7F

8 2 1
                                    

02.30

Nikki meraih ponselnya untuk menghubungi Kate. Segaris sinyal yang muncul hilang dengan cepat. Dean tidak berbohong saat mengatakan kalau disana sinyalnya sangat buruk. Bagaimana tidak? Aliran listrik sangat sulit ditemukan dan kawasan itu terletak di pedalaman hutan, dimana letaknya sangat jauh dari pusat kota.

Meskipun begitu, Nikki tidak menyerah sampai disana. Selagi menunggu panggilannya tersambung, Nikki bergerak mondar-mandir mengelilingi gudang. Siapa bilang diam dan menunggu disana akan membuatnya tenang. Yang terjadi justru sebaliknya. Pikirannya tidak pernah diam barang sedetik saja, dan Nikki mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.

Untuk menenangkan dirinya, Nikki menarik nafas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Ia menyarankan hal yang sama pada pasiennya yang sering mengalami rasa khawatir berlebihan. Setidaknya hal itu mampu mengendurkan beberapa bagian ototnya yang menegang.

Begitu Nikki mengedarkan tatapannya ke sekeliling, ia menemukan tumpukan kardus-kardus tua dan sejumlah barang tak terpakai yang diselimuti oleh kain putih polos disana. Nikki membukanya satu persatu, untuk memeriksa jika ada sesuatu yang dapat berguna. Kardus-kardus itu menyimpan gundukan perabot kayu yang biasa dijadikan sebagai pajangan. Kebanyakan dari perabot itu adalah patung ukiran yang telah diamplas hingga halus. Nikki mengangkat salah satu patung ukiran kayu yang berbentuk kuda jantan. Seseorang yang mengukirnya cukup piawai menggunakan pisau. Patung kayu itu nyaris tidak memiliki cacat apapun.

Di kardus lain, Nikki menemukan setumpuk buku dan album foto lama milik keluarga Bree. Penasaran, Nikki menelunsuri setiap foto itu satu-persatu kemudian mengamatinya. Ada yang aneh tentang sejumlah foto pada album itu. Kebanyakan dari wajah-wajah yang muncul disana adalah para wanita berkulit putih. Beberapa foto diambil dalam ritual tertentu. Nikki melihat orang-orang itu menggunakan dress berenda dengan warna putih yang seragam. Sebuah kalung ukiran kayu menggantung di leher mereka dan masing-masing dari kalung itu memperlihatkan sebuah simbol yang tampak tidak asing lagi untuknya. Nikki mengernyitkan dahi sembari selagi menundukkan wajah untuk mengamati foto itu lebih jelas. Semua orang berkumpul dalam satu lingkaran. Masing-masing dari mereka menundukkan kepala, menyilangkan kedua tangannya di pinggul seolah sedang berdoa.

Wajah Bree hadir dalam beberapa foto. Nikki langsung mengingat sosok yang berdiri di tengah hujan tadi, dengan wajah memerah, dan tatapan nanar. Wanita itu tampak berbeda dari sosok dalam potret itu. Pada foto itu Bree tampak semringah. Kedua matanya yang besar tampak berkilat, rambut merahnya tergerai memanjang, dan rahangnya ditarik lebar saat tersenyum. Nikki merasa terganggu memikirkan Dean pernah menyentuh rambut itu dengan tangannya, menciumnya, dan memberi Bree kesenangan yang sama seperti yang dilakukan laki-laki itu pada Nikki. Namun secepat kemunculannya, Nikki menyingkirkan emosi itu dan mulai membayangkan wanita yang dilihatnya berdiri di tengah hujan: kedua matanya memincing penuh amarah, warna merah rambutnya menjadi gelap karena diguyur oleh air hujan. Wanita itu sudah dalam posisi siap untuk menyerangnya. Nikki langsung menutup halaman pada album foto itu dengan cepat kemudian beralih pada sebuah buku kecil bersampul coklat yang mirip seperti kitab. Ia sedang membolak-balik halaman dari buku kecil itu ketika tiba-tiba saja suara seseorang muncul dari lubang kecil mikrofon pada ponselnya.

"Nikki? Ini Kate."

Nikki terburu-buru mengepakkan barang-barang itu kembali ke dalam kardus selagi ia berbicara dengan Kate. Ia menjaga suaranya tetap tenang ketika berjalan mendekati celah jendela yang sedikit terbuka untuk mengintip keluar dari sana.

"Ya, Kate, ini Nikki."

"Alarmku membaca kode merah, bagaimana keadaannya disana?"

"Kami mengalami kecelakaan, mobilku rusak parah dan begitu juga dengan mobil Dean."

FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang