O6. Distance

535 76 4
                                    

Setelah kejadian yang membuatnya termenung, dia mengunci diri di kamar Barcode, tentu saja dengan sang pemilik kamar. Membiarkan sang pelaku air mata Ta mengalir ini berlalu-lalang di depan pintu kamar adik bungsu selama 5 menit.

Salah Jeff.

Salah Ta.

Atau salah keduanya?

Bagaimana menurutmu? keluar menyelinap tengah malam tanpa permisi lah yang salah? atau malah meluapkan emosi berlebihan yang lebih salah?

Jeff selalu tidak jadi mengetuk pintu kamar Barcode. Dia tahu dia salah, Ta juga salah.

“Sial.” dia mengumpat. Berjalan kembali ke kamarnya.

Duduk termenung menunggu sang mentari menyingsing.

Sementara anak remaja yang masih tidak ingin mengakui kesalahannya sibuk menatap Barcode yang sedang tidur sambil mengisap jari jempolnya.

Ta terkikik, “Gemas sekali.” melihat wajah Barcode entah mengapa begitu menghiburnya.

Menoel-noel pelan pipi gembul Barcode, tidurnya sama sekali tidak terganggu, sama seperti kakaknya, Jeff.

Soal Jeff tadi, dia memang menyebalkan. Ta kan sudah besar, 18 tahun, laki-laki pula. Apa yang Jeff khawatirkan? dia bisa menjaga dirinya sendiri kok. Tidak perlu 'kan berteriak di depan wajahnya seperti tadi. Sangat amat menyebalkan.

****

Matahari sedang berada tepat di atas, Ta sebenarnya tidak ingin keluar dari kamar Barcode, tapi bocil ini harus diurus, harus diberi makan, dan, bermain. Haduh.

Jeff sedang sok sibuk di dapur karena dia tidak tahu harus apa, biasanya tengah hari seperti ini dia, Ta, dan, Barcode akan duduk bersama di ruang keluarga.

Tapi sekarang kan mereka sekarang bertengkar. Jadi, ya begitulah.

Barcode merangkak mengikuti kereta mainannya yang berputar sesuai jalur rel yang sudah Ta buat tadi, sedangkan sang remaja sibuk bermain dengan benda pipih yang biasa disebut ponsel.

Bertukar pesan dengan Bible secara diam-diam. Dia bilang dia bosan, ingin keluar lagi bersama Bible.

Barcode tiba-tiba berteriak nyaring, memekakkan telinga Ta dan Jeff.

Semua yang lebih tua di rumah itu dengan spontan melihat ke arah Barcode, dia menunjuk-nunjuk kereta yang jatuh terbalik dan keluar jalur karena dia pukul tadi.

Ta sembari tertawa menghampiri Barcode, membetulkan keretanya.

Kereta itu kembali berjalan, Barcode kembali merangkak mengikuti si kereta yang hanya berputar-putar di situ-situ saja.

Ta bersandar pada sofa, memperhatikan Barcode merangkak berputar-putar mengikuti kereta mainannya.

“Ini bocil ngga bosen apa daritadi muter-muter kagak jelas ngikutin keretanya?” dia bertanya pada dirinya sendiri.

Suara dentingan sendok di piring membuat dia menegakkan badannya, menoleh ke belakang melihat Jeff yang lari ke toilet terdekat, menutup mulutnya seperti ia akan memuntahkan sesuatu.

Jeff daritadi sok sibuk menurut Ta, dia membuat suara gaduh di dapur, tidak tahu memasak apa.

Ta berjalan ke arah dapur, melihat apa yang Jeff buat.

Nasi goreng.

“Oh.” dia menaikkan kedua bahunya tidak peduli. Kembali berjalan ke sofa, menjaga Barcode bermain.

Jeff mengutuk nasi goreng yang ia buat tadi, kenapa rasanya tidak enak? kenapa tidak se-enak milik ADIK TIRINYA itu? padahal dia sudah melakukan semua yang Ta lakukan tempo hari.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑𝐇𝐎𝐎𝐃, 𝗃𝖾𝖿𝖿𝗍𝖺Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang