You told me that they can, understand the man i am. So why are we here, talking to each other again? - Lil Wayne ft. Bruno mars
Gabriel menatap dirinya didepan cermin, anak itu tengah bersiap untuk memulai harinya kembali. Seperti hari-hari biasanya, Gabriel melakukan aktivitas yang umumnya dilakukan oleh para mahasiswa. Terlebih ia kini tengah berada di tingkat akhir.Tahun terakhir merupakan tahun paling berat bagi sebagian besar mahasiswa, dan Gabriel salah satunya. Ia tengah mengambil mata kuliah terakhirnya, yaitu skripsi. Banyak hal yang terjadi di tahap ia mengerjakan skripsi, seolah mentalnya benar-benar diuji.
Saat ini Gabriel butuh sebuah support tapi yang ia dapatkan sebaliknya, masalah justru datang sebagai teman saat ia mengerjakan skripsi.
Mulai dari beberapa temannya yang tiba-tiba berkhianat, keluarganya yang mulai menekannya, dan proses bimbingan yang selalu mendapat revisi. Gabriel sudah masuk usia dewasa, seharusnya. Tapi pilihannya terap akan menjadi milik keluarganya, ia tidak bisa banyak memilih atau nanti ia hanya akan disebut sebagai pembangkang.
Beberapa temannya meninggalkannya. Gabriel bukan termasuk seseorang yang suka bergaul atau bersosialisasi, menyandang status angkuh dan sombong adalah makanan sehari-hari yang ia dapat dari orang-orang yang 'sok' mengenal Gabriel. Ia sempat memiliki beberapa teman, namun semua itu sudah menampakkan wujud aslinya dan membuat Gabriel muak. Membiarkan orang itu pergi dan mengkhianatinya adalah pilihan tepat, daripada ia harus terus berpura-pura.
Dosen pembimbing yang lumayan menguras tenaga, beberapa kali dosen itu membatalkan janji bimbingan yang mana dosen itu hanya menyediakan dua kali dalam seminggu untuk bimbingan. Gabriel jauh-jauh ke kampus namun tidak membawa pulang apa-apa, hanya sekedar revisian salah satu bab atau bagian saja tidak. Waktu lulusnya semakin tertunda, padahal ia sudah memasuki semester baru.
Gabriel berasal dari keluarga yang cukup terpandang, image adalah hal yang paling dijaga dalam keluarganya. Kesalahan adalah hal yang paling dilaeang disana, kegagalan adalah akhir bagi dirinya.
Semester yang bertambah membuat Gabriel sedikit stress, bagaimana orang tuanya selalu menanyakan kapan ia akan lulus. Lalu menyiapkan apa yang harusnya Gabriel lakukan nanti, belum lagi sampah bernyawa yang pernah Gabriel sebut teman kini mengusiknya.
Apakah Gabriel memang tidak di izinkan untuk sedikit tenang? Ia hanya ingin segera menyelesaikan skripsinya dan lulus, setelah itu berleha-leha sebentar saja. Ia ingin menikmati kelulusannya sembari mencari pekerjaan yang ia yakin nanti pasti sulit. Bahkan ia sangat pesimis apakah nanti akan mendapat pekerjaan? Gabriel bahkan tidak tahu kelebihan apa yang ia miliki, bagaimana bisa tahu setiap Gabriel mencoba hal baru ia selalu dilarang Ayahnya. Jujur ia tidak ingin menjadi dosen, guru dan pekerja kantor yang disiplin. Jauh dilubuk hatinya ia ingin jadi penyanyi.
"Gabi, sini dateng ke Istana Coffee. Gue sama Noel lagi nongkrong nih, sekalian bawa casan atau powerbank ya" telepon dari seseorang disebrang sana membuat Gabriel menghela nafasnya.
YOU ARE READING
Treasure Story (one shoot)
Fanfiction⚠️⚠️Dalam cerita ini semuanya hanya fiktif, penggambaran tokoh, latar tempat, maupun kejadian. Penggunaan karakter hanya sebagai pendukung imajinasi, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di dunia. Aku yang membuat untuk menghibur, jika tidak terhi...