DAY 7

9 1 0
                                    

02.35

Duduk diam dalam kegelisahan terasa sangat menyiksa. Dean menatap langit gelap di luar kaca jendela mobil selagi memikirkan cara untuk membawa mereka keluar dari tempat itu dalam keadaan selamat. Dean sudah mempertimbangkan untuk mengirim sinyal bahaya pada Kate. Tapi akan butuh waktu lama sebelum Kate dan tim-nya sampai disana untuk menolong mereka. Selain itu, akses satu-satunya hanyalah mobilnya sendiri. Mobil Nikki sudah hancur parah akibat terjatuh. Kaca-kacanya pecah karena dilempari batu sementara mesinnya mengepulkan asap tipis di udara. Mau tidak mau mereka harus mencari cara untuk kembali ke mobilnya. Dean bisa mengumpulkan beberapa barang yang dibawa Nikki di dalam mobilnya seperti perkakas untuk mengganti ban dan mungkin kaleng-kaleng soda itu untuk bertahan hidup.

Kemudian ia sedang memikirkan cara untuk sampai disana ketika tiba-tiba saja Nikki beringsut di atas kursinya. Wanita yang baru saja sadar itu kemudian menatap Dean dengan penuh tanya. Dean berbalik mengamati Nikki. Berkat alkohol luka di dahinya sudah tidak lagi mengeluarkan darah, itu pertanda baik.

"Hei," ucap Dean sembari memutar tubuhnya ke arah Nikki.

Tiba-tiba eksresi Nikki menengang. Dean menebak kalau Nikki sedang mengingat-ingat kejadian yang menimpa mereka sebelum ia pingsan karena sekarang wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan waspada kemudian bertanya, "dimana orang-orang itu?"

Dean menggeleng. "Aku tidak tahu, yang pasti mereka tidak turun ke bawah sini. Keningmu terluka.." Dean menunjuk ke arah dahi Nikki dan wanita itu langsung menyentuhkan jarinya disana.

"Tidak apa-apa."

"Seharusnya aku tidak melibatkanmu dengan semua ini."

Saat mendengarnya Nikki langsung memutar tubuh dan meletakkan seluruh perhatiannya pada Dean. Ada sesuatu yang menggelitik Dean tentang wanita itu. Fakta bahwa Nikki hadir disana telah mengikis semua hal yang dipikirkannya selama ini. Wanita itu masih cukup peduli untuk menolongnya. Dengan mengetahuinya saja sudah membuat Dean merasa lega – setidaknya Nikki tidak berubah.

Jangan terlalu percaya diri! Dia seorang dokter, kau adalah pasiennya. Bersikap peduli memang sudah jadi kebiasaannya. Dia tidak sepertimu. Dia terlalu baik untuk orang sepertimu!

Dean menarik nafas panjang kemudian membiarkan punggungnya yang menegang rileks sejenak dengan bersandar di atas kursi. Kini wanita itu menyipitkan matanya, menyelidik dan bertanya, "kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena kau jadi terluka."

"Kita tidak menginginkan semua ini terjadi. Tidak ada yang merencanakannya."

Dean mendengus keras, kemudian mengedarkan tatapannya ke luar jendela. "Aku tidak tahu Nik, kenapa kau datang? Bukankah aku sudah melarangmu untuk datang kesini?"

"Aku tahu, tapi aku tidak butuh izin darimu untuk melakukan apa yang kumau, Dean. Sekarang, mari kita lupakan itu sejenak dan kau bisa menceritakan padaku siapa orang-orang itu dan kenapa mereka mengejarmu?"

Dean menunduk menatap jari-jarinya, sejenak menimbang untuk menjelaskan pada Nikki semua yang disaksikannya. Tapi ketika ia menatap wanita itu lagi, Dean merasakan emosi yang sama seperti kali pertama mereka duduk berhadap-hadapan dalam sesi terapi. Saat itu Dean datang atas paksaan Kate. Seseorang memberitahunya kalau Nikki adalah salah satu psikiater terbaik disana. Dean tidak percaya sampai dia duduk berhadap-hadapan dengan wanita itu. Nikki bahkan dua tahun lebih muda darinya, tidak mengidap penyakit aneh yang membuatnya berdelusi sepanjang saat, dan dibesarkan dalam keluarga yang baik-baik saja. Namun, ketika berbicara dengannya, wanita itu bisa terdengar sepuluh tahun lebih tua darinya. Nikki mampu membaca emosinya dengan mudah dan tetap menghormatinya. Mungkin itu yang membuat Dean tertarik padanya.

FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang