keberadaanku. Gadis berkerudung hitam dengan earphone dan sebuah buku tebal di tangannya. Yang kurasa itu adalah sebuah novel. Aku tidak begitu jelas melihat wajahnya. Selain aku melihatnya dari samping, kerudung yang dipakainya cukup menghalangiku untuk memandangnya secara jelas. Yah, mungkin inilah fungsinya hijab. Selain untuk menutup aurat juga berfungsi sebagai pelindung untuk wanita.
Aku menyeringai tipis. Memikirkan betapa sayangnya Allah kepada para wanita, yang bahkan lebih melindungi wanita daripada lelaki. Mungkin karena lelaki lebih kuat dibanding wanita, makanya wanita lebih dilindungi. Sebagai seorang lelaki, kurasa aku juga cukup kuat. Hehe..
Aku mengikuti apa yang dilakukan wanita di sampingku. Ku ambil headset di saku jaketku, lalu mencolokkannya di phonselku. Ku pilih menu musik dan mengalunlah lagu yang hanya terdengar olehku. Ku pejamkan mata menikmati alunan musik yang terdengar. Lagu-lagu yang tersimpan di menu musik phonselku berganti-ganti. Sampai akhirnya mengalun lagu sountrack titanic yang dinyanyikan oleh Celine dion. Lagu ini mengingatkanku pada seseorang. Seorang gadis yang menyukai lagu ini. Dia temanku semasa SMP. Aku tau bahwa dia menyukaiku sekalipun dia selalu menyangkalnya tapi sorot matanya takkan mampu berbohong. Walaupun begitu aku berpura-pura untuk tidak tau dan mengabaikannya. Mungkin karena sikapku juga dia selalu menyangkal perasaannya setiap kali teman-teman menggodanya. Bukannya aku tidak menyukainya hanya saja satu alasan yang membuatku pura-pura mengacuhkannya. Karena aku terlalu menyayanginya. Terdengar naif memang. Karena pada kenyataannya sikapku malah menyakitinya. Semua kulakukan demi kebaikannya. Dia gadis yang berprestasi, dan karena alasan itu aku tak ingin mengikatnya. Aku ingin dia memiliki masa depan cerah dan menggapai impiannya. Dia lebih baik menghabiskan waktunya untuk belajar daripada bersamaku.
Semenjak lulus SMP, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Mungkin dia sengaja menghilang, pergi meninggalkanku. Aku masih ingat betul seperti apa dia. Gadis manis berkulit sawo matang, suka warna merah muda dan seorang kutubuku. Aku sering melihatnya membaca buku. Kebanyakan buku yang dibacanya bukanlah buku pelajaran seperti para orang jenius lakukan. Dia seorang penggila novel. Sering ku lihat dia membaca novel sambil mendengarkan musik melalui earphone sehingga tak ada yang dapat mengganggunya. Ekspresinya berubah-ubah ketika membaca. Kadang serius, kadang santai, kadang tertawa sendiri bahkan aku pernah melihatnya menitikkan airmata ketika membaca. Dia terlalu meresapi cerita. Hingga tak sadar bahwa aku sering memperhatikannya. Aku tersenyum sendiri, ternyata aku masih mengingatnya. Kurasa aku merindukannya.
Ku buka mata dan melirik arloji di pergelangan kiriku. Jam menunjukkan pukul 8.30, masih sekitar satu jam lagi kereta baru sampai tujuan. Ku lirik wanita disampingku. Dia masih fokus pada buku ditangannya. Kurasa dia mirip dengan teman lamaku itu. Hanya saja pakaian yang ia kenakan dominan hitam. Gadis masa laluku tidak suka hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stasiun Kereta
Short StorySeiring berjalannya waktu, semuanya juga pasti akan berubah. Tapi satu hal yang takkan berubah. Perasaan ini akan selalu untukmu. Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Jika memang jodoh kita pasti bertemu kembali.