Chapter 8

328 31 1
                                    

"Sebenernya lo mau bawa gue kemana?" Tanya Arsa yang sudah berdiri disamping motor dan sang pemiliknya, Saka.

Pemuda bernama Saka itu terlihat sibuk memakai jaketnya, sebenarnya ia pun tak tahu akan membawa temannya ini kemana. Yang penting ke tempat aman dan nyaman supaya Arsa bisa membicarakan masalahnya pada Saka. Kalau bisa, kalau pun tidak Saka akan memaksa pokoknya.

"Ikut aja dulu deh." Saka mulai menaiki motornya, sedangkan temannya masih belum.

"Ayo."

"Mau ngapain dulu nanti. Jangan sampe gue ngerasa buang-buang waktu. Lo biasanya juga gak gini. Ujug-ujug ngajak main. Biasanyakan gue yang maksa."

Saka mendongkak, sial memang, karena Arsa begitu mengenalinya dengan baik. Dia memang tak pernah mengajak main Arsa. Paling mengajak Arsa pergi karena ingin diantar kesuatu tempat. Tidak pernah lebih, kalau pun Saka bilang dia rindu main dengan Arsa. Adik dari Jayendra itu sendiri tak akan percaya. Karena Saka bahkan jarang mengirim pesan atau iseng menelpon jika memang rindu lalu mengajaknya pergi bersama.

Meskipun begitu, bukan berarti Saka memang
Tak peduli jika temannya direbut orang lain. Ada kalanya ia kesal karena Arsa lebih dekat dengan Bara dan kedua temannya. Ketimbang dengan Saka sendiri. Saka tidak punya banyak teman, jadi meskipun kehilangan salah satu, hal itu benar-benar membuat Saka merasa terkhianati. Ya hanya saja, Saka tak pernah mengungkapkannya.

"Ya gue mau nanyain sesuatu sama lo." Akhirnya Saka malah jujur.

"Kan bisa disini."

"Kalo lo gak ngikut gue, lo bakal ikut Bara?"

Arsa terdiam untuk beberapa saat, "kayaknya dia udah pulang. Jadi gue juga pulang aja." Jawab Arsa.

"Tapi serius lo cuma diajak main? Kak Reyan emangnya curhat apa sama lo sampe keseringan. Jangan terlalu terlibat sama masalah orang, Sa. "

"Ya, iya cuma main doang. Bang Bara kan juga suka main basket sama kayak gue. jadi gue suka main bareng sama dia. Kalo soal kak Reyan, emang dia curhat doang kok ke gue. Tenang, gue cuma jadi pendengar ceritanya dia aja."

"Tapi tetep aneh." Seru Saka. Ia terus memperhatikan wajahnya temannya itu. Mengamati jika ada ekspresi lain ketika Arsa menyebut nama-nama temannya itu. Namun Arsa malah terkekeh hambar.

"Aneh kenapa sih?"

Ketika Saka hendak membuka mulut untuk mempertanyakan setiap hal yang menurutnya mencurigakan pada Arsa. Seorang siswi cantik menghampiri mereka berdua.

Mencium parfum yang berbau manis itu membuat perhatian Saka berpaling pada gadis berambut panjang itu. Mata Saka membesar ketika melihat orang yang baru-baru ini dia sukai menghampirinya.

"Saka bisa minta tolong anter gue pulang gak?" Tanya perempuan itu dengan pelan. Dia teman satu klub bahasa jepang Saka.

"Bisa dong." Jawab Saka dengan cepat. Ia mulai menyalakan mesin motornya. Sepertinya dia hampir lupa dengan keberadaan Arsa jika teman perempuannya itu tak menyapa Arsa.

"Gue nanti main kerumah lo. Awas kalo gak ada." Ucap Saka sebelum menancap gas, pergi dari parkiran sekolah.

Arsa hanya bisa menertawai temannya itu. Sebenarnya Arsa merasa terganggu dengan tingkah Saka yang tiba-tiba menanyai soal hubungan Arsa dengan ketiga teman barunya.

Pokoknya tak boleh ada yang mengetahui apa yang mereka lakukan di rumah Reyan. Selain mereka berempat. Arsa sudah terlanjur berjanji juga. Meskpun tidak menyenangkan Arsa akan menghadapi semuanya sendiri. Agar tak ada yang tersakiti. Cukup pada dirinya.

Baru saja pemuda itu akan pergi, suara klakson mobil mengagetkan dirinya. Tak lama kaca mobil itu turun, menampakan seorang siswa dengan wajah manisnya. Dia tersenyum ramah seraya memberikan kode dengan tangannya, menyuruh Arsa untuk masuk kedalam mobil dan ikut bersamanya.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang