7D

8 1 0
                                    

11.12

Satu tembakan dilepaskan. Suara ledakannya memecah udara. Dean merasakan jantungnya berpacu kuat ketika sebuah peluru menembus masuk melewati kaca mobilnya. Pecahan kaca itu berserakan dimana-mana. Dean masih menatap Bree dengan awas. Wanita itu masih berdiri di tempatnya, berlindung di dekat pohon fir, dan menatapnya kesal.

Itu bukan pertanda baik.

Sean harus bergegas. Ketika menatap ke belakang, Nikki sudah berada seratus meter jauhnya di hutan. Dean merasakan bulir keringat jatuh dari dahinya. Tiba-tiba udara di dalam mobil terasa mencekik. Ia harus segera mengirimkan kode merah pada Kate dengan cepat kemudian pergi menyusul Nikki ke dalam hutan. Sementara itu Dean mau memastikan Bree tetap disana sehingga wanita itu tdiak mengejar Nikki. Dean berpegang pada satu-satunya harapan kalau Nikki akan menemukan tempat persembunyian sampai Dean berhasil menyusulnya.

Dengan tergesa-gesa, Dean menunduk ke lantai mobil, kemudian mencari kabel merah kecil yang tersembunyi di bawah lantai mobilnya. Kabel merah itu masih ada disana. Bagus. Dean menarik tuas, melilitkannya pada kabel itu, kemudian mengetikkan kode pada layar monitor di mobilnya. Kate akan memahami artinya. Wanita itu sudah mengajari semua yang perlu ia ketahui tentang kode tanda bahaya. Ia bisa meninggalkan mobilnya disana dan pergi. Mungkin Dean akan meninggalkan mobil itu selamanya, karena mungkin tidak akan ada cara untuk membawa Bianca keluar dari sana.

Setelah memastikan kode itu aktif, Dean segera meraih alat pelacak di langit-langit mobil, mengantongi benda kecil itu di saku celananya kemudian berlindung di balik kursi saat tembakan berikutnya dilepaskan.

Kaca depan mobilnya hancur parah. Sejauh itu Dean masih selamat. Bree sudah semakin dekat. Wanita itu berusaha menghampirinya.

Sial!

Dean tidak boleh bertindak gegabah. Senjata yang dipegangnya hanya punya peluru terbatas. Mungkin lima, atau tujuh jika ia beruntung. Jadi Dean harus menggunakannya sebaik mungkin. Menyerang balik mungkin hanya akan menyia-nyiakan pelurunya. Terutama ketika hujan dan kabut membuat pandangannya kabur. Dean tidak mau salah sasaran. Ia menunggu, sampai Bree berlari mendekati mobilnya, kemudian Dean keluar dari pintu saat itu juga.

Ketika Dean sudah berlari sejauh lima puluh meter ke dalam hutan, langkahnya terhenti. Ia berbalik untuk menatap ke belakang dan menyaksikan saat suara ledakan keras terdengar. Sepihan kaca mobil bertebaran dimana-mana. Api menjilat atap mobilnya, membakar mesin di balik kap mobilnya dan mengeluarkan suara berdesis yang lirih.

Dean mendengar teriakan. Samar-samar, dari balik kaca jendela mobilnya yang sudah pecah, ia melihat api menjilat lengan pakaian Bree hingga wanita itu menjerit keras.

"Tidak!! Tidak! Aku akan membunuhmu, Dean! Aku bersumpah, aku akan membunuhmu!"

Dean menyaksikan air hujan menjinakkan api di lengan Bree dan sebelum apinya benar-benar padam, Dean mengambil kesempatan itu untuk berlari menyusul Nikki ke dalam hutan.

Wanita itu melambai ke arahnya di kejauhan. Dean dengan cepat menyusul Nikki, kemudian meraih tangannya dan meminta Nikki untuk berlari menyusuri hutan.

"Apa itu?" tanya Nikki setelah mendengar suara ledakan beberapa detik yang lalu.

"Kode merah," jawab Dean singkat. Kemudian ia menarik Nikki sembari menyerukan, "terus bergerak! Jangan berhenti!"

11.17

Kate sedang berbicara dengan seorang petugas keamanan lokal yang berjaga di depan pintu gerbang menuju kawasan hutan tertutup. Laki-laki tua yang memiliki tinggi hampir dua meter itu mengatakan sesuatu dengan keras. Ia berusaha menjelaskan Kate jalan pintas untuk sampai di kawasan puncak gunung dan mengapa jalan itu ditutup.

"Kawasannya sangat curam. Pernah terjadi longsor disana sampai tanahnya memblokade jalan utama."

"Pasti ada jalan lain untuk masuk, bukan?"

"Ya, lewat terowongan. Tapi jalurnya cukup terjal. Jarang ada pengendara yang berhasil melewatinya."

"Jika aku pergi ke sana melewati terowongan itu, aku akan sampai lebih cepat, bukan?"

"Ya. Itu mungkin akan menghemat waktumu sampai satu atau dua jam. Tapi kusarankan kau menggunakan jalur utama saja. Lebih aman. Terutama karena sering terjadi hujan badai akhir-akhir ini."

"Baik, akan kupertimbangkan. Sekarang aku perlu bantuanmu. Aku sedang terburu-buru dan aku perlu melewati hutan ini untuk memotong jalan. Bisa kau bantu aku?"

Tanpa berkedip atau memikirkan ulang jawabannya, laki-laki itu menggeleng keras dan menjawab. "Aku tidak bisa. Tidak boleh ada yang masuk sini selain truk-truk penebang. Mobil kecil masuk jalur utama, itu aturannya."

"Jalurnya macet, aku perlu bergerak cepat."

"Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa membantumu."

"Kate! Kate!!" seruan keras itu asalnya dari belakang, persis di dalam sedan hitam yang diparkirkannya beberapa meter tak jauh disana. Wajah petugas polisi muda, Tim Doyle muncul di balik jendela. Laki-laki itu mengatakan sesuatu dengan suara keras.

"Alarm-mu berbunyi."

"Apa?"

"Alarm-mu berbunyi."

Kate menggerutu dalam perjalanan kembali ke mobil untuk melihat alarm yang dimaksud Doyle. Ia kemudian menatap pager kecil hitam yang diletakkannya di atas dasbor. Alat itu bergetar dan mengeluarkan suara peringatan dengan lampu merah kecilnya yang terus menyala-nyala.

Kate meraih pager itu kemudian menatapnya dengan gelisah. Jantungnya berdegup kencang.

"Kode merah. Dia meledakkan mobilnya."

"Apa?" tanya Doyle dari tempatnya di kursi kemudi. Laki-laki itu tampak kebingungan saat bertanya, "mobil siapa yang meledak?"

Alih-alih menjelaskan situasinya, Kate segera bergabung dengan Doyle di kursi penumpang kemudian meminta laki-laki itu untuk berkendara mendekati pagar. "Kita harus bergerak cepat!"

"Pagarnya masih ditutup."

"Jalankan saja mobilnya, Doyle!" teriak Kate dengan frustrasi,

Polisi muda itu langsung menginjak pedal gas dan membawa mobil mereka mendekati pagar. Saat petugas yang sama mendekati Kate untuk memprotes, Kate langsung menyemburnya dengan kalimat, "buka gerbangnya sekarang! Seseorang akan terbunuh dan namamu akan masuk dalam laporan jika kau mencoba menghalangiku!"


FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang