Pasal 2.2

59 40 14
                                    

Kembali pada fase yang menyakitkan, hal yang membuatmu terombang-ambing oleh pilihan antara lanjut atau berhenti sampai disini itu akan selalu ada. Pikiran dan perasaan mengenai tidak adanya ada perubahan, seperti yang sudah terjadi, mendung seakan semua pergerakan sudah berakhir akan selalu datang. Berulangkali memikirkan hal yang sama, namun semuanya menjadi terbuang sia-sia.

Melihat orang lain yang sudah bergerak maju pada fase selanjutnya, sedangkan kita hanya berputar-putar di tempat yang sama itu memang sangat menyakitkan. Jika terus seperti ini apa yang kita dapat, proses sudah kita lakukan, tetapi apa yang terjadi, kita masih mengulangi hal yang sama tanpa ada kemajuan. Namun kekacauan seperti ini coba kita pahami, "jangan berhenti bertemu hal yang sulit dimengerti, cari lagi sampai mengerti, nanti juga akan berhenti sendiri jika sudah mati".

Untuk apapun yang kita lakukan, menurutku tidaklah sia-sia, semua orang itu memiliki fasenya masing-masing, mereka yang sudah jauh di depan kita pun pasti pernah mengalami apa yang kita alami, atau mungkin justru ia belum mengalaminya, kita saja yang terlalu berlebihan. Entah itu esok, lusa atau bahkan tahun depan, kita akan sampai pada fase selanjutnya, tidak apa-apa jika terlambat, karena seperti yang kita tahu, hidup itu bukan ajang lomba lari.

"Apakah mungkin fase selanjutnya itu indah?, atau bahkan jauh lebih sakit dari fase sebelumnya".

Entahlah tuhan memang sangat mengasikan dan sulit untuk ditebak, karena bagi beberapa orang, duka atau kegagalan yang di alami adalah sebuah pesta yang mempertemukan dirinya berbincang ria dengan tuhan, sedangkan nikmat atau kesuksesan ialah sebuah bencana yang membuat segala jenis binatang dalam dirinya muncul dan lupa terhadap tuhan. Setiap manusia memang berhak untuk mengeluh dan menyesal, namun apa artinya keluhan dan penyesalan kita apabila tidak ada satu hal pun yang kita dapat. Karena bagiku ketika kita mengeluh dan menyesal seharunya ada hal yang kita perbaiki dan pelajari. Maksudku ialah untuk apa kita mengeluh dan menyesal jika setiap saat kita masih mengulanginya tanpa pernah mau memperbaiki dan mempelajari dari apa yang kita keluhkan dan sesalkan.

Tertinggal atau hanya merasa tertinggal saja?

Berada posisi yang selalu merasa tertinggal oleh orang lain, bagaikan binatang yang sedang diburu, berlarian tidak tahu arah, rasa takut yang terus berdatangan membuatnya semakin agresif untuk terus berlari, entahlah binatang itu pun tidak tahu apakah ia akan selamat atau mati terburu. Seperti itulah kita yang terus merasa tertinggal oleh orang lain, lalu mencoba untuk mengejarnya dengan penuh ambisi, namun tidak tahu kemana kita sedang berlari dan apa yang kita kejar. Ambisi itu akan seperti sebuah bumerang, ketika terus bergejolak dan memanas melihat seseorang yang kita kejar sudah sampai pada tujuannya, sedangkan kita yang masih terus berlari, hingga lupa pada apa yang seharusnya kita persiapkan terlebih dahulu, yaitu tujuan atau tempat kita untuk berhenti. Dengan perasaan berkecamuk itu kita terus berlari tanpa tujuan, karena apa yang kita lakukan hanya untuk mengikutinya, tanpa memiliki tujuan sendiri. Jadi jangan pernah heran jika kita terus-menerus menjadi bayangannya bukan berada di sampingnya.

"Bukankah akan terasa melelahkan dan percuma jika berlari tanpa tujuan yang kita persiapkan terlebih dahulu?".

Berhentilah sejenak, buang rasa takut kita terhadap ketertinggalan dan biarkan saja ia terlebih dahulu sampai pada tujuannya, pahami semua hal yang telah terjadi agar tidak terlewati begitu saja. Karena meskipun kita berhasil mengejarnya, namun untuk apa jika kita tidak menikmati setiap jalan yang kita tempuh. Untuk sekarang kita persiapkan terlebih dahulu apa yang akan menjadi tujuan kita dan bagaimana caranya agar sampai pada tujuan itu.

Sekarang begini, kita melihat orang-orang yang sampai pada tujuannya atau kesuksesannya, namun harus terlebih dahulu mengalami kegagalan yang bahkan sampai ribuan kali, dan ada pula orang yang beberapa kali terbentur untuk terbentuk. Haruskah kita seperti mereka, mengalami kegagalan ribuan kali atau terbentur beberapa kali untuk sampai pada tujuan kita?. Menurutku konsepnya tidak seperti itu, kita tidak harus mengalami kegagalan ribuan kali dan benturan untuk sampai pada tujuan atau kesuksesan. Karena bagaimana jika seandainya kita melakukan apa yang mereka lakukan dengan kegagalan 1000 kali itu, kita harus mati pada kegagalan ke 999, dan untuk terbentur bagaimana jika seandainya benturan yang kita terima itu terlalu keras sehingga membuat kita mati sebelum terbentuk.

Cukuplah cerita-cerita tentang kesuksesan mereka itu hanya sebatas referensi tatkala kita mengalami suatu kegagalan. Anggaplah ketika kita gagal dalam mengejar suatu impian atau tujuan, bahwa pernah ada orang yang bahkan ribuan kali gagal untuk apa yang ia inginkan. Dan jika memang kita terbentur, ingatlah bahwa pernah ada pula orang yang beberapa kali mengalami benturan sehingga pada akhirnya ia terbentuk. Dalam hal ini kita tidak harus memakai mindset yang digunakan orang lain untuk mengejar apa yang kita inginkan, apa yang sudah terjadi pada orang lain, jadikanlah sebagai referensi untuk kita membentuk mindset kita sendiri.

"Karena pada dasarnyasetiap jalan atau cara orang untuk menuai keberhasilan atau kesuksesan ituberbeda, meskipun kita mengikuti cara orang lain yang sudah terlebih dahuluberhasil, belum tentu kita akan seperti dirinya meskipun mengikutinya".

Berusaha Menjadi ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang