Kabar Kecelakaan (26)

336 40 15
                                    

___

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Raga sama sekali tidak bisa terlelap padahal sudah sangat larut. Lelaki itu mengusap wajah kasar lalu duduk di kasurnya. Raga menarik napas lalu mengembuskannya berulang kali. Ia menoleh ke arah meja untuk mengambil segelas air. Namun, gelas tersebut kosong membuat Raga berdecak.

"Haish, segala pakai habis lagi."

Raga turun dari ranjangnya lalu membawa gelas kosong tersebut. Raga menuruni tangga untuk mengambil air di dapur. Raga terkejut ketika melihat penampakan sesosok tubuh mungil beserta ayah dari balita tersebut juga ada di sana.

"Kok kalian belum tidur?" tanya Raga dengan alis terangkat satu.

Ya, itu Adhisty dan Rafa yang tengah duduk di kursi meja makan. Keluarga kecil Rafa memang tengah menginap karena Rafa yang baru saja kembali dari KKN.

Adhisty yang melihat kehadiran Raga langsung antusias memperlihatkan sesuatu yang sedari tadi ia makan. Balita itu tersenyum sangat lebar membuat Raga berjalan menghampirinya.

"Makan apa?"

"Hihang hoheng," jawab Adhisty tersenyum dengan memperlihatkan gigi susunya yang baru saja tumbuh tersebut.

Raga tersenyum lalu mengusap surai Adhisty dengan lembut.

"Pisang goreng itu, Adhisty," koreksi Raga.

"Ata Papa ini hihang hoheng, Paga," protes Adhisty.

Mendengar ucapan dari Adhisty membuat Raga langsung melemparkan tatapan tajam ke arah sang adik membuat Rafa tergelak.

"Adhisty, bener yang dibilang Paga itu pisang goreng, tapi kalau makannya pas masih panas bilangnya pasti hihang hoheng."

Adhisty hanya mengerjap lucu ketika Rafa melontarkan kalimat tersebut.  Melihat keponakannya tidak mengerti dengan ucapan dari adiknya membuat Raga menghela napas panjang karena Rafa sama sekali tidak memberikan kata-kata yang benar untuk anak seusia Adhisty.

"Jadi Papa itu yang benar, Rafa. Kasih tahu yang mana benar dan yang mana salah. Bukan malah sengaja disalahkan. Anak kecil itu mudah merekam dan mengingat," nasihat Raga.

"Iya," ucap Rafa seraya mengangguk.

Raga berbalik badan untuk mengambil minum. Setelahnya, lelaki itu ikut bergabung dengan Rafa juga Adhisty.

"Kok Adhisty bangun jam segini, Raf?"

"Tadi, gue sama Khafa salat tahajud. Mungkin, Adhisty kerasa papa sama mamanya nggak ada di ranjang," jawab Rafa.

"Terus ini kok malah makan pisang goreng?"

"Anaknya minta, Bang. Ini aja baru Rafa gorengkan. Untung aja mama punya stok pisang."

"Ternyata, lo bisa goreng pisang juga, Raf," ujar Raga dengan meledek.

"Bisa lah. Gini-gini, gue sering bantuin Khafa masak dong." Rafa berucap dengan sombong.

"Iyalah percaya. Terus istri lo kok nggak ikutan makan pisang goreng?"

Raga merasa heran karena hanya ada Adhisty juga Rafa di sini sedangkan Khafa tidak ikut makan pisang goreng di tengah malam.

"Lagi ngaji."

Mendengar jawaban dari Rafa membuat Raga manggut-manggut pertanda paham. Raga mengelus kepala keponakannya membuat Adhisty menatap Raga dengan senyuman.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang