•3•

3 1 0
                                    

Selamat Membaca

"Kamu kan pengecualian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kan pengecualian."

Sesampainya di rumah. Baru saja hendak melepas sepatu ia mendengar suara yang cukup berisik dari dalam rumahnya. Iya melihat sepasang sepatu putih berukuran mungil, milik Winter.

krieett!

Pintu kamar terbuka, namun tidak menyadarkan dua perempuan yang tengah asik dengan game PlayStation.

"Sedang apa kalian berada di kamarku?" Gerutunya.

"Eh kakak datang!" Adiknya menyadari kedatangan kakaknya.

"Lama amat pulangnya, ke mana saja sih?" Ucap Winter yang matanya masih fokus dengan game yang ia mainkan.

"Yah, mau kemana pun terserah aku dong."

Dengan sengaja Renjun berjalan di depan mereka. Menghalangi mereka yang sedang bermain game di layar televisi.

"Apa tidak masalah jam segini kau berada di kamar cowok?" Ucap Renjun seusai meletakan tas nya di meja belajar.

"Lah? Masalah? Kamu kan pengecualian."

"Terus, ada urusan apa kamu dateng kesini?"

"Aku minta diajarin ngerjain matematika, hehe," Jawab Winter sembari meringis.

"Oh bukan buat main game ya?" Dasom menimpali.

"Ya bukan lah!" Jawab Winter dengan cepat.

>.<

Jam menunjukkan pukul 19.07.

Suasana yang sunyi diantara Renjun dan Winter yang sedang mengerjakan soal matematika.

"Ren, yang ini gimana?" Winter memecahkan kesunyian.

"Yang mana?" Respon Renjun dengan sigap.

Winter menunjukkan soalnya dan Renjun mendekatkan dirinya. Jarak mereka sangatlah dekat. Hanya sejengkal jarak wajah diantara mereka.

"Ini pakai rumus persamaan yang ini aja."

"Oh gitu ya, paham paham."

Renjun kembali ke posisinya.

"Bagaimana kalau aku punya pacar?" Ucap Winter.

Atmosfer diantara mereka berdua seketika berubah.

"Sebagai rekan latihanmu, jelas aku bakalan mendukungmu," jawab Renjun sembari memainkan bolpoin yang ada di tangannya.

"Begitu ya," Winter yang masih menatap soal-soal matematika didepannya.

"Semangat ya." Jawab Renjun datar.

∆∆∆

"Dia mau mengatakan cintanya ke siapa ya?"

"Pacaran atau tidak itu aku sama sekali tidak mengerti."

"Aku benar-benar pengecut."

"Semuanya lagi jatuh cinta. Suatu hari nanti aku bakal jatuh cinta juga ngga ya?"

"Siapa cowok yang dia suka?"

"Renjun itu orangnya baik, suka bantu orang lain. Dia selalu ada di sampingku selalu memberi dukungan padaku."

"Apa Renjun akan tetap mendukungku, tidak peduli siapa cowok yang aku suka?"

>.<

"Hoam... Gegara aku mikirin Isa , aku jadi ngga bisa tidur semalam." Batin Jeno saat melewati lorong kelas.

"I-i-Isa?"

Mereka berpapasan di ambang pintu kelas. Keduanya sama-sama terkejut.

"Pa—," ucap Jeno terbata karena gugup melihat wanita yang ia dambakan berada tepat di depannya.

"Pa?" Isa bingung.

"Pagi, rambutmu ada yang berantakan," ucapnya dengan pelafalan yang cepat—seperti nge-rap.

Isa segera merapikannya.
"Terimakasih," ucapnya dengan memberikan senyuman semanis gula untuk laki-laki yang ada di depannya itu. Lalu ia beranjak pergi meninggalkan Jeno.

"Ya Tuhan! Makhluk imut macam apa barusan?!" batin Jeno sembari melihat punggung ringkih yang menjauhinya.

Jeno mleyot mendapatkan senyuman manis dari sang gebetan. Ia memegangi dada kirinya, merasakan degupan jantungnya yang berdegup cepat.

"First time, aku bicara sama Isa," batinnya.

Bersambung...



SUKI DESUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang