07.15
"Dean! Dean bangun! Dean.. kau dengar aku? Dean, bangun!"
Suara itu terus menggema di kepalanya. Dean masih kesulitan untuk membuka mata atau menggerakan tubuhnya. Tangan dan kakinya terasa kaku, sekujur tubuhnya mati rasa. Dean merasakan udara panas kian mencekik. Nafasnya memburu. Ia berlari sekuat tenaga, menyusuri jalur setapak yang sempit di hutan gelap, menerobos pohon-pohon tinggi dan semak-semak liar.
"Dean!"
Suara itu semakin dekat. Nafasnya tersengal. Dean dapat merasakan paru-parunya menyempit, kerongkongannya mulai kering. Jika sesuatu di hutan itu tidak berhasil membunuhnya, maka ia sudah pasti akan mati karena dehidrasi.
Tidak ada waktu. Berlari! Jangan berhenti! Terus berlari.
Dean menghitung dalam hati, menatap jalur yang kian menyempit di hadapannya kemudian menghentikan langkah saat mendapati dirinya hanya berputar-putar di jalur yang sama. Kemudian ia menengadah ke atas. Pohon-pohon camar menggantung rendah di atas kepalanya. Seekor burung yang baru saja meninggalkan sarang mengepakkan sayapnya dengan lebar di atas kepala.
"Dean.. Dean.. Dean.. Bangun!"
Tiba-tiba sepasang tangan dengan kuku-kuku hitam yang tajam terjulur ke arahnya. Dean menghindarinya hanya untuk mendapati tangan lain di belakangnya ikut terjulur.
"Tidak!"
Sepasang tangan tiba-tiba menjelma menjadi puluhan pasang tangan dengan kuku-kuku yang tajam. Tangan-tangan itu mengerubunginya, masing-masing dari mereka berusaha memberondongnya, mencakar bahu dan wajahnya, sampai sepasang tangan bertengger di kedua pundaknya, kemudian mengguncangnya dengan keras.
"Dean, bangun!"
Dean akhirnya berhasil membuka mata. Nafasnya masih tersengal dan wajahnya berkeringat. Saat ia menatap ke sekeliling tidak ada puluhan tangan dengan kuku hitam tajam yang berusaha menyakitinya. Yang ada hanya wajah Kate yang tampak berantakan.
Mereka masih berada di ruangan gelap itu, kecuali karena kali ini mereka tidak lagi berada di dalam kurungan. Kaki dan kedua tangan mereka di rantai dan bau busuk urine yang tajam tersebar ke setiap sudut ruangan.
Dean menatap pada genangan air hitam kotor di atas lantai. Ada tumpukan jerami dan sebuah ember berisi air kosong di salah satu sudut ruangan dan sebuah pintu besar yang terkunci di sudut lain. Tidak ada ventilasi udara di dalam sana, sehingga bau busuk dengan mudah menyebar ke setiap sudut ruangan. Di sekat kecil tak jauh dari mereka, ada sesuatu yang bergerak. Dean memutar wajah dan melongok ke dalam sana untuk mendapati tiga ekor babi sedang berjalan di atas lumpur hitam dan kotorannya sendiri. Baru disadarinya kalau itu bukan ruangan yang sama seperti kali terakhir Bree mengurungnya.
"Dimana kita?"
"Aku tidak tahu."
Pintu kayu besar tiba-tiba dibuka lebar. Cahaya matahari yang terang langsung membanjiri ruangan dan empat orang penduduk pribumi baru saja masuk untuk menghampiri mereka. Dua diantaranya menggenggam serangkaian kunci yang berdenting ketika mereka berjalan mendekat. Dua yang lain memegang senjata berupa busur dan anak panah yang sudah siap untuk ditembakan jika Dean maupun Kate mengambil tindakan nekat.
"Mojuiras!" ucap salah satu dari orang pribumi yang memegang senjata itu.
Mereka melepas rantai yang mengikat kakinya namun membiarkan rantai yang mengikat pergelangan tangannya tetap terpasang. Setelah bertukar pandang dengan Kate, Dean akhirnya berdiri dan menuruti kemana orang-orang pribumi itu mengarahkannya. Kate mengekor persis di belakang. Masing-masing dari orang itu menodongkan senjata ke arah mereka sehingga memungkinkannya untuk tetap diam menuruti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerDemi melupakan masalah pernikahannya yang kandas bersama Nikki, Dean Hodges pergi ke desa terpencil di kawasan pegunungan untuk menggelar pesta pertunangannya dengan Bree, wanita yang dikenalnya selama kurang dari dua bulan. Tapi sejak hari pertama...