Distrik 9
202x
Ia terduduk disana menatap bulan yang sempurna dengan pandangan terpesona, pemuda berpakaian nyentrik bernominasi warna laut yang cantik dengan senyum manis di wajah bak peri perindu miliknya duduk bersantai di atap gedung bertingkat menikmati langit malam dan semburan angin membelai raganya. Tidak cukup aneh mengingat gedung yang dia duduki sekarang memang sering dijadikan tempat bertegur sapa anak-anak jalanan waktu malam. Duduk manis di atas sana di temani bulan dan bau anyir dan bercak darah di tangannya. Ia menatap ujung kakinya, senyum manis itu makin bermekaran. Lalu ia menoleh ke arah belakang, menatap semua anak jalanan yang berbaring bertebaran bak bunga mawar malam pertama. Di mata sang pemuda mereka nampak sangat indah berbaring dengan warna merah pekat disinari bulan sempurna dari atas sana. Ia tertawa pelan, anggun khas nyonya kolongmerat, lalu menyeka bercak darah dengan selembar kain dari kantung celana yang ia kenakan.
"Sungguh kasihan nasib kalian, sudah menjadi sampah masyarakat lalu mati konyol di tangan laki-laki anggun yang kalian goda" Pemuda itu meregangkan ototnya sebentar, tersenyum cerah menatap pantulan bayangan dari genangan darah di ujung kakinya lalu bangkit sejenak.
"Siaga satu" Ucap si pemuda menggunakan mic yang terhubung langsung dengan earpod anggotanya. Tak lama setelah mengatakan itu satu kawasan yang berdekatan dengan gedung itu mati listrik secara tiba-tiba. Sunyi awalnya lalu.......
DUAR!
DUAR!
DUAR!
Tiga kali terdengar suara ledakkan bom sukses membuat beberapa gedung hancur rata dengan tanah. Semua orang panik, berlari keluar dari tempat mereka untuk mencari tempat aman. Pemuda itu hanya tertawa kecil menatap ratusan manusia mencoba menyelamatkan nyawa mereka. "sampah tidak berguna"
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!Peluru tembakan datang seperti menghujani mereka, terlihat beberapa orang hah
Bukan beberapa mungkin puluhan orang terjatuh terkapar di jalan dengan darah segar mengalir deras dari tubuh mereka, mengenaskan namun hal itu lah yang membuat si pemuda bersemangat. Tak lama terdengar suara sirene mobil polisi dan ambulans bersaut-sautan memekakkan telinga.
"Ayo kembali" Ucap pemuda itu memerintahkan anggotanya untuk meninggalkan tempat persembunyian mereka. Pemuda itu berdiri tegak di pinggiran gedung itu sambil mengenggam senapan laras panjang menghadap ke arah kerumbunan polisi yang membantu orang-orang yang terluka. Pemuda itu bersmirk di balik masker yang menutup wajahnya, "karma"ucap pemuda itu lalu turun dari pinggiran gedung dengan santai, tujuannya sekarang berkumpul dengan anggotanya.
"Kalian berpencar!" Ucap seorang polisi memerintah bawahannya. Polisi-polisi itu bergerak cepat, mencari ke setiap sisi tempat untuk menemukan pelaku dari penyerangan brutal ini. "Bawa warga yang masih selamat ke tempat yang aman sekarang!" Perintahnya lagi kepada tim yang masih tersisa. Si polisi berlari ke arah warga yang berkerumbunan memaksa lewat karena panik massal. Terlihat bodoh bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SNIPER (ON GOING)
Mystery / ThrillerCerita tentang kamu penghianat dan aku sang pembela Kisah yang tragis namun bergairah