1

141 20 0
                                    

"Peluk gue."


"Cium gue!"


Lalita bergidik ngeri melihat laki-laki dewasa dihadapannya yang tengah merentangkan tangan dan memajukan bibirnya itu.


Lalita mundur selangkah guna menghindari laki-laki yang sudah tidak waras itu.

"Ih jangan ngaco deh, Kak! Disini udah nggak ada orang, jadi nggak usah kek gitu, ngeri tahu!" ucap Lalita bergidik ngeri.


Laki-laki di hadapannya itu berdecak kesal. "Ih, nggak ada yang lagi akting Lalita! Gue bener-bener pengen dipeluk lo." Hampir saja, perempuan bertubuh sedikit gemuk itu masuk kedalam pelukan Saga. 


"Jangan dekat-dekat! Jarak lima meter dari aku!" perintah Lalita dengan tegas.


Saga memberengut kesal, "Gue cuman minta peluk cium istri gue, apa itu salah?" tanya Saga dengan wajah sendunya itu.


Lalita mengangguk mantap, "Salah! Karena sedari awal pernikahan ini susah salah," jelas Lalita.


"Belum ada satu jam lo jadi istri gue, lo udah mau durhaka? Tidak ada yang salah dalam pernikahan kita Lalita," ujar Saga cepat.


Bagi Lalita, menikah dengan Saga adalah suatu hal yang mustahil, tapi pada kenyataannya sekarang dia sudah resmi menjadi seorang istri dari Saga, laki-laki yang menjadi idaman para gadis lajang.

"Sekarang, mending Kakak jujur sama aku, aku nggak bakalan marah kok."


"Jujur apa Lalita?"


"Pernikahan kita ini cuman taruhan kan? Kamu taruhan sama teman-teman kamu, kan? Sumpah, aku nggak bakalan marah kok, Kak. Aku masih tahu diri," ujar Lalita dengan serius.


Dia tidak akan marah ataupun menuntut, karena sedari awal perempuan itu juga sama sekali tidak berharap dengan pernikahan ini.


Kulit coklat, wajah dekil dengan jerawat dimana-mana, tubuh pendek dan sedikit gemuk sudah mampu membuat Lalita sadar diri.


Ini bukan pertama kalinya dia dijadikan ajang taruhan oleh orang-orang disekitarnya itu. Jadi, dia tidak terlalu kaget saat Saga tiba-tiba datang dan memaksanya menikah.


"Anji*g! Lo ngomong apa, sih! Gue beneran suka lo, Astaga!" Saga meremas rambutnya frustasi.


"Dan aku juga tidak sebodoh itu untuk percaya pada omongan Kakak. Kita baru kenal tiga bulan dan, itupun hanya sekedar tahu nama saja. Terus Kakak tiba-tiba datang sebagai pahlawan kesiangan aku dengan membayar semua hutang-hutang Bapak, sehingga membuat orang tua aku merasa hutang budi sama Kakak, lalu Kakak meminta imbalan dengan menikah dengan aku, apa itu masuk akal?"


Lalita langsung mengangkat tangannya ke udara saat melihat Saga ingin membuka suaranya itu. "Oke, kalau aku cantik mungkin aku percaya kalau Kakak suka aku pada pandangan pertama, tapi... lihat aku, Kak. Bahkan nggak ada yang mau berteman dengan aku, lalu bagaimana bisa aku bisa percaya sama Kakak."


"Stop ngerendahin diri lo, sendiri!" Saga marah saat mendengar gadis yang baru beberapa jam dia nikahi itu menjelek-jelekkan dirinya sendiri.


"Aku sama sekali nggak ngerendahin diri sendiri, Kak! Yang aku katakan ini adalah fakta! Aku jelek, Kak. Jelek." Lalita sudah menerima takdirnya, dia sama sekali tidak sedih saat dia mengatakan  kalimat jelek itu.


"Aku dekil, Kak."


"Lo nggak dekil, cuman coklat saja," ralat Saga.


"Aku juga gendut."


"Lo nggak gendut, lo itu gemoy," ralat lagi Saga.


"Aku pendek!" teriak Lalita dengan keras, dia sudah terbiasa dihina oleh orang-orang disekitarnya, sehingga dia sama sekali tidak terpengaruh ketika ada orang yang tengah memujinya itu.


"Lo juga nggak pendek, lo mungil!" 


Lalita sudah kehabisan kata-katanya lagi, semua perkataannya selalu dijawab oleh Saga. Jangan harap Lalita baper dengan semua ucapan manis saga.


Dia sudah terbiasa disanjung lalu dijatuhkan begitu saja. 

"Ckk, terserah lo mau ngomong apa, yang jelas gue bener-bener serius dengan pernikahan ini, gue nggak jadikan lo taruhan," papar Saga dengan wajah seriusnya itu.


Lalita tertawa pelan, bagaimana laki-laki tampan di hadapannya ini menyukai dirinya? Lalita tidak akan pernah termakan omongannya.


"Kalau sudah selesai kontraknya kabarin ya, Kak. Tenang saja, aku bisa diajak kompromi. Jadi, kalau lagi nggak ada orang Kakak bisa bersikap biasa saja, hitung-hitung ini adalah balas budi aku," kata Lalita, dia sama sekali tidak mengindahkan ucapan Saga barusan.

"Terserah apa kata lo, deh. Yang jelas gue benar-benar serius sama lo. Gue males berdebat lagi, gue ke kamar dulu."


Lalita mengangkat bahunya acuh, saat suaminya sudah masuk kedalam kamarnya itu, Lalita lebih memilih untuk mengelilingi rumah yang akan ditempati mungkin untuk beberapa bulan kedepan.


"Kira-kira berapa bulan ya, aku menjadi istri Kak Saga? Lumayan kalau sampai tiga bulan, aku bisa ngerasain jadi orang kaya walaupun sebentar," monolog Lalita, tangannya meraba-raba perabotan rumah Saga.


Dia sedikit kagum dengan tatanan rumah yang sangat rapi ini. Dia tidak menyangka rumah yang ditempati Saga seorang diri bisa sangat rapi seperti ini.


Sedangkan di kamar mandi, Saga sudah senyum-senyum tidak jelas di depan cermin, bahkan kedua pipinya sudah merona merah.


"Anji*g! Akhirnya gue menikah sama Lalita." Saga menggigit bibir bawahnya.


Selama ini dia selalu membayangkan dirinya menikah dengan Lalita dan, akhirnya khayalannya itu sekarang menjadi kenyataan. 


"Sial! Jatuh cinta bikin gue gila," gerutu Saga meremas wajahnya sendiri, "Tapi kalau gue tahu rasanya sebahagia ini, sudah dari jauh hari gue cari Lalita."


Saga sudah seperti orang gila yang cengar-cengir di depan cermin. Ya, pernikahan ini adalah pernikahan impiannya. Tidak ada taruhan atau apalah yang dikatakan Lalita barusan.


Setelah selesai dengan ritual mandinya, Saga langsung keluar dari kamar mandi dengan harapan Lalita sudah berada di kamarnya dan melihat dirinya yang sedang bertelanjang dada itu.


Namun, harapannya langsung pupus seketika saat dia tidak menemukan istri tercintanya itu dikamar, tak mau menunggu waktu lama, Saga langsung mengganti pakaiannya.


Sebelum dia keluar kamar dia masih menyempatkan untuk membuka ponsel yang tergeletak di atas nakas.


Dia menghidupkan data internetnya dan, benda pipih tersebut sudah diserbu dengan notifikasi-notifikasi.


Ada banyak pesan masuk dari para teman-temannya, sebagian ada yang mengucapkan selamat dan tidak banyak pula yang menyayangkan keputusan Saga yang memilih menikah dengan perempuan yang dibawah rata-rata.


"Gila! Selera lo langsung turun drastis ya!"


"Gue yakin pernikahan ini hanya tahan dua bulan saja."


"Mata lo buta apa gimana, Sa? Angel yang jelmaan bidadari lo tolak dan lebih memilih cewek yang ahhh... bahkan gue nggak bisa mendeskripsikan fisiknya!"


Saga langsung melemparkan ponselnya itu ke ranjang dengan kasar, dia tidak sanggup membaca pesan teman-temannya itu yang menghina istrinya itu.


"Lalita nggak jelek anji*g! Dia itu unik! Awas aja ada yang bilang istri gue jelek di hadapan gue, langsung gue tonjok orang itu." 

"Lagian kenapa mereka yang rempong sih! Bini-bini gue, mereka yang ribet!" Saga sudah mencak-mencak tidak jelas, dia ingin sekali membogem wajah orang-orang yang menghina fisik istrinya itu.


Lalita yang dihina, Saga yang kebakaran jenggot!

Mengapa Bisa Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang