Saat Amora sampai di kamar putri tunggalnya itu, senyumnya langsung terukir melihat Alea sudah tidur dengan wajah yang tenang.
Amora memasuki kamar Alea dan membenahi selimut anaknya itu sampai ke leher Alea, lalu mengelus rambut Alea
"mama sudah banyak mendengar perubahanmu nak, mama tidak masalah dengan sifat dan sikapmu yang sekarang, bahkan mama bangga kau berubah menjadi anak yang mandiri dan bisa melindungi diri sendiri bahkan orang lain, membuat mama tenang jika harus mengizinkanmu kembali ke kepolisian tersebut" ucap Amora lalu mengecup kening putrinya dengan senyuman.
Sebelum ia keluar dari kamar putri tunggalnya itu, Amora menutup pintu balkon yang jarang sekali terbuka, membuat ia memikirkan perkataan maid yang berkata bahwa Alea turun dengan cara lompat dari balkonnya.
Setelah menutup pintu balkonnya dan menutup gorden kamar Alea, Amora keluar dari kamar putrinya untuk menghampiri suaminya.
"gimana keadaan Alea, ma?" tanya Matteo yang baru selesai memberi perintah para penjaga rumah
"dia sudah tidur pa, tapi tadi papa dengar apa yang diceritakan maid di luar tadi?"
"tentang Alea yang menjinakkan bom?" tanya Matteo yang sebenarnya ia pun sedikit tidak percaya
"bukan hanya itu, maid bilang dia lompat dari balkonnya, menjinakkan bomnya dengan tenang, dan tempo haripun aku pernah mendapatkan cerita kalau Adriel diturunkan jadi asisten Alea karena kalah bela diri dengan Alea sampai babak belur" jelas Amora panjang lebar
"kapan dia mempelajari semua itu? Bahkan partner dan komandannya di kantorpun tidak pernah bilang kalau Alea bisa bela diri" ucap Matteo kebingungan
"entahlah pa, sejak Alea pulang dari rumah sakit semua berubah begitu saja"
"tapi aku lebih suka Alea yang seperti ini walau sedikit dingin dan kaku" Amora menganggukkan kepalanya setuju dengan sang suami
--
Hari ini Alea ingin mengajak asisten pribadinya yaitu Adriel untuk gym bersamanya lalu bertanding bela diri lagi. Sudah 1 minggu Alea rutin melakukan kegiatan ini berdua dengan asisten pribadinya, walaupun badannya pasti akan sakit-sakit malam harinya tapi Adriel dengan setia menuruti semua kemauan Alea, bahkan ia juga senang dengan peningkatan Alea yang sangat pesat walaupun jika kalah ia pasti akan diremehkan oleh Alea.
Alea melarang Adriel untuk mengalah atau tidak menggunakan skill dan tenaganya full untuk melawan Alea. Ia sadar ini persiapannya untuk menghadapi komplotan mafia di luar sana, bahkan Adriel pun masuk kedalam golongan lemah di komplotan mafia yang akan dia hadapi.
Setelah selesai bertanding, mereka beristirahat bersama, mengatur nafas yang terputus-putus itu. Kini keduanya sudah sangat menunjukkan peningkatannya.
"Adriel, ayo kita belajar menembak setelah ini?" ajak Alea, ia ingat selama bertransmigrasi ia belum pernah mengasah skill tembakannya lagi
"ayo, aku jago loh masalah menembak" ucap Adriel sombong
"tidak takut ledakan?" tanya Alea dan dijawab gelengan yakin oleh Adriel
"halah menjinakan bom aja kepirit-pirit sampai keringat dingin gemetaran begitu" jawab Alea menahan tawanya
Adriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "hehe itu mah beda non, seram"
"Adriel, kalau menembak hanya dengan sasaran benda mati sih easy, dia tidak akan bergerak dan melawan, coba kalau sasarannya manusia bersenjata juga?" ucapan Alea membuat Adriel bergidik ngeri
"badan doang besar, takut dengan hal yang di overthinkingin" ucap Alea bangkit meninggalkan Adriel menuju tempat untuk latihan menembak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia's Transmigration
ActionSeorang wanita cantik, lembut, dan merupakan seorang detektif di Kepolisian Manhattan mati karena kasus pertamanya. "Tolong selesaikan alasan aku mati, dan balaskan dendamku" - Azalea Mauren "Aku gunakan tubuhmu untuk membalaskan dendamku dan menye...