16.

1.4K 221 9
                                    

Semua orang berkumpul untuk makan siang di great hall, meja Slytherin lebih ramai dari biasanya. Daphne Greengrass baru saja selesai menceritakan kejadian tiga puluh menit lalu, tepatnya di dekat tangga menuju kelas ramalan.

"Benar-benar memuaskan, apalagi saat melihat wajah tidak berdayanya." Kata Daphne di sela tawanya.

"Andai aku ada di sana tadi----" Vincent Crabbe terdengar kecewa, "Lalu, dimana dia sekarang?" Tanyanya.

Daphne mengangkat kedua bahu nya, "Entah lah----mungkin sedang menangis atau mengadu pada kakak nya."

Pansy diam dan tidak ikut dalam pembicaraan mereka. Daphne terlalu nekat dan tidak pikir panjang, gadis itu hanya mementingkan tentang melampiaskan emosi nya pada orang lain tanpa memikirkan akibatnya. Dia sudah memberi peringatan, tapi Daphne tidak peduli malah menghina dan mengatainya penakut.

"Kalian darimana saja?" Gregory bertanya pada kedua pemuda yang baru bergabung bersama mereka, Blaise dan Theodore.

"Hospital Wing." Jawab Blaise.

"Apa yang membuat kalian ke sana?" Tanya Pansy.

Mengabaikan pertanyaan Pansy, kedua nya menatap Daphne. Gadis itu merasa risi dan tidak senang dengan tatapan Blaise dan Theo.

"Kenapa menatap ku seperti itu?." Ketus Daphne

"Nothing." Kata Theodore.

Di meja Gryffindor Harry tidak melihat wajah Colin sama sekali. Padahal dia ingat betul, tadi pemuda itu berjalan tidak jauh di depannya saat menuju great hell.

"Aku tidak melihat Colin." Kata Ron tiba-tiba, mewakili Harry yang juga ingin bertanya.

"Tadi Proffesor McGonagall meminta kolin menemui Proffesor Trelawney." Ginny memberi tau, sebab sebelum menemui Proffesor Trelawney tadi dia dan Colin duduk di perpustakaan mengerjakan easy ramuan.

"Untuk apa?" Tanya Harry.

"Tidak tau-----mungkin tentang tugas." Kata Ginny.

Pintu Great Hell di buka dengan keras hingga menarik seluruh antesi mata-mata di sana. Aphrodite melangkah ke arah meja Slytherin dengan tatapan yang lebih tajam dari biasanya, kulit wajahnya yang putih terlihat memerah, bukan karena malu, tapi marah. Seluruh orang dapat merasa sihir gadis itu meluap-luap. Kemunculan tiba-tiba dari gadis itu sedikit membuat mereka betanya-tanya.

Semua orang memekik saat lima pisau tiba-tiba melayang gesit ke arah Daphne, pisau-pisau itu berhenti tepat di depan wajahnya yang mulai memucat.

Aphrodite menarik paksa Daphne dari duduk nya lalu mendorong gadis itu hingga mengenai meja. Aphrodite menarik kuat kerak baju Daphne sampai gadis itu merasa sedikit sesak. Orang-orang yang berada di sekitar mereka berdiri dan sedikit menjauh.

Saat Proffesor McGonagall dan Proffesor Snap mendekat kepada mereka berdua Aphrodite tanpa segan dan takut memberi mantra pebatas yang dia pelajari dari ayah nya, dan karena itu kedua Proffesor tidak bisah menembus pertahanan dan berdiri dengan perasaan was-was menatap nona muda Paseidon itu.

"Apa------APA YANG KAU LAKUKAN PADA COLIN?!" Pekik marah Aphrodite menatap Daphne seakan siap membunuhnya. "Dia tidak pernah mengusik mu, lalu kenapa kau mengusiknya, Kenapa kau menjadikan dia pelampisan?"

Nafas Daphne tersengal-senggal, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia ketakutan melihat wajah marah Aphrodite saat ini, terlebih lagi pisau-pisau itu masih melayang di sekitarnya. Tapi, dengan gilanya dia memaksa senyum, tidak ingin terlihat lemah.

"Oh----dia sudah mengadu?" Kata Daphne mengudang lebih banyak kemarahan Aphrodite. Dia semakin meremas kuat kerak baju Daphne, semakin membuat gadis itu tercekik.

"Prempuan brengsek sialan tidak tau diri----" Maki Aphrodite, "Gara-gara kau---GARA-GARA KAU COLIN TIDAK SADAR KAN DIRI!"

Para Proffesor dan murid melotot berjama mendengar ucapan Aphrodite, sekarang semua orang mengerti mengapa Aphrodite begitu marah . Luapan sihir dari gadis itu semakin bertambah, bahkan Dumbledore sendiri pun tidak bisah menerobos kedalam mantra pebatas yang di buat Aphrodite.

Jeritan Daphne menggema di penjuru great hell saat Aphrodite kembali mendorong nya ke meja dan pisau-pisau tadi menacap sempurnah di sekeliling kepalanya. Daphne dan seluruh orang kembali menjerit saat Aphrodite mengambil salah satu pisah itu yang siap di tancap pada wajah Daphne.

"DASAR PISKOPAT GILA!" Teriak Daphne dengan air mata yang mengalir.

Aphrodite tertawa sinis, mencengkram rambut Daphne kuat, dan sebelah tangan nya masih memegang pisau tepat di hadapan wajah Daphne. "Kenapa kau takut, Greengrass? Aku juga memiliki banyak masalah saat ini, dan kebetulan mencari tempat pelampiasan, terimakasih untuk itu" Aphrodite tersenyum licik, "Kau mendorong Colin dari tangga----lalu aku menacap pisau ini di wajah mu yang buruk. Bagaimana, adilkan?."

"Hentikan dia, Albus. Luapan sihir Aphrodite semakin liar!" Seru Proffesor McGonagall merasa kesal sekaligus khawatir.

"Tidak bisah----mantranya susah di tembus." Dumbledore terdengar tertekan. "Satu-satu nya cara----Ares."

"Dasar kalian darah kotor menjijikan!" Ujar Daphne menghina, "Dia pantas mendapatkan itu, kalian hanya hama yang mengotori dunia sihir."

"Ku pastikan kau menyesal setelah ini!."

Entah sihir apa yang di gunakan Aphrodite, hanya dengan menatap nya Daphne mengerang kesakitan.

"Hent----tikan!" Daphne memohon tapi diabaikan Aphrodite.

Damian yang baru tiba di sana berlari mendekat pada Aphrodite, dia hampir saja terlenting jauh jika tidak cepat menahan pergerakanya untuk menembus mantra pembatas itu. Beberapa yang menyadari Kehadirannya membelakan mata. Bagaimana tidak, seseorang Damian Lexican, Penyihir tampan terkenal ini berada sangat dekat dengan mereka. Jika tidak mengingat situasi, sudah sedari tadi mereka meminta tanda tanganya.

"Aphrodite, hentikan!" Kata Damian, "Kau bisah membunuhnya."

"Memang itu tujuan ku!"

"Aphrodite, tolong." Mohon Damian frustasi.

Mengabaikan rasa frustasi  Damian, Aphrodite kembali mencengkram kerak Daphne, "Bukan berati kau aman dari ku setelah ini, Greengrass!." Aphrodite berkata, "Aku bisah saja gelap mata dan membunu mu sekarang juga Kalo aku mau. Ku peringatkan kau, sekali lagi----sekali lagi kau menyentuh barang sehelai rambut adik ku, aku pastikan kau akan merasa tersiksa lebih dari para tahanan Azkaban."

Aphrodite mendorong Daphne kasar sampai gadis itu terduduk di bangku dengan terbatuk-batuk. .

"DAMIAN!"

Damian sontak mendekat dan berdiri di sebelah Aphrodite.

"Kirim surat penahanan pada kediaman Greengrass. putri sulung mereka, melakukan percobaan pembunuhan." Aphrodite menatap tajam Damian, "NOW!"

Damian mengangguk mengerti dan menghilang dari sana. Jujur, dia juga merasa Kahwatir melihat kondisi Colin tadi dan ngeri melihat kemarahan Aphodite. Damian mengutuk Daphne didalam hatinya.

Aphrodite pergi begitu saja dari sana tanpa memusingkan kekacauan yang dia perbuat. Pintu aula kembali terbuka lebar saat dirinya lewat dan tertutup kembali dengan keras.

Daphne membelakan mata, rasa takutnya semakin besar. Damian Lecixan, dia tau pemuda itu. Yang menjadi pertanyaan nya sekarang, apa hubungan Damian dan Aphrodite?.

Pansy mendekat pada Daphne, menatap sahabat nya sinis, "Sudah ku peringatkan kau!" Katanya lalu berlalu dari sana.

Selepas kepergian Aphrodite, suasana mencengkap didalam sana perlahan memudar. Semua orang kembali pada tempatnya masing-masing, mulai berbisik-bisik dan menebak mengenai Aphrodite dan statusnya.

"Sudah ku katakan, dia bukan orang biasa!" Seru Ron pada Hermione dan Harry yang masih terbeku di tempat.

*****

Publikasih : Kamis, 17 Mei 2023.





APHRODITE AND HOGWARTS || Full Of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang