05.00
Mereka sudah berjalan selama dua jam sebelum Dean akhirnya memutuskan untuk berhenti di sungai. Cahaya fajarnya hampir menyentuh permukaan sungai dan hanya dalam hitungan menit langitnya akan cerah.
"Tidak apa-apa, kita bisa berhenti sebentar disini. Airnya cukup bersih, jadi manfaatkan sebaik mungkin."
Dean berjalan mendekati bebatuan besar kemudian meletakkan tas hitam besar di sana. Ia duduk melepas jaketnya sembari mengamati Nikki berjalan mendekati bantaran kemudian menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke dalam air. Tiba-tiba tubuh wanita itu tersentak kaget. Dean tersenyum, ia sudah dapat menebak apa yang hendak dikatakan Nikki.
"Airnya dingin sekali, Dean."
"Ya, bagus berendam di air dingin pada pagi hari."
Nikki menatapnya dari balik bahu dengan kesal, kemudian melanjutkan aktivitasnya untuk membasuh wajah. Selagi wanita itu sibuk, Dean memutuskan kalau itu adalah saat yang tepat untuk memeriksa luka di kakinya.
Persis ketika Dean mengangkat jinsnya ke atas lutut, ia berdesis menyaksikan bagaimana luka pada kakinya itu hampir membusuk. Dean membasuhnya dengan air sungai beberapakali, namun kelihatannya hal itu justru membuatnya kelihatan semakin buruk. Darah mengering di seputar kakinya, sementara tumitnya yang kelelahan memerah akibat dibawa berjalan terlalu lama. Dean lupa kapan terakhir kali ia berbaring dengan tenang. Namun sejak keluarga Bree mengurungnya di dalam ruang bawah tanah pondok mereka, Dean tidak pernah tertidur dengan tenang barang sejenak saja. Tubuhnya yang waspada kelelahan setelah berkali-kali menghindari bahaya. Sementara itu luka pada kakinya harus terus menunggu untuk diobati dengan layak. Setidaknya sampai Nikki melihat luka itu dan langsung berlari ke arahnya.
Wajah Nikki memerah, kedua matanya terbuka lebar. Wanita itu menunduk di depan kakinya kemudian meintimidasi Dean dengan tatapannya.
"Separah ini? Kenapa kau tidak bilang?"
"Kenapa aku harus mengatakannya?"
"Aku bisa mengobatinya. Ada alkohol dan perban. Aku yakin aku membawa kotak P3K juga di dalam tas. Biar kulihat dulu."
Ketika Nikki mulai sibuk menggeledah seisi tas, Dean memutar bole matanya dan mengatakan, "tidak apa-apa, Nik. Aku sudah merasa baikan."
Nikki menutup kedua telinga saat berusaha mengabaikannya. Alih-alih mendengarkan Dean, wanita itu justru bergerak mendekat begitu menemukan kotak yang dimaksud dan alkohol di dalam botol kecil. Ketika Dean hendak menghentikannya, Nikki justru mengatakan, "aku akan menjahitnya supaya lukanya tidak menyebar dan menyebabkan infeksi. Itu akan terasa sakit, jadi mungkin kau butuh soda. Ini pegang! Aku hanya punya sedikit.."
Dean menurutinya. Ia meraih sebotol soda kemudian meneguknya selagi Nikki membersihkan lukanya menggunakan alkohol. Pada detik berikutnya, jarum tajam itu sudah menusuk kulitnya. Dean memejamkan mata ketika merasa ngilu. Di hadapannya Nikki menunduk dan menjahit luka itu seperti seorang profesional. Dean mengamatinya sesekali, tiba-tiba melupakan rasa sakit saat Nikki terus-menerus menusukkan jarum di atas kulitnya.
"Kenapa kau pilih soda?" tanya Dean untuk memecah keheningan di sekitar mereka. Kini langit sudah sepenuhnya cerah. Cahaya matahari jatuh dengan lembut di atas permukaan air dan menyajikan pemandangan yang menyejukkan mata. Seperti itulah tempat itu seharusnya terlihat, sebelum semuanya berubah jadi mimpi buruk tak berkesudahan.
"Maaf?"
"Kau membeli banyak sekali soda. Maksudku.. kenapa soda? Kau bisa memilih alkohol.."
Nikki tersenyum lebar. Kedua matanya berkilat jahil sedang pipinya merona. Sudah lama sejak kali terakhir Dean melihat wanita itu tersenyum. Sejak dulu ia sangat suka melihatnya, bahkan sampai sekarang Dean-pun masih dibuat terpaku oleh senyuman itu. Nikki adalah orang yang tulus, tidak suka neko-neko. Ketika sesuatu membuatnya kesal, wanita itu akan menemukan cara untuk mengatakannya, dan setiap kali Dean mengatakan sesuatu yang konyol, Nikki akan tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerDemi melupakan masalah pernikahannya yang kandas bersama Nikki, Dean Hodges pergi ke desa terpencil di kawasan pegunungan untuk menggelar pesta pertunangannya dengan Bree, wanita yang dikenalnya selama kurang dari dua bulan. Tapi sejak hari pertama...