Bulan bersinar terang malam ini. Langit penuh gemerlap dengan hembusan sejuk sebagai penghias malam. Suara deru motor yang beberapa kali lewat menggantikan suara burung yang mengicau ketika malam.
Dentingan jarum jam terdengar ketika detik berganti. Suasana yang begitu damai, sebelum-
Brak!
Pintu ber cat putih dibuka dengan kasar, menampakkan sosok tinggi dengan senyum lebarnya. Kakinya melangkah kearah tiga pemuda yang masih bergelut dengan mimpinya tanpa terganggu sedikit pun oleh suara brisik yang dibuatnya.
Masih dengan senyumnya, ia menarik selimut yang membungus tubuh tiga pemuda tersebut, kemudian mematikan kipas angin yang sedari tadi menghantarkan angin.
Nging....
Plak!
Tamparan yang cukup keras dilayangkan salah satu pemuda itu pada pipinya sendiri, menghasilkan suara ringisan dari si empu dan gelak tawa dari sosok yang sedari tadi berdiri menghadap ketiganya.
"Abiiii, kipasnya kenapa dimatiin!"
Si pemilik nama hanya tersenyum sebagai respon, "bangun yuk, kita terotekan."
"Hah? Terotek apaan?" sahut pemuda yang tidur di pojok kiri.
"Itu, orang-orang yang bangunin sahur. Disini nyebutnya terotek."
"Oh, kalo di daerah aing namanya ubrug-ubrug," si tengah menyahut.
"Kalo di Kalsel, seinget ulun namanya bagarakan sahur!"
"Ngga usah ngegas dong, Dip."
"Bukan ngegas Ling, emang nadanya begitu."
Lingga merotasikan matanya malas, "dikira lagu ha?"
Dipta tak membalas, ia memiringkan kepalanya menatap kearah sosok yang sedari tadi hanya diam sambil mengusap pipinya.
"Kalo di daerah kamu namanya apa, Yan?" tanya Dipta, membuat atensi dua pemuda lainnya menoleh kearah Byan--orang yang ditanya.
Satu menit berlalu, si empu masih belum menyadari tatapan ketiga temannya yang masih menunggu jawaban. Hingga tepukan di bahu lebarnya mengalihkan atensi seorang Byantara.
"Kalian nanya aku?"
"Engga, kita nanya sama nyamuk," ucap Abi datar.
Byantara menyengir lebar, "di Jakarta nyebutnya ngarak bedug," jelas Byan.
Puas dengan jawaban Byan, ketiganya menganggukan kepalanya paham. Suasana kembali hening.
"Kok bisa ya namanya beda-beda? Padahal kegiatannya sama," celetuk Lingga memecah keheningan.
"Kenapa heran coba? Indonesia itu terdiri dari banyak suku, adat, bahasa, dan budaya."
Dipta mengangguk setuju atas penjelasan Byan, "jadi gausah heran kayak gitu, Ling. Kalo di salah satu daerah punya penyebutannya sendiri, itu berarti sebuah keragaman atau keunikan sendiri buat daerah itu," sambungnya.
"Nah, sekarang cepet bangun. Kita bangunin warga komplek," ajak Abi beranjak pergi mendahului ketiga temannya.
---
Sahur.... sahur....
Dung! Dung! Dung!
Sahur... sah--
"Aduh!! Berisik banget sih!"
Rombongan Abi diikuti para pemuda yang lain seketika terdiam mendengar seruan ibu-ibu yang keluar dari rumahnya dengan raut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT
Short StoryBerisikan one shoot yang tiba-tiba tercetus diotak saya ketika gabut. Jika tertarik silahkan mampir Hasil pemikiran sendiri Jika ada typo mohon dibenarkan Sekian dan terimakasih🙇🏻♀️💃🏻