Semilir angin menerpa anak rambut yang terurai. Gadis dengan kisahnya menatap datar atap bawah gedung sekolah nya.
Dia Praya danyelir. Gadis itu tengah memejamkan mata sejenak dengan deruhan nafas pelan yang tengah tercampur oleh terpaan angin.
Wajahnya sangat tenang dengan mulut kecil yang terbuka. Fitur wajahnya membuat siapapun akan terus menatap wajah gadis itu.
Surai hitam itu terombang ambing dengan kencangnya.
Ia mendongakkan kepala, menatap langit biru diatas gedung sekolah, dengan seksama.
"Memang benar, yah!. Saat aku melihat langit, Rasa sakit didadaku sedikit menghilang." ujarnya dengan tersenyum. membuat matanya melengkung bagaikan bulan sabit.Ia terus memandang langit biru diatas sana. tanganya terangkat keatas mencekal kuat. "Angin yang berhembus. Akan membuat Kita tetap mencoba untuk tetap hidup"gumamnya sembari mengingat teori dalam buku yang ia baca.
Gadis itu berbalik dan berjalan kearah pintu untuk keluar. Nyatanya untuk keluar tak semudah yang praya pikirkan, Ia harus berhadapan dengan para lelaki dihadapannya.
Lantas ia menunduk dengan tubuh yang bergetar, Takut jika ia yang akan terkena imbasnya. Melewati kumpulan mereka dengan degup jantung yang terus berdetak cepat.
Pemuda dengan note nama septian paleswa yang berperawakan tinggi itu menatap praya tajam "Ngapain...?" tanyanya dengan melirik sekilas.
"Aku hanya menikmati pemandangan diatas sini."jawab praya dengan menunduk.
"Hmm...."Pemuda itu menarik dagunya dengan pelan, lalu menatap manik mata praya yang hitam legam dengan intens.
"Kau... Menangis?"Tanya septian dengan wajah datarnya. Praya langsung menepis tangan septian dengan cepat ia menatap tubuh jakung pria itu. lalu berlari meninggalkan mereka.
"Dia gadis pendiam di kelasmu?"tanya pemuda disebelahnya yang diketahui bernama Genta baneswara.
"hmm..."Balas septian dengan wajah datar sedatar tembok. Berbalik kebelakang dan menatap pintu saat praya keluar dengan pandangan rumit.
"Yok lah yan, Cepetan ngapain bengong."Ujar Genta menarik lengan septian dengan cepat.
Membawanya kepada sekumpulan anak-anak yang sudah duduk diatas kursi sambil bermain game dan adapun yang merokok.
Dikelas yang ramai praya menarik kursi tempatnya duduk. Ia memperhatikan semua temannya, tidak...mereka semua bukan temannya melainkan mereka adalah orang asing yang berada disatu ruangan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dia bukan bagian dari mereka. Dia berbeda dengan mereka, Bahkan dirinya tidak mempunyai teman untuk duduk bersama. Sebegitu burukkah dirinya?...'pikir Praya.
Praya tahu bahwa dirinya tidak memiliki teman dikelasnya. Ia takut untuk berinteraksi, Ia takut Untuk sekedar menyapa, takut untuk menyakiti hati lawan bicaranya.
"Aku juga ingin seperti mereka..."gumamnya sembari menatap sekitar.
Tak disangka gadis dengan surai yang diikat kuda dibelakang tempat duduknya. mendengar gumaman nya, namanya anasdeta Aprilia.
Dia Gadis dari Palembang itu yang memiliki sifat yang terbilang sangat absurd untuk dikatakan.Jam pelajaran pun dimulai. Hal yang membuat tubuh Praya panas dingin adalah untuk hari ini. Ia benar benar takut untuk sekedar membuka mata, Karna hari ini adalah hari dimana Nilai ujian akan diberikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Luka Praya
RandomSeorang gadis dengan keindahannya, Kelembutannya, Kecantikannya, Harga dirinya. Direnggut paksa oleh keadaan. Adakah seseorang yang mengerti perasaannya?. atau adakah orang yang sedikit saja menghargai perasaan nya? Dihatinya hanya ada kegelisahan d...