Pancadasa

70 12 7
                                    

"Fuck...!!" Taavi mengumpat keras saat motor ninja kesayangannya tiba-tiba mogok.

Padahal dia yakin sekali kalau motornya selalu rutin mendapatkan perawatan, lalu kenapa motor yang baik-baik saja itu tiba-tiba tidak berfungsi?

Dia menggeram frustasi saat dirinya terpaksa harus turun dari motornya, dan mencoba memeriksa kerusakannya sendiri.

Padahal Taavi ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya, sambil membawa barang belanjaannya biar Ardan bisa segera masak untuknya.

Tapi lihatlah, kini dirinya malah terjebak di pinggiran jalan, yang lokasinya cukup jauh dari bengkel seperti ini.

Setelah mengutak-atik motornya selama beberapa saat, dan menyerah, karena merasa dirinya tidak mampu menemukan penyebab kerusakannya.

Taavi pun menelpon montir langganannya supaya segera datang ke lokasinya.

Beruntunglah, hal itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Jadi tidak lebih dari satu jam berikutnya, motor Taavi sudah bisa di pakai lagi dan dia sudah bisa langsung pulang ke rumahnya.

Taavi terus tersenyum riang seorang diri di sepanjang perjalanannya, saat terbayang hidangan lezat yang biasa Ardan siapkan untuknya.

Sampai-sampai dia terpaksa harus mengusap perutnya yang terdengar keroncongan berkali-kali, karena pikiran Taavi hanya berputar tentang masakan kekasihnya.

Makanya, begitu dia tiba di halaman rumahnya, Taavi segera mematikan mesin motornya, memarkirnya di tempat yang seharusnya dan mengunci pagar.

Dia juga menenteng tiga kantong belanjaan besar, yang berisikan semua bahan kebutuhannya.

"Ardan... Sayang...?"

Dia memanggil-manggil nama Ardan sambil membuka pintu rumahnya dengan perasaan berbunga-bunga, hanya untuk di buat segera mengerutkan kening, karena tidak terdengarnya sahutan apapun dari sang kekasih pujaan hati.

"Ardan...?"

Dia mencoba memanggilnya sekali lagi, karena mungkin saja Ardan yang sedang asyik main dengan sahabatnya, tidak mendengar tanda-tanda kedatangannya.

Meski sejujurnya Taavi sedikit meragukan hal itu.

Karena biasanya Ardan langsung tahu saat dirinya pulang, dan akan dengan senang hati menyambut nya ke depan pintu, layaknya seorang pasangan yang sudah sangat merindukan kedatangannya.

Srek... Srek... Srek...

Akhirnya Taavi merasa lega dan bisa tersenyum lagi, saat mendengar adanya suara langkah kaki yang sedang mendekat ke arahnya.

Namun senyumannya langsung memudar, ketika yang datang ke depannya bukanlah Ardan, melainkan Jazmi dengan wajah sembabnya, yang terlihat jelas kalau dia habis menangis.

Deg...

Taavi sangat membenci gagasan yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Dia mencoba keras untuk tidak berpikiran buruk, meski raut wajah sedih Jazmi jelas-jelas telah menunjukkan hal yang sebenarnya.

"Ada hal buruk yang terjadi di rumah ini." Jelas-jelas pikirannya juga mengatakan seperti itu. Tapi Taavi masih tetap ingin berdelusi dengan menyangkalnya.

Jadi dia mengabaikan keberadaan Jazmi yang menatapnya pilu, dengan terus masuk kedalam rumah sambil tetap memanggil manggil nama Ardan.

"Ardan...? Sayang...?"

Deg...

Hancur sudah keyakinan Taavi yang terus coba dia kukuhkan, saat mata elangnya yang tajam, mulai menangkap sosok Yudan yang terlihat begitu menyedihkan.

If I Ruled The World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang